Prabowo-Gibran Andalkan Bioetanol dari Singkong dan Tebu untuk Transisi Energi
Calon presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto menyapa relawan saat menghadiri konsolidasi pemenangan Prabowo-Gibran di Kota Bengkulu, Bengkulu, Kamis (11/1/2024). (DOK. TKN PRABOWO-GIBRAN)
15:54
12 Januari 2024

Prabowo-Gibran Andalkan Bioetanol dari Singkong dan Tebu untuk Transisi Energi



- Komitmen meninggalkan energi fosil atau energi tinggi emisi ke energi baru terbarukan ditawarkan oleh ketiga pasangan calon presiden-wakil presiden yang berkontestasi di pilpres 2024. Tak terkecuali oleh paslon nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Dewan Pakar TKN Prabowo-Gibran, Dradjad Wibowo menyampaikan, sudah sejak lama atau setidaknya sejak 2010, Prabowo Subianto menaruh harapan pada bioetanol dan biofuel sebagai sumber energi bersih. Tim Kampanye Nasional Prabowo-Gibran pun telah memasukkan poin ini dalam Dokumen Asta Cita Prabowo-Gibran dalam sub Ekonomi Hijau.

"Ini sudah sering disampaikan oleh Pak Prabowo Subianto sejak beliau mulai terjun di politik. Singkong dan tebu, sekaligus menuju kemandirian komoditas gula. Ini salah satu program favorit beliau," kata Dradjad Wibowo dalam diskusi yang digelar Traction Energy Asia, Trend Asia, dan Forest Watch Indonesia (FWI), Rabu (10/1).

Saat ini, pemanfaatan energi bersih di Indonesia baru sekitar 12,6 GW atau 0,3 persen dari potensinya yang mencapai 3.687,4 GW. Berdasarkan data Dewan Energi Nasional, potensi sumber energi bersih itu tersebar dalam bentuk energi surya 3.294,4 GW, angin 155 GW, hidro 95 GW, arus laut 63 GW, bioenergi 57 GW, dan panas bumi 23 GW.

"Kalau ditanyakan program andalan Prabowo-Gibran untuk transisi energi bersih ini adalah kita akan memperbanyak sumber-sumber bioetanol," lanjut Dradjad.

Lebih lanjut, dia menyebut, jika saat ini pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin memiliki program lumbung pangan (food estate), maka jika terpilih nanti pemerintahan Prabowo-Gibran akan membangun lumbung energi. Pengembangan bioetanol menjadi fokus pasangan capres-cawapres nomor urut 2 ini karena berpotensi membuka banyak lapangan pekerjaan.

"Nanam singkong, nanam tebu, rakyat kita relatif terbiasa. Jadi, kesiapan kultural sudah ada. Penyerapan tenaga kerjanya tinggi. Keekonomiannya lebih cepat dicapai," kata ekonom Indef ini.



Namun, meskipun pengembangan bioetanol menjadi andalan, Prabowo-Gibran juga akan mendorong pemanfaatan energi alam seperti surya dan panas bumi. Khusus untuk panas bumi atau geothermal ini, Dradjad menyadari, mungkin akan sulit mencapai keekonomian. Oleh karenanya, perlu disiapkan pula skema pembiayaan APBN.

"Kita tidak bisa begitu saja memaksa PLN untuk langsung membeli tanpa menyiapkan skema keuangannya. Karena kalau tidak, PLN yang sudah mengalami banyak permasalahan sekarang, tentu akan semakin berat bebannya," terang Dradjad. "Kita sadar transisi energi ke energi bersih ini memerlukan dana besar," lanjutnya.

Atas dasar itu pula, TKN Prabowo-Gibran dalam dokumen Asta Citanya mengalokasikan anggaran yang besar untuk kegiatan-kegiatan riset, pengembangan, dan inovasi seperti yang dilakukan oleh BRIN, salah satunya. "Supaya peneliti-peneliti kita bisa menemukan cara agar panas bumi lebih kompetitif, menemukan cara-cara agar energi surya kita bisa lebih dimasifkan penyebarannya ke banyak daerah," jelas Dradjad.

Sementara itu, terkait dengan pengembangan biodiesel yang sejauh ini mengandalkan kelapa sawit (CPO), Dradjad mengakui masih ada kompetisi antara kebutuhan untuk pangan dan energi. Untuk hal ini, dia menawarkan perlunya dibangun konsensus nasional, berapa kebutuhan untuk pangan, dan berapa untuk energi.

Terkait pengembangan biodiesel ini, dia pun mengusulkan perlunya mengembangkan audit lingkungan yang kredibel. Sehingga diharapkan, upaya-upaya transisi energi yang dilakukan betul-betul memenuhi aspek kelestarian.

"Terakhir kita harus sepakat, program-program yang dijalankan tidak mengonversi hutan alam. Tetapi, memanfaatkan tanah-tanah yang rusak, tanah yang idle untuk memenuhi kebutuhan energi dan pangan," tuturnya.



Dalam diskusi bertajuk Meneropong Bioenergi di Tangan Calon Presiden dan Wakil Presiden 2024-2029 tersebut, Manager Kampanye, Advokasi, dan Media FWI Anggi Putra Prayoga mengingatkan setiap paslon mengenai dampak yang terjadi ketika transisi energi digalakkan di Indonesia. Utamanya, terhadap kondisi hutan dan lahan.

Berdasarkan data Kementerian ESDM, realisasi 2021, porsi energi baru terbarukan baru mencapai 11,7 persen. Masih ada gap cukup jauh untuk mencapai target 23 persen pada 2025. Pemerintah pun telah menetapkan strategi percepatan penggunaan EBT melalui penggunaan B30, B40, dan B50, hingga pemanfaatan biomassa untuk co-firing PLTU.

Di sisi lain, pemanfaatan biomassa untuk co-firing PLTU belum tergambar dalam data produksi kayu 2022 dan 2023, berdasarkan data KLHK. Artinya, lanjut Anggi, ketika co-firing diimplementasikan di 52 PLTU, maka akan terjadi perubahan grafik, perubahan produksi, dan perubahan intervensi terhadap hutan dan lahan di Indonesia.

"Itu yang menyebabkan kecenderungan deforestasi hutan dan lahan di Indonesia. Maka pemanfaatan biomassa untuk co-firing atau dibakar itu adalah pemanfaatan baru yang akan mengubah tata kelola hutan di Indonesia," jelas Anggi.

Padahal fungsi hutan tidak hanya untuk menurunkan emisi, tetapi juga sebagai ruang hidup masyarakat terutama di kawasan timur Indonesia dan pulau-pulau kecil. FWI mencatat, luas hutan alam di Indonesia saat ini mencapai 93 juta hektare (ha), dimana seluas 26,5 juta ha diantaranya masuk dalam kawasan konsesi, dan 66,5 juta ha berada di luar konsesi.

Menurut Anggi, ketika hutan alam dikonversi menjadi hutan tanaman energi, penurunan emisinya tentu tidak akan sama. "Ini seharusnya dikuatkan dari masing-masing paslon 1, 2, 3 apakah emang hutan tanaman energi yang akan dibangun itu berbasis konsesi, atau berbasis masyarakat, atau akan menjaga hutan alam yang ada di Indonesia tapi dengan rehabilitasi lahan-lahan kritis. Komitmen itu perlu dimunculkan ke publik," tukas Anggi.

Editor: Estu Suryowati

Tag:  #prabowo #gibran #andalkan #bioetanol #dari #singkong #tebu #untuk #transisi #energi

KOMENTAR