ESDM Ungkap Faktor-faktor Picu Banjir Bandang Hingga Longsor di Sumatera
- Kementerian ESDM mengidentifikasi curah hujan ekstrem dan geomorfologi curam sebagai penyebab utama bencana di Aceh, Sumut, dan Sumbar.
- Bibit Siklon Tropis 95B meningkatkan potensi cuaca ekstrem hujan lebat di beberapa provinsi Sumatera per 21 November 2025.
- Pencegahan mencakup peningkatan kapasitas desa dan pengendalian tata guna lahan, sementara BMKG waspadai MCC di barat Sumatera.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) lewat badan geologi mengungkapkan ada beberapa faktor utama yang menimbulkan bencana banjir dan longsor di wilayah Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.
Faktor pertama, curah hujan tinggi hingga ekstrem sebagai faktor dominan. Kondisi geomorfologi yang curam hingga sangat curam serta litologi yang lapuk dan mudah tererosi turut memperparah kerentanan wilayah tersebut.
Ini terjadi d lima kabupaten, yaitu Humbang Hasudutan, Agam, Mandailing Natal, Gayo Lues, dan Aceh Tenggara
"Peningkatan kapasitas masyarakat desa rawan bencana melalui identifikasi tanda awal longsor, jalur evakuasi, serta revitalisasi vegetasi lereng menjadi fondasi pencegahan di tingkat tapak. Pengendalian tata guna lahan pada lereng curam termasuk pembatasan pembukaan lahan baru dan perbaikan drainase permukaan merupakan langkah struktural yang sangat menentukan dalam menurunkan risiko pada kawasan permukiman," ujar Plt Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Lana Saria yang dikutip, Senin (1/12/2025).
PerbesarFoto Udara sampah kayu gelondongan pasca banjir bandang di Nagari Muaro Pingai, Kecamatan Junjung Sirih, Kab. Solok. Sumatera Barat, Sabtu (29/11/2025). [ANTARA FOTO/Wawan Kurniawan/Lmo/bar]Faktor kedua, soal longsor yang terjadi di dua kabupaten di Sumatera Utara, Lana menambahkan bahwa lokasi bencana umumnya berada di kawasan perbukitan curam hingga sangat curam yang mengelilingi Kota Sibolga, khususnya di sisi timur-selatan.
"Berdasarkan Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah, secara umum Kota Sibolga berada pada zona potensi gerakan tanah menengah-tinggi, yang berarti wilayah ini dapat dan atau sering mengalami kejadian gerakan tanah," imbuhnya.
Waspada Bencana Susulan
Sementara, Kepala Badan Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Teuku Faisal Fathani menganalisis perkembangan signifikan Bibit Siklon Tropis 95B yang teridentifikasi sejak 21 November 2025 di perairan timur Aceh, Selat Malaka.
Analisis tersebut menunjukkan bahwa 95B meningkatkan intensitas dan memicu potensi cuaca ekstrem berupa hujan lebat hingga ekstrem serta angin kencang di wilayah Aceh, Sumatra Utara, Sumatera Barat, Riau dan sekitarnya.
"Masyarakat di wilayah terdampak diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem akibat dampak dari Bibit Siklon 95B. Saat ini BMKG terus memantau intensitas 95B dan meminta stakeholder terkait untuk memastikan langkah mitigasi demi meminimalisir hal yang tidak diinginkan," imbuhnya.
Saat ini, BMKG juga mendeteksi keberadaan Meso Siklon Konvektif Kompleks (Mesoscale Convective Complex/MCC) di Samudra Hindia barat Sumatra, yang berpotensi memicu bencana susulan. Hal Ini perlu diwaspadai khususnya untuk wilayah Mandailing Natal, Sumatera Utara, dan mayoritas wilayah Sumatera Barat.
MCC merupakan sistem badai petir berskala besar dan terorganisasi yang dapat menimbulkan hujan dengan intensitas sangat tinggi dalam durasi panjang, angin kencang, hingga hujan es.
Tag: #esdm #ungkap #faktor #faktor #picu #banjir #bandang #hingga #longsor #sumatera