Penyebab dan Gejala Pneumonia, Penyakit yang Mewabah di Jepang
ILUSTRASI PNEUMONIA - Foto ilustrasi penderita radang paru-paru atau pneumonia, yang diambil di Semarang, Sabtu (29/8/2015). Gejala dan penyebab pneumonia yang mewabah di Jepang pada awal 2025. 
19:50
9 Februari 2025

Penyebab dan Gejala Pneumonia, Penyakit yang Mewabah di Jepang

Simak penyebab dan gejala pneumonia, penyakit paru-paru yang saat ini mewabah di Jepang.

Pneumonia sebenarnya tak hanya berada di Jepang. Namun beberapa tahun ini kasus pneumonia meningkat, termasuk di Indonesia.

Pneumonia makin tersiar setelah aktris asal Taiwan, Barbie Hsu meninggal dunia karena penyakit ini.

Bahkan presenter Fenita Arie juga sempat terpapar pneumonia setelah liburan dari Jepang pada 10 Januari 2025 lalu.

Dikutip dari situs Kemenkes, pneumonia biasa disebut sebagai paru-paru basah.

Di mana kondisi peradangan terjadi pada jaringan paru-paru.

Peradangan tersebut mengakibatkan kantong udara terisi cairan sehingga paru-paru tidak berfungsi dengan baik.

Pasien yang terkena pneumonia dapat mengalami kegagalan fungsi organ tubuh.

Lantas apa penyebab dan gejala pneumonia?

Pneumonia disebabkan oleh berbagai mikroorganisme, termasuk bakteri, jamur, protozoa, dan virus.

Ada pula beberapa faktor pemicu pneumonia, di antaranya:

1. Kebiasaan Merokok

Merokok dapat merusak paru-paru dan menurunkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi, sehingga meningkatkan risiko pneumonia.

2. Penyakit Jantung Kronis 

Penyakit jantung dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko pneumonia.

3. Diabetes Melitus

Diabetes dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh, sehingga meningkatkan risiko pneumonia.

4. Kelemahan Struktur Organ Pernapasan

Kelemahan struktur organ pernapasan dapat membuat paru-paru lebih rentan terhadap infeksi.

5. Penurunan Tingkat Kesadaran

Penurunan tingkat kesadaran dapat meningkatkan risiko aspirasi, yang dapat menyebabkan pneumonia.

Masih dalam laman yang sama, gejala pneumonia biasanya dimulai dengan beberapa tanda. Di antaranya:

1, Demam disertai nyeri kepala dan tubuh menggigil.

2. Batuk tidak berdahak, atau berdahak dengan cairan mengandung nanah yang berwarna kekuningan.

3, Nyeri dada yang terasa ketika bernapas hingga napas yang pendek.

4. Mual, muntah, dan diare.

5. Rasa nyeri pada otot, sendi, serta mudah lelah.

6. Denyut nadi yang melemah hingga 100 kali per menit.

Jika merasakan gejala tersebut hingga kesulitan bernapas segera mencari pertolongan medis.

Dokter akan melakukan penanganan terhadap pneumonia dengan terapi kausal, terapi suportif umum, terapi inhalasi, dan fisioterapi dada.

Wabah Pneumonia di Jepang

Dokter di Thailand menyarankan agar warganya mempertimbangkan untuk berencana ke Jepang saat ini.

Dr. Jade Boonyawongwiroj, asisten direktur Rumah Sakit Maharat Nakhon Ratchasima, menggambarkan wabah influenza di Jepang saat ini berada di level "parah", dengan rata-rata 66.132 kasus baru dilaporkan setiap hari selama 144 hari terakhir.

Ia menekankan beberapa daerah di Tokyo memiliki tingkat infeksi yang tinggi, dengan beberapa rumah sakit menolak menerima pasien kecuali mereka dalam kondisi serius.

Institut Penyakit Menular Nasional Jepang memperkirakan bahwa dari 2 September 2024 hingga 26 Januari 2025, negara tersebut mencatat sekitar 9,52 juta kasus flu, menurut data yang dirilis pada 31 Januari.

Melansir dari laman Telegraph, wabah pneumonia di Jepang dilaporkan sudah disoroti sejak akhir 2024 lalu, yang mana dinilai sebagai wabah pneumonia terburuk yang terjadi selama lebih dari 20 tahun.

Pada akhir 2024 tercatat hampir 6.000 kasus pneumonia mikoplasma, jumlah tersebut meningkat lebih dari 10 kali lipat dibanding tahun sebelumnya.

Juga, merupakan jumlah tertinggi sejak pencatatan dimulai pada 1999.

Guna memerangi penyebaran penyakit ini, para ahli dari lima asosiasi medis Jepang menganjurkan untuk memakai masker kembali dan meningkatkan ventilasi dalam ruangan.

"Masyarakat harus cermat dalam mengambil tindakan pencegahan dasar untuk menghentikan penyebaran penyakit, seperti memakai masker dan mencuci tangan,” kata Mukae Hiroshi, Profesor di Universitas Nagasaki dan anggota Masyarakat Pernapasan Jepang, dikutip Kamis (6/2/2025).

Imbauan Kemenkes RI

Juru bicara Kemenkes drg Widyawati berpesan bagi WNI yang ingin melancong ke Jepang untuk selalu berperilaku hidup sehat dan bersih.

"Himbauannya selalu menjaga kesehatan, berperilaku hidup bersih dan sehat. Tidak ada pelarangan ke Jepang tetapi intinya adalah jaga kesehatan," kata dia saat ditemui di kantor Kemenkes, Jakarta, Jumat (7/2/2025).

Bagi mereka yang berisiko tinggi seperti anak dibawah dua tahun, lansia maupun orang dengan komorbid, disarankan untuk melengkapi diri dengan vaksinasi pneumonia maupun influenza.

Juga rutin mencuci tangan dengan sabun untuk membantu mencegah kuman yang dapat menyebabkan pneumonia.

Melalui pola hidup yang sehat maka bisa memperkuat sistem kekebalan tubuh dalam mencegah pneumonia.

Jika mungkin, hindari kontak dekat dengan orang yang sakit, terutama mereka yang memiliki infeksi saluran pernapasan.

"Jadi kembali lagi menjaga kesehatan, untuk mengantisipasi penyakit itu. Lakukan persiapan diri ketika hendak berpergian ke luar negeri," ungkap dia. (*)

(Tribunnews.com/ Siti N/ Rina Ayu) (Kompas.com/ Yoga Sukmana)

Editor: Wahyu Gilang Putranto

Tag:  #penyebab #gejala #pneumonia #penyakit #yang #mewabah #jepang

KOMENTAR