Antisipasi Dampak Berantai Resesi Jepang-Inggris
– Masuk jajaran 20 negara dengan ekonomi terbesar dunia pada 2023, secara mengejutkan Inggris dan Jepang kini mengalami resesi. Perekonomian Jepang mengalami resesi teknis setelah secara tak terduga kontraksi pada kuartal terakhir 2023. Hal yang sama pula dialami Inggris. Indonesia, menurut analisis ekonom, perlu mewaspadai kondisi tersebut.
Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto mengatakan, khususnya untuk Jepang, ada potensi dampak langsung yang bisa menyambar Indonesia. ”Karena nilai ekspor kita ke sana porsinya 7 persen, untuk Inggris dampak langsung dari dagang kecil,” ujar Eko kepada Jawa Pos kemarin (17/2).
Namun, lanjut Eko, secara keseluruhan, jika hanya dua negara tersebut yang resesi, dampaknya relatif masih moderat. Sebab, dua negara itu bukan mitra dagang yang terbesar. ”Yang harus diwaspadai adalah dua negara tersebut punya hubungan dagang dan investasi yang besar dengan negara-negara maju lainnya. Sehingga, jika ada negara mitra mereka yang terdampak, secara tidak langsung akan berdampak juga pada Indonesia,” ulasnya.
Jepang, misalnya, porsi impor terbesar mereka dari Tiongkok 22 persen, Amerika Serikat 11 persen, dan Australia 10 persen. Dengan begitu, jika Jepang resesi, dampak ke ekonomi negara mitra tersebut besar. Lalu, negara mitra Jepang akan berdampak ke Indonesia.
Namun, Eko menyebut sangat mungkin resesi yang dialami Jepang dan Inggris akan berlangsung dalam jangka waktu yang tidak panjang. ”Kemungkinan short term, jarang sekali PDB dua negara tersebut turun terus lebih dari 4 triwulan. Artinya, mungkin semester II nanti mulai tumbuh positif lagi,” tegasnya.
Sementara itu, soal resesi yang dialami Jepang, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan pemerintah telah mengantisipasi dampak pelemahan global. Hal itu juga telah masuk proyeksi Bank Dunia dan IMF. ”Jadi ya tentu kita antisipasinya jaga komoditas ekspor, jaga market luar, dan kemudian juga kita melihat bahwa ke depan kita harus buka pasar baru,” ujar Airlangga, Jumat (16/2).
Langkah konkretnya, antara lain, dengan keanggotaan di multilateral agency, termasuk OECD (Organisation for Economic Cooperation and Development). Hal itu dipercaya mampu memberi Indonesia kesempatan untuk memperluas ekonominya. Langkah selanjutnya adalah menjaga daya beli masyarakat. ”Mesin konsumsi akan terus dijaga karena itu yang negara lain tidak punya. Jadi, kalau negara lain tidak punya, kita punya, kan kita harus perkuat itu,” tegasnya. (agf/c7/fal)