Presiden Global Takeda: Indonesia Bisa jadi Contoh bagi Dunia dalam Pencegahan DBD
President Global Vaccine Business Unit Takeda, dr. Derek Wallace dalam kunjungannya ke Indonesia sebagai bagian dari perjalanan ke Asia Tenggara pasca menjabat. (Takeda)
14:08
22 September 2024

Presiden Global Takeda: Indonesia Bisa jadi Contoh bagi Dunia dalam Pencegahan DBD

- Sebagai salah satu negara yang paling terdampak oleh Demam Berdarah Dengue (DBD), keluarga dan sistem kesehatan nasional Indonesia menghadapi beban cukup berat akibat dengue. Walaupun begitu, Indonesia tetap menunjukkan kepemimpinan kuat dalam memerangi DBD, melalui Strategi Nasional Penanggulangan Dengue (SNPD) 2021-2025.

SNPD 2021-2025 memprioritaskan upaya pencegahan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan mulai dari pemerintah, praktisi kesehatan, sektor swasta, serta masyarakat untuk mencapai tujuan nol kematian akibat dengue pada tahun 2030. Takeda Global mengakui dan mengapresiasi kepemimpinan Indonesia dalam upaya-upaya pencegahan dan penanganan DBD yang berjalan hingga saat ini.

Hal ini disampaikan oleh President Global Vaccine Business Unit Takeda, dr. Derek Wallace dalam kunjungannya ke Indonesia sebagai bagian dari perjalanan ke Asia Tenggara pasca menjabat. "Merupakan sebuah kehormatan dapat mengunjungi Indonesia, sebuah negara yang telah menunjukkan komitmen yang kuat dalam memerangi DBD. Dilihat dari sudut pandang global, Indonesia menjadi contoh bagi dunia dalam pencegahan DBD, dimana para pemangku kepentingan dari berbagai sektor bersinergi secara efektif untuk melawan penyakit yang mengancam jiwa ini," kata dr. Derek Wallace dalam keterangan tertulis, Minggu (22/9).

Menurutnya, kepemimpinan pemerintah dalam mendorong inisiatif manajemen vektor, memperkuat kolaborasi multi-sektor, serta mengadaptasi pencegahan inovatif seperti vaksinasi ke dalam strategi nasional, menunjukkan pendekatan terintegrasi yang memberikan dampak.

"Saya yakin bahwa dengan dedikasi berkelanjutan dari seluruh pemangku kepentingan, Indonesia berada di jalur yang tepat untuk mencapai tujuan bersama nol kematian akibat dengue pada tahun 2030," ujarnya.

DBD, yang disebabkan oleh empat serotipe virus dengue, merupakan penyakit serius yang bisa menyerang seseorang lebih dari sekali, dengan infeksi lanjutan yang berpotensi lebih parah. World Health Organization (WHO) mencatat, hingga April 2024, terdapat lebih dari 7,6 juta kasus global dengan lebih dari 3.000 kematian.

Indonesia sendiri menjadi salah satu negara dengan tingkat prevalensi DBD tertinggi di Asia Tenggara. Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menyebutkan lebih dari 190.561 kasus dan 1.141 kematian dilaporkan hingga minggu ke-36 tahun ini, meningkat dari 114.720 kasus dan 894 kematian pada tahun 2023.

Beban ekonomi DBD juga signifikan; BPJS Kesehatan mencatatkan pembiayaan hingga Rp 1,3 triliun pada 2023, meningkat tajam dari Rp 626 miliar pada tahun sebelumnya. Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) RI, Prof. dr. Dante Saksono Harbuwono, Sp.PD-KEMD., Ph.D, menegaskan pemerintah berkomitmen penuh untuk terus memerangi DBD melalui langkah preventif yang terintegrasi.

"Melihat peningkatan kasus yang terjadi dari tahun 2023 sampai dengan 2024 saat ini, menunjukkan perlunya langkah pencegahan yang lebih efektif dan inovatif. Untuk itu, Pemerintah Indonesia mendukung komitmen dengan enam strategi nasional penanggulangan dengue," katanya.

Namun tentunya, keberhasilan penanggulangan dengue tidak hanya tergantung pada komitmen pemerintah, tetapi juga membutuhkan dukungan dari semua pihak. Kolaborasi sinergis lintas-sektor sangat penting untuk memastikan pencegahan dan pengendalian dengue dapat berjalan efektif di seluruh Indonesia.

Strategi Nasional Penanganan Dengue 2021-2025 memperlihatkan kepemimpinan Indonesia dalam penanggulangan DBD, yang menjadi wujud komitmen dalam mengejawantahkan peta jalan Neglected Tropical Diseases (NTD) 2020-2030 dari WHO, di mana dengue menjadi salah satu penyakit tropis yang perlu dieliminasi pada tahun 2030. Strategi nasional ini menjadi dasar kolaborasi dan pembuatan strategi preventif DBD.

Beberapa program yang telah dilaksanakan pemerintah Indonesia diantaranya mencanangkan langkah-langkah pemberantasan sarang nyamuk melalui 3M Plus, Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (G1R1J), serta intervensi inovasi seperti pelepasan nyamuk ber-Wolbachia. Pemerintah juga menjalin berbagai kemitraan multi sektor di antaranya dengan menjadi tuan rumah International Arbovirus Summit 2024.

Kementerian Kesehatan RI bersama dengan Kaukus Kesehatan DPR RI, dengan didukung oleh Bio Farma, PT Takeda Innovative Medicines, World Mosquito Program, dan para pemangku kepentingan lintas-sektor, juga meluncurkan Koalisi Bersama (KOBAR) Lawan Dengue pada tahun 2023 guna merumuskan penanggulangan DBD yang lebih menyeluruh di Indonesia.

Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, Andreas Gutknecht menyampaikan semua pihak perlu berperan aktif dalam mencegah DBD untuk membuat perubahan. "Pencegahan adalah kunci melawan DBD. Ada tiga langkah yang bisa kita lakukan bersama-sama yaitu mengedukasi diri sendiri dan orang lain seputar DBD serta pencegahannya, mengendalikan nyamuk dengan 3M Plus, dan terakhir memanfaatkan metode pencegahan yang inovatif seperti vaksin DBD," tuturnya.

Ketua UKK Infeksi dan Penyakit Tropis, PP Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr. dr. Anggraini Alam, SpA(K) mengatakan, masyarakat perlu mengenal tanda dan gejala dengue. Ada tiga fase dalam perjalanan penyakit dengue selama tujuh hari, yang meliputi fase demam, fase kritis, dan pemulihan.

Fase kritis ditandai dengan turunnya demam. Apabila ada salah satu saja tanda bahaya, seperti nyeri perut hebat, muntah-muntah, perdarahan, lemah atau gelisah; harus segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.

"Hingga saat ini, belum ada obat khusus untuk mengobati dengue, sehingga pencegahan menjadi krusial," pungkasnya.

Editor: Estu Suryowati

Tag:  #presiden #global #takeda #indonesia #bisa #jadi #contoh #bagi #dunia #dalam #pencegahan

KOMENTAR