Di Balik Gusarnya Macron Terhadap Putin di Ukraina, Ternyata Ada Kekalahan di Afrika
Selain persenjataan yang dikirimkan secara resmi, Paris dikabarkan secara diam-diam mengirimkan tentara bayarannya berjuang untuk Kiev.
Hal itu tadinya dibantah. Akan tetapi akhirnya tudingan tersebut jadi nyata, ketika Rusia secara sengaja mengincar dan menghancurkan sebuah bangunann berisi ratusan orang yang diduga tentara bayaran.
Usai pengeboman yang diperkirakan menewaskan 60-an orang tentara bayaran tersebut, Presiden Prancis Emmanuel Macron langsung mencak-mencak.
Ia mengatakan Rusia harus dikalahkan, "Barat tidak boleh membiarkan Rusia menang,” ujar Macron.
Prancis pun menyatakan segera mengirim sejumlah besar perlengkapan tempur dan misil paling canggihnya untuk memerangi Vladimir Putin.
Namun dibalik gusarnya Macron terhadap Rusia, ternyata bukan hanya karena masalah Ukraina saja.
Dr. Stevan Gajic dari Institut Studi Eropa di Beograd mengatakan, kemarahan Prancis kepada Rusia banyak disebabkan oleh dukungan Rusia terhadap negara-negara di Afrika.
"Rusia telah membantu banyak negara bekas jajahannya di Afrika untuk melepaskan diri dari belenggu neo-kolonial," kata Gajic kepada Russia Today pada Kamis lalu.
Menurutnya, Perancis “sangat frustrasi” karena Rusia telah membantu beberapa negara Afrika membebaskan diri dari kekuasaan dan eksploitasi neo-kolonial Prancis.
“Jadi saya pikir itu adalah motif lain dari dukungan besar-besaran terhadap perjuangan Ukraina, dan perjuangan NATO melawan Rusia,” tambah Gajic.
Prancis dan Rusia memang sedang berlomba mencari ppengaruh di Afrika. Dalam lomba tersebut tampaknya Moskowlah yang menjadi pemenangnya.
Republik Afrika Tengah, Mali, Burkina Faso, dan Niger semuanya menolak pengawasan Paris dalam beberapa tahun terakhir dan mencapai perjanjian keamanan dengan Moskow.
Tanggapan resmi Kementerian Luar Negeri Prancis terhadap serangan di Kharkov berisi tuduhan terselubung bahwa “tentara bayaran” Rusia. Akan tetapi kenyataannya Grup Wagner yang sekarang sudah tidak ada lagi di Ukraina karena beroperasi di Afrika.
“Prancis tidak memiliki tentara bayaran, baik di Ukraina maupun di tempat lain, tidak seperti negara-negara lain,” kata pernyataan yang dikeluarkan pada Kamis oleh Quai d'Orsay, seraya menambahkan bahwa Prancis membantu Ukraina “dengan pasokan material militer dan pelatihan militer, sesuai sepenuhnya dengan hukum internasional. .”
Menurut Gajic, Paris telah menjadi “peserta aktif” dalam konflik Ukraina sejak tahun 2022, ketika Paris mengirim “sejumlah besar kendaraan” ke Kiev serta howitzer self-propelled Caesar, yang banyak di antaranya telah hancur dalam pertempuran tersebut.
Prancis juga berjanji untuk menyediakan lebih banyak senjata dan amunisi kepada Ukraina, meskipun produksi tahunan peluru artileri 155 mm – sekitar 20.000 – hanya akan bertahan seminggu di medan perang, Gajic menambahkan.
Pengaruh di AfrikaPada akhir 2023 lalu, tentara Perancis terpaksa mundur dari Niger, Mali dan Burkina Faso,
Mereka mundur karena kalah perang dari para pemberontak setempat yang diiayai oleh Rusia,
Meskis secara politis Prancis tidak berpengaruh, demikian diberitakan africanews.com, Perancis masih memiliki perngaruh dalam perekonomian.
Namun pengaruh tersebut lambat laun mulai menipis. Sementara Afrika semakin ekspansif, selain membantu secara militer, Vladimir putin juga terus menggelontorkan dana ke Afrika.
Tag: #balik #gusarnya #macron #terhadap #putin #ukraina #ternyata #kekalahan #afrika