Demam Monster Labubu: Antara Eksklusivitas, FOMO, dan Konsumerisme
Boneka labubu sedang bergandengan tangan. (Instagram/popmartth)
16:04
13 Oktober 2024

Demam Monster Labubu: Antara Eksklusivitas, FOMO, dan Konsumerisme

TERKAIT ”demam” Labubu yang menyerbu masyarakat, sosiolog Universitas Airlangga Nur Syamsiyah SSosio MSc mengatakan, daya tarik produk populer sering kali terletak pada nilai eksklusivitas, keterbatasan produksi, dan keterkaitannya dengan budaya pop yang memiliki basis penggemar.

Sebagaimana diketahui, boneka Labubu menjadi begitu booming setelah idol K-pop Lisa BLACKPINK memamerkannya di media sosial.

”Hal itu menciptakan persepsi bahwa memiliki Labubu berarti turut menjadi bagian dari tren global yang dipopulerkan sosok yang sangat diidolakan,” ujarnya kepada Jawa Pos pada Jumat (11/10).

Syamsiyah menambahkan, pembelian produk viral bukan sekadar soal pemenuhan kebutuhan individu. Namun, bagaimana seseorang terlihat relevan di mata lingkungan sosialnya. Dengan begitu, terjadilah fenomena fear of missing out (FOMO). Artinya, seseorang tidak ingin merasa tertinggal dari tren yang sedang populer.

”Dalam hal ini, media sosial memainkan peran penting dalam memperkuat narasi tersebut dan mendorong orang lain untuk ikut serta merasakan pengalaman serupa,” lanjut dosen sosiologi FISIP Unair itu.

Syamsiyah juga menghubungkan fenomena pembelian boneka viral dengan gaya hidup konsumerisme. Konsumerisme mendorong individu untuk mengidentifikasi diri melalui barang yang dibeli. Produk-produk konsumer dapat menjadi simbol status dan tren yang memberikan nilai tambah bagi pemiliknya.

”Sebetulnya, fenomena FOMO juga bisa membawa implikasi positif dari segi ekonomi. Produsen dan kreator berlomba-lomba menarik perhatian orang yang tidak ingin ketinggalan tren sehingga dapat meningkatkan penghasilan,” imbuhnya.

Di sisi lain, FOMO kerap memicu perilaku konsumtif yang kurang sehat sehingga masyarakat belanja melebihi kemampuan finansialnya. ”Tidak jarang, FOMO menambah tekanan sosial untuk ikut tren yang sebenarnya tidak cocok dengan minatnya. Juga menyebabkan kecemasan karena tidak ingin tertinggal tren serta memicu perbandingan sosial yang tidak sehat,” tandasnya. (lai/c7/nor)

Editor: Ilham Safutra

Tag:  #demam #monster #labubu #antara #eksklusivitas #fomo #konsumerisme

KOMENTAR