Lebih dari 50.000 Pekerja AS Kena PHK Akibat AI pada 2025
Ilustrasi PHK. Pemanfaatan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) disebut menjadi salah satu faktor utama di balik gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) di Amerika Serikat sepanjang 2025.(canva.com)
08:04
22 Desember 2025

Lebih dari 50.000 Pekerja AS Kena PHK Akibat AI pada 2025

- Artificial intelligence (AI) menjadi salah satu faktor utama yang mendorong gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) di Amerika Serikat sepanjang 2025.

Dikutip dari CNBC, Senin (22/12/2025), konsultan ketenagakerjaan Challenger, Gray & Christmas mencatat, hampir 55.000 PHK pada tahun ini secara langsung dikaitkan dengan penerapan AI.

Secara keseluruhan, jumlah PHK yang diumumkan sepanjang 2025 mencapai 1,17 juta pekerjaan. Angka ini menjadi yang tertinggi sejak pandemi Covid-19 pada 2020, ketika total PHK mencapai 2,2 juta hingga akhir tahun.

Challenger mencatat, pada Oktober 2025 perusahaan-perusahaan di AS mengumumkan sekitar 153.000 PHK. Sementara itu, lebih dari 71.000 PHK terjadi pada November, dengan lebih dari 6.000 di antaranya secara spesifik dikaitkan dengan AI.

Di tengah tekanan inflasi, meningkatnya biaya akibat tarif, serta upaya perusahaan memangkas pengeluaran, AI dipandang sebagai solusi jangka pendek yang menarik untuk efisiensi biaya.

Studi Massachusetts Institute of Technology (MIT) yang dirilis pada November menunjukkan bahwa AI sudah mampu menggantikan pekerjaan sebesar 11,7 persen dari pasar tenaga kerja AS.

Teknologi ini juga disebut berpotensi menghemat hingga 1,2 triliun dollar AS dalam biaya upah, terutama di sektor keuangan, layanan kesehatan, dan jasa profesional lainnya.

Meski demikian, tidak semua pihak sepakat bahwa AI menjadi penyebab utama PHK. Fabian Stephany, asisten profesor AI dan dunia kerja di Oxford Internet Institute, sebelumnya mengatakan bahwa AI bisa saja dijadikan alasan PHK.

Stephany menilai banyak perusahaan yang berkinerja baik selama pandemi telah “merekrut terlalu banyak karyawan.” PHK yang terjadi saat ini, menurut dia, lebih menyerupai proses “pembersihan pasar”.

“Ini sampai batas tertentu adalah memecat orang-orang yang sejak awal tidak memiliki prospek jangka panjang yang berkelanjutan. Alih-alih mengakui kesalahan perhitungan dua atau tiga tahun lalu, perusahaan kemudian menjadikan AI sebagai kambing hitam,” ujar Stephany.

Berikut sejumlah perusahaan besar secara terbuka menyebut AI sebagai bagian dari strategi PHK dan restrukturisasi mereka sepanjang 2025.

1. Amazon

Amazon mengumumkan gelombang PHK terbesar dalam sejarah perusahaan pada Oktober 2025 dengan memangkas 14.000 posisi karyawan korporat. Langkah ini diambil seiring fokus perusahaan pada “taruhan terbesar” mereka, termasuk AI.

“Generasi AI ini adalah teknologi paling transformatif yang kami lihat sejak internet. AI memungkinkan perusahaan berinovasi jauh lebih cepat dari sebelumnya,” tulis Senior Vice President of People Experience and Technology Amazon, Beth Galetti, dalam sebuah unggahan blog.

Ia menambahkan, Amazon perlu beroperasi secara lebih ramping dengan lapisan organisasi yang lebih sedikit agar dapat bergerak lebih cepat untuk pelanggan dan bisnis.

CEO Amazon Andy Jassy sebelumnya juga telah memperingatkan bahwa AI akan menyusutkan jumlah tenaga kerja perusahaan.

Menurut dia, Amazon akan membutuhkan lebih sedikit orang untuk beberapa jenis pekerjaan yang ada saat ini, dan lebih banyak orang untuk jenis pekerjaan lainnya.

2. Microsoft

Microsoft juga telah memangkas sekitar 15.000 pekerja sepanjang 2025. PHK terbaru diumumkan pada Juli, dengan sekitar 9.000 posisi terdampak.

CEO Microsoft Satya Nadella menulis dalam memo kepada karyawan bahwa perusahaan perlu “membayangkan ulang” misinya untuk era baru, seraya menekankan peran penting AI.

“Apa arti pemberdayaan di era AI? Ini bukan hanya tentang membangun alat untuk peran atau tugas tertentu, tetapi membangun alat yang memberdayakan semua orang untuk menciptakan alat mereka sendiri,” kata Nadella.

3. Salesforce

CEO Salesforce Marc Benioff mengonfirmasi pada September bahwa perusahaan telah memangkas 4.000 pekerja layanan pelanggan dengan bantuan AI.

“Saya menguranginya dari 9.000 menjadi sekitar 5.000 orang, karena saya membutuhkan lebih sedikit orang,” ujar Benioff dalam wawancara di podcast The Logan Bartlett Show.

Benioff juga mengungkapkan bahwa AI sudah menangani hingga 50 persen pekerjaan di Salesforce.

4. IBM

CEO IBM Arvind Krishna mengatakan kepada Wall Street Journal pada Mei bahwa chatbot AI telah menggantikan pekerjaan beberapa ratus karyawan di divisi sumber daya manusia.

Namun, berbeda dengan perusahaan lain, Krishna menyebut IBM justru meningkatkan perekrutan di bidang yang membutuhkan pemikiran kritis, seperti rekayasa perangkat lunak, penjualan, dan pemasaran.

Pada November, IBM mengumumkan pemangkasan sekitar 1 persen tenaga kerja global, yang berpotensi berdampak pada hampir 3.000 karyawan.

5. CrowdStrike

Perusahaan keamanan siber CrowdStrike pada Mei mengumumkan PHK terhadap 5 persen tenaga kerjanya, atau sekitar 500 karyawan, dan secara langsung mengaitkan langkah tersebut dengan AI.

“AI selalu menjadi fondasi cara kami beroperasi,” tulis Co-founder dan CEO CrowdStrike George Kurtz dalam memo kepada karyawan. Menurut dia, AI membantu mempercepat inovasi, meningkatkan efisiensi, dan merampingkan proses bisnis perusahaan.

6. Workday

Platform sumber daya manusia Workday pada Februari menjadi salah satu perusahaan pertama yang mengumumkan PHK pada 2025. Perusahaan memangkas 8,5 persen tenaga kerjanya, atau sekitar 1.750 pekerjaan.

CEO Workday Carl Eschenbach mengatakan, PHK dilakukan untuk memprioritaskan investasi AI dan membebaskan sumber daya perusahaan.

Tag:  #lebih #dari #50000 #pekerja #kena #akibat #pada #2025

KOMENTAR