Amerika Tolak Dukung Ukraina di PBB, Sekarang Berpihak ke Rusia?
TRUMP DAN PUTIN - Foto ini diambil pada Selasa (25/2/2025) dari publikasi resmi Kremlin, memperlihatkan Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) dan Presiden AS Donald Trump (kiri) berfoto sebelum melakukan pertemuan resmi Rusia-AS di Helsinki, Finlandia, pada 16 Juli 2018. Amerika Serikat Memilih Berpihak pada Rusia dalam Resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Invasi Ukraina 
14:00
25 Februari 2025

Amerika Tolak Dukung Ukraina di PBB, Sekarang Berpihak ke Rusia?

Pada Senin (24/2/2025), Amerika Serikat (AS) menolak mendukung Ukraina di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Gedung Putih memilih berpihak pada Rusia.

Washington memberikan suara menentang resolusi yang mengutuk invasi Moskow ke Ukraina.

Teks resolusi ini diterima secara luas oleh Majelis Umum PBB, namun AS menolaknya.  

Sebuah teks resolusi yang didukung Eropa, yang menandai peringatan ketiga perang tersebut, memperoleh 93 suara mendukung, 18 suara menentang, dan 65 abstain.

AS, bersama dengan Rusia, Belarus, Korea Utara, dan Sudan, memberikan suara menentang teks tersebut.  

Resolusi ini mengkritik keras Rusia dan menekankan integritas teritorial Ukraina serta tidak dapat diganggu gugatnya perbatasan Ukraina.

Washington menyusun resolusi tandingan di tengah perseteruan yang semakin memanas antara Presiden Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.  

Duta Besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, menyebut teks AS sebagai "langkah ke arah yang benar" dalam pemulihan hubungan Rusia-AS di bawah Trump.  

Namun, sekutu AS, seperti Prancis, mengajukan amandemen terhadap teks AS.  

Prancis menyatakan bahwa mereka, bersama negara-negara Eropa lainnya seperti Inggris, tidak dapat mendukung teks tersebut dalam bentuknya saat ini.

Negara-negara Eropa tersebut, yang mendukung Ukraina, mendorong perubahan teks rancangan AS dengan menyatakan bahwa "invasi skala penuh ke Ukraina" telah dilakukan oleh Rusia.  

Hongaria, yang dipimpin oleh Viktor Orban dan dikenal sebagai pemimpin pro-Putin di Eropa, menentang amandemen tersebut.  

Perubahan tersebut juga menegaskan kembali komitmen terhadap integritas teritorial Ukraina, yang dihilangkan dari teks rancangan AS.  

Usulan AS akhirnya diamandemen sedemikian rupa sehingga Washington memilih abstain pada teksnya sendiri saat majelis meloloskannya.

Dikutip dari AFP, Richard Gowan, pakar dari International Crisis Group, mengatakan bahwa "taktik defensif Eropa melemahkan tuduhan diplomatik AS yang cukup kasar selama beberapa hari terakhir."  

Gowan juga menyatakan, "Saya pikir AS kemungkinan salah menghitung berapa banyak suara yang dapat mereka peroleh dalam waktu yang sangat singkat."  

Sebelumnya, integritas teritorial Ukraina adalah landasan resolusi yang disahkan oleh Majelis Umum PBB, dengan AS di bawah mantan presiden Joe Biden sebagai salah satu pendukung utamanya.  

Dorothy Shea, utusan Washington untuk PBB, mengatakan, "Baik amandemen ini, maupun resolusi yang ditawarkan Ukraina tidak akan menghentikan pembunuhan. PBB harus menghentikan pembunuhan."  

Shea mendesak semua negara anggota PBB untuk bergabung dalam mengembalikan misi utama PBB, yaitu perdamaian dan keamanan internasional.  

Setelah pemungutan suara, Mariana Betsa, wakil menteri luar negeri Ukraina, menegaskan, "Kami memiliki hubungan kerja yang sangat baik dengan Washington."  

Ini merujuk pada pertanyaan apakah manuver Washington telah menyebabkan putusnya hubungan AS-Ukraina.  

Dewan Keamanan PBB Jadi Sorotan

Setelah pemungutan suara di Majelis Umum PBB, Washington diharapkan akan membawa teks rancangannya ke pemungutan suara di Dewan Keamanan PBB pada Senin waktu New York.  

Seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS memperingatkan bahwa AS akan memveto setiap amandemen yang diajukan oleh Rusia atau pun Eropa.  

Aturan PBB menyatakan bahwa anggota tetap Dewan Keamanan PBB, termasuk AS, Inggris, Prancis, Rusia, dan China, tidak dapat memveto amandemen yang diajukan di Majelis Umum.  

Untuk disahkan di Dewan Keamanan PBB, sebuah resolusi memerlukan dukungan minimal sembilan dari 15 anggota dan tidak diveto oleh salah satu dari lima anggota tetap.  

Meskipun anggota Dewan Keamanan PBB dari Uni Eropa seperti Prancis, Slovenia, Denmark, dan Yunani serta Inggris memilih abstain, resolusi AS tetap dapat disahkan.  

Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah Prancis atau Inggris akan siap menggunakan hak veto pertama mereka dalam lebih dari 30 tahun.  

Pemimpin Prancis, Emmanuel Macron, dan Inggris, Keir Starmer, dijadwalkan untuk mengunjungi Gedung Putih minggu ini untuk melakukan pembicaraan penting tentang Ukraina.  

Serangan Udara Rusia di Kyiv Ukraina

Pada Selasa (25/2/2025) pagi, serangan udara Rusia menyebabkan seorang wanita berusia 44 tahun terluka dan merusak beberapa rumah di oblast Kyiv.  

Mykola Kalashnyk, gubernur wilayah yang mengelilingi ibu kota Ukraina, mengonfirmasi kejadian ini.  

Seluruh wilayah Ukraina berada di bawah peringatan serangan udara pada dini hari Selasa.  

Angkatan udara Ukraina memperingatkan kemungkinan serangan rudal dari Rusia.  

Sebagai respons, negara tetangga Polandia mengirimkan pesawat untuk memastikan keselamatan udara di kawasan tersebut.

Rusia mengklaim bahwa unit pertahanan udaranya berhasil mencegat dan menghancurkan 19 pesawat tak berawak Ukraina semalam.

Dikutip dari The Guardian, dari jumlah tersebut, 16 pesawat berada di atas wilayah Bryansk, menurut Kementerian Pertahanan Moskow.

Ukraina sendiri telah beberapa kali berhasil menyerang target militer dan industri di Bryansk, termasuk infrastruktur minyak.

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

Editor: Sri Juliati

Tag:  #amerika #tolak #dukung #ukraina #sekarang #berpihak #rusia

KOMENTAR