Perbankan Optimistis Kondisi Perekonomian, Genjot Bisnis Konsumer dengan Layanan Digital
–Bisnis consumer banking tengah menghadapi sejumlah tantangan. Seperti ketidakpastian ekonomi yang masih berlanjut, era suku bunga tinggi, dan peningkatan pungutan pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar 12 persen di 2025. Sehingga menekan daya beli masyarakat yang berdampak pada penurunan permintaan pembiayaan.
Meski demikian, perbankan masih optimistis terhadap kondisi perekonomian ke depan. Berbagai strategi dilakukan agar bisnis consumer tetap positif. Salah satunya menyediakan layanan digital.
PT Bank KEB Hana Indonesia (Hana Bank) melalui LINE Bank melanjutkan pengembangan produk kredit tanpa agunan (KTA) digital di dalam aplikasi. Menyediakan program cicilan yang salah satunya dapat dimanfaatkan untuk pembelian smartphone dengan aman, cepat, dan mudah. Mulai dari pengajuan, analisis, hingga pembayaran sesuai limit yang disetujui.
Chief Consumer Banking Officer Hana Bank Stefen Loekito menyatakan, kredit digital memang bukan hal yang baru. Seiring dengan minat dan kebutuhan masyarakat yang semakin tinggi untuk memperoleh teknologi komunikasi dalam genggaman.
”Inilah yang mendorong LINE Bank berkolaborasi dengan mitra guna memperluas jangkauan layanan perbankan digital,” ungkap Stefen Loekito, Jumat (6/12).
Tahap pertama program akan berfokus di wilayah Jabodetabek. Ke depannya, diharapkan mampu memberikan akses yang lebih mudah melalui proses yang seluruhnya berbasis ekosistem digital.
”Melalui inovasi ini, LINE Bank berkomitmen untuk memberikan pengalaman Ngebank #CaraLain yang nyaman serta menjadi solusi bagi masyarakat dalam melakukan pinjaman untuk memenuhi kebutuhan gaya hidup dengan simple, fast, dan reliable,” ujar Stefen.
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk menggenjot kredit kendaraan bermotor (KKB) dengan fitur Livin’ Auto di super apps Livin' by Mandiri. Mulai dari pengajuan, persetujuan, hingga pengiriman kendaraan bisa dilakukan dalam satu aplikasi. Nasabah hanya memerlukan waktu sekitar 30 menit untuk proses pre-check dan tiga jam untuk persetujuan kredit.
Direktur Jaringan dan Retail Banking Bank Mandiri Aquarius Rudianto berharap, dapat mengoptimalkan akuisisi dan meningkatkan portofolio KKB di akhir 2024. Hingga September 2024, total pengajuan Mandiri KKB mencapai Rp 7,8 triliun. Meningkat 7 persen dibandingkan periode yang sama di 2023 sebesar Rp 7,3 triliun.
”Angka ini menunjukkan tingginya kepercayaan nasabah terhadap layanan pembiayaan kendaraan dari Bank Mandiri. Fitur tersebut merupakan langkah strategis untuk membawa Livin’ by Mandiri sebagai beyond super app bidang finansial dan gaya hidup to the next level,” kata Aquarius.
Melalui digitalisasi, bank berlogo pita emas itu mampu memberikan personal loan dengan plafon hingga Rp 1 miliar bagi nasabah yang memenuhi syarat, layanan konversi transaksi kartu kredit menjadi cicilan dengan tenor bervariasi, dan power cash kartu kredit. Memungkinkan nasabah mengonversi limit kartu kredit menjadi uang tunai hingga 50 persen.
Selain itu, tersedia layanan buy now pay later (BNPL) sebagai opsi pembayaran di berbagai merchant dengan menggunakan QRIS. Ada pula fitur Livin’ KPR yang mempermudah nasabah dalam menemukan hunian impian dari sejumlah developer.
Hingga kuartal III 2024, pengguna aplikasi Livin' by Mandiri menembus angka 27,6 juta pengguna. Naik 32 persen secara year-on-year (YoY). Dari jumlah tersebut, total nilai transaksi super apps itu mencapai Rp 2.940 triliun dengan frekuensi transaksi 2,7 miliar.
Direktur Bisnis Konsumer BRI Handayani mengatakan, perbankan harus semakin cepat dalam mengembangkan produk digital. Untuk menyaingi platform pinjaman online (pinjol) yang menawarkan kemudahan akses dan kecepatan layanan. Fenomena itu yang kemudian mendorong bank untuk terus berinovasi, seperti mobile banking atau pinjaman digital berbasis aplikasi.
Dia menilai, pinjol telah memperluas akses terhadap layanan keuangan. Terutama bagi segmen masyarakat yang sebelumnya sulit mendapatkan pinjaman formal. Seiring persyaratan yang lebih ketat.
”Hal ini memberikan tantangan sekaligus peluang bagi perbankan, karena sebagai bank dengan fokus inklusi keuangan, perbankan bisa memperkuat posisi dengan menyediakan produk pinjaman yang lebih terjangkau dan ramah bagi masyarakat yang belum terlayani (unbanked),” ujar Handayani.
BRI yang memiliki basis nasabah di segmen mikro dan ritel merasakan langsung dampak dari hadirnya pinjol. Nasabah yang biasanya memanfaatkan produk kredit usaha rakyat (KUR) atau pinjaman mikro, saat ini memiliki alternatif pinjol yang menawarkan proses lebih cepat. Meski begitu, pelaku perbankan tidak melihat fenomena pinjol sebagai ancaman.
Handayani menilai, bank dapat kolaborasi dengan pinjol untuk menciptakan solusi keuangan yang lebih inklusif. Dengan keunggulan infrastruktur dan modal yang dimiliki, perbankan bisa merangkul teknologi pinjol untuk menawarkan produk yang sesuai dengan kebutuhan nasabah. Baik dari sisi fleksibilitas maupun biaya.
Dia menyadari bahwa kemudahan dan kecepatan adalah faktor utama yang membuat banyak masyarakat beralih ke pinjaman finansial teknologi (fintech). ”Untuk bersaing dalam lanskap ini, BRI telah meluncurkan BRIGuna Digital melalui platform BRImo sebagai bagian dari strategi untuk menarik kembali nasabah yang mungkin beralih ke pinjol,” tandas Handayani.
Tag: #perbankan #optimistis #kondisi #perekonomian #genjot #bisnis #konsumer #dengan #layanan #digital