



Hamas Kembalikan Jenazah Sandera Israel, Ketegangan Gencatan Senjata Meningkat
-Hamas menyerahkan dua jenazah sandera Israel yang tewas di Gaza, di tengah ketegangan baru soal pelaksanaan kesepakatan gencatan senjata yang dimediasi Amerika Serikat.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan, perbatasan Rafah tidak akan dibuka hingga seluruh jenazah sandera diserahkan.
“Israel telah menerima, melalui Palang Merah, dua jenazah sandera yang telah dikembalikan ke pasukan keamanan di Gaza,” tulis kantor Netanyahu dalam pernyataan di platform X, Minggu (19/10) dini hari.
Keluarga para sandera telah diberi tahu, dan kedua jenazah dibawa ke Pusat Forensik Nasional Israel untuk diidentifikasi. Militer Israel kemudian mengkonfirmasi bahwa salah satu dari mereka adalah Ronen Tomi Engel, warga berusia 54 tahun yang tewas dalam serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, sementara proses identifikasi jenazah kedua masih berlangsung.
Dengan penyerahan terbaru ini, Hamas telah mengembalikan 12 dari 28 jenazah sandera yang ditahan di Gaza, salah satu syarat utama dalam kesepakatan gencatan senjata yang baru berusia sepekan.
Berdasar perjanjian itu, Hamas diwajibkan menyerahkan seluruh sandera, baik yang hidup maupun yang tewas, dalam waktu 72 jam sejak penandatanganan kesepakatan. Sebagai gantinya, Israel akan membebaskan 360 jenazah warga Palestina serta sekitar 2.000 tahanan.
Namun Hamas menyebut proses tersebut berjalan lambat karena kerusakan masif di Gaza dan kontrol militer Israel yang masih berlangsung di beberapa wilayah.
“Tim penyelamat menghadapi tantangan luar biasa. Mereka tidak memiliki buldoser, truk, derek, atau peralatan berat lain untuk mempercepat pencarian dan pengembalian jenazah,” ujar Hani Mahmoud, jurnalis Al Jazeera yang melaporkan dari Gaza City mengutip Al-Jazeera.
Reporter Al Jazeera lainnya, Hamdah Salhut, yang berbasis di Amman karena larangan operasi media tersebut di Israel dan Tepi Barat, menambahkan bahwa pemerintah Netanyahu sebenarnya menyadari sulitnya proses pemulihan jenazah para sandera.
“Netanyahu tahu ini tugas yang sangat berat, tapi ia tetap menuduh Hamas tidak berupaya cukup keras. Israel ingin semua jenazah dikembalikan secepatnya sebelum melanjutkan komitmen gencatan senjata,” kata Salhut.
Netanyahu disebut baru akan mempertimbangkan pembukaan perbatasan Rafah dan peningkatan bantuan kemanusiaan setelah semua jenazah sandera diserahkan. Padahal, sehari sebelumnya, Kedutaan Palestina di Mesir sempat mengumumkan bahwa Rafah akan dibuka kembali pada Senin. Namun Netanyahu membatalkan rencana tersebut.
Sementara itu, Hamas menuduh Israel mencari alasan palsu untuk menunda pelaksanaan kesepakatan damai dan menolak membuka Rafah, yang disebut sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap perjanjian gencatan senjata.
Ketegangan meningkat setelah serangan udara Israel pada Jumat (17/10) menewaskan 11 anggota satu keluarga, termasuk tujuh anak, di timur Kota Gaza.
Di sisi lain, bantuan kemanusiaan ke Gaza masih tersendat meski gencatan senjata sudah berjalan. Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) menyatakan memiliki pasokan makanan yang cukup untuk tiga bulan, namun truk bantuan masih tertahan di Yordania dan Mesir.
“Kami harus segera diizinkan membawa bantuan ini ke Gaza tanpa penundaan,” tegas UNRWA dalam pernyataannya.
Badan tersebut juga menyebut telah menyiapkan perlengkapan untuk menyediakan tempat tinggal bagi 1,3 juta warga Gaza yang kehilangan rumah akibat perang dua tahun terakhir.
Tag: #hamas #kembalikan #jenazah #sandera #israel #ketegangan #gencatan #senjata #meningkat