Studi: Gangguan Penglihatan Bisa Prediksi Risiko Demensia 12 Tahun Sebelum Diagnosis
Ilustrasi mata. Gangguan penglihatan terbukti bisa menjadi tanda awal demensia hingga 12 tahun sebelum diagnosis(Freepik)
05:06
26 Juni 2025

Studi: Gangguan Penglihatan Bisa Prediksi Risiko Demensia 12 Tahun Sebelum Diagnosis

Gangguan penglihatan dapat menjadi tanda awal terjadinya penurunan fungsi otak, bahkan hingga 12 tahun sebelum seseorang resmi didiagnosis mengalami demensia.

Temuan ini diungkapkan dalam studi terbaru yang dimuat di National Library of Medicine berdasarkan penelitian terhadap 8.623 orang sehat di Norfolk, Inggris.

Para peserta penelitian ini dipantau dalam jangka panjang dan sebanyak 537 di antaranya kemudian terdiagnosis demensia.

Peneliti meminta para partisipan mengikuti tes sensitivitas visual di awal studi. Mereka diminta menekan tombol saat melihat bentuk segitiga muncul di antara titik-titik yang bergerak di layar.

Hasilnya, partisipan yang kemudian terkena demensia cenderung membutuhkan waktu lebih lama untuk mengenali bentuk tersebut dibandingkan mereka yang tetap sehat.

“Masalah visual bisa menjadi indikator awal penurunan kognitif karena plak amiloid toksik yang terkait Alzheimer kemungkinan pertama kali menyerang area otak yang berperan dalam penglihatan, sebelum merusak bagian yang mengatur memori,” kata tim peneliti yang terdiri dari Prof. Eef Hogervorst, Ahmet Begde, dan Dr. Thom Wilcockson dari Loughborough University, dikutip dari Science Alert.

Gangguan mata yang mungkin terjadi

Penelitian ini juga mengidentifikasi sejumlah gangguan penglihatan lain yang umum terjadi pada pasien Alzheimer, seperti menurunnya kemampuan melihat kontras, kesulitan membedakan warna tertentu—khususnya biru-hijau—serta kontrol gerakan mata yang buruk terhadap objek yang mengganggu.

“Penderita Alzheimer tampaknya kesulitan mengabaikan rangsangan yang mengganggu, dan ini mungkin muncul sebagai gangguan kontrol gerakan mata,” tulis tim peneliti.

Gangguan semacam ini tidak hanya memengaruhi aktivitas sehari-hari, tapi juga dapat meningkatkan risiko kecelakaan, misalnya saat mengemudi.

Tim peneliti di Loughborough University saat ini tengah menyelidiki kaitan antara gangguan gerakan mata dan kecelakaan lalu lintas pada pasien demensia.

Sulit mengenali wajah

Penelitian juga menunjukkan bahwa pasien demensia memproses wajah orang baru secara tidak efisien.

Mereka cenderung tidak mengikuti pola umum memindai wajah—dari mata ke hidung lalu mulut—yang biasanya dilakukan untuk mengenali dan mengingat seseorang.

“Hal ini bisa menyebabkan pasien terlihat kebingungan karena mereka tidak memindai lingkungan atau wajah dengan cara yang disengaja, sehingga kemudian sulit mengingat orang yang baru saja mereka temui,” kata para peneliti.

Perlukah terapi gerakan mata?

Temuan ini juga mendorong penelitian lanjutan soal potensi gerakan mata untuk membantu fungsi memori.

Studi sebelumnya menunjukkan bahwa aktivitas seperti membaca atau menonton televisi—yang melibatkan gerakan mata berulang—berkaitan dengan fungsi memori yang lebih baik dan risiko demensia yang lebih rendah.

Beberapa riset juga menemukan bahwa gerakan mata cepat dari kiri ke kanan dapat meningkatkan memori autobiografis.

Namun, manfaat ini dilaporkan lebih menonjol pada individu yang bertangan kanan dan masih memerlukan studi lanjutan.

Meski demikian, pemanfaatan gerakan mata sebagai alat diagnostik dini untuk Alzheimer belum umum dilakukan karena keterbatasan teknologi dan biaya.

“Salah satu kendala utama adalah akses terhadap perangkat pelacak gerakan mata (eye tracker) yang masih mahal dan butuh keahlian khusus,” jelas tim peneliti.

Dengan meningkatnya pemahaman tentang keterkaitan antara penglihatan dan demensia, para ahli berharap metode diagnosis dini bisa dikembangkan lebih lanjut.

Studi ini menunjukkan potensi besar pengujian visual sebagai alat skrining kognitif sebelum gangguan daya ingat muncul.

Tag:  #studi #gangguan #penglihatan #bisa #prediksi #risiko #demensia #tahun #sebelum #diagnosis

KOMENTAR