



Listrik Masuk Desa, Senyum Merekah di Ujung-ujung Negeri
Ada yang beda dari Kampung Iraiweri, Distrik Anggi, Pegunungan Arfak, Papua Barat yang dirasakan masyarakatnya. Puluhan tahun selalu bergelut dengan kegelapan saat matahari tenggelap, kini tak lagi dirasakan. Dari hanya bergantung pada rembulan dan lampu minyak yang menebar asap saat senja turun di balik perbukitan, kini sudah berubah.
Saat ini, saat matahari tenggelam, deretan rumah kayu di lereng gunung itu bersinar lembut — berkat aliran air yang diubah menjadi energi oleh Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Anggi.
“Semua rumah itu harus dapat listrik, supaya anak-anak bisa belajar, mamak-mamak bisa masak dengan lampu,” ujar Elias Inyomusi, warga Anggi.
Elias masih ingat betul masa-masa tanpa penerangan: warga bikin api, pasang gelegar dari rotan, isi minyak tanah, baru bakar. "Itu yang kami pakai belajar,” kenangnya. Kini, anak-anak tak lagi menatap buku di bawah cahaya sumbu minyak, tapi di bawah lampu pijar yang tak pernah padam.
Petugas PLN memasang sambungan listrik ke rumah warga. (Istimewa).
Bagi masyarakat Anggi, listrik bukan sekadar penerangan — tapi simbol kemajuan. “Dengan lampu seperti ini, anak-anak kami bisa belajar, pintar, bersaing dengan distrik lain. Terima kasih, kami tetap NKRI,” ucap Piti Inyomusi penuh haru.
Pembangunan PLTMH Anggi merupakan bagian dari program strategis Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang menjadikan Kabupaten Pegunungan Arfak satu-satunya wilayah di Indonesia yang seluruh pasokan listriknya bersumber dari energi baru terbarukan (EBT).
Ratusan kilometer dari Papua Barat, di Desa Bandar Jaya, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, kisah serupa juga menyala. Di teras rumah kayunya, Ruslam (52) akhirnya tersenyum lega. Untuk pertama kalinya, rumahnya terang tanpa suara bising genset. “Sebelumnya saya pakai genset. Enam jam satu liter bensin, jadi jam sepuluh malam sudah gelap lagi,” katanya.
Dulu, anak-anaknya belajar di bawah lampu redup, sementara sang istri harus berhenti menjahit saat bahan bakar habis. Kini, kehidupan mereka berubah. “Anak-anak bisa belajar sampai malam, istri bisa menjahit tanpa terburu-buru, saya bisa istirahat dengan tenang,” ujarnya penuh rasa syukur.
Momen paling berkesan terjadi ketika Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyalakan kWh meter di rumahnya. Seketika lampu menyala terang dan warga bersorak gembira. “Bagi kami, ini bukan sekadar penerangan, tapi awal kehidupan baru,” kata Ruslam.
Petugas PLN memasang sambungan listrik ke rumah warga. (Istimewa).
Transformasi di dua ujung negeri itu terwujud berkat Program Bantuan Pasang Baru Listrik (BPBL) dan Listrik Desa (Lisdes) — dua inisiatif utama pemerintah untuk mewujudkan keadilan energi dan memastikan seluruh warga Indonesia merasakan manfaat listrik.
“Program Lisdes ini wujud nyata arahan Presiden Prabowo Subianto agar seluruh desa di Indonesia menikmati listrik paling lambat tahun 2029–2030,” ujar Menteri Bahlil saat kunjungan ke Musi Banyuasin (16/10/2025).
Hingga kini, masih ada sekitar 5.700 desa dan 4.400 dusun yang belum tersambung listrik. Karena itu, Program Lisdes 2025 menargetkan pembangunan di 1.285 lokasi baru, termasuk jaringan tegangan menengah sepanjang 4.770 kilometer, jaringan tegangan rendah 3.265 kilometer, serta gardu berkapasitas total 94.040 kVA.
Bagi wilayah yang sulit dijangkau jaringan PLN, pemerintah menyiapkan alternatif berupa Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) komunal dan individual dengan baterai. Sementara itu, BPBL menyasar 215.000 rumah tangga miskin di 36 provinsi untuk memperoleh listrik gratis lengkap dengan instalasi rumah tangga dan token perdana senilai Rp100.000.
Kini, listrik bukan hanya tanda kemajuan, tetapi bukti nyata hadirnya negara. Dari gemericik air di Pegunungan Arfak hingga senyum Ruslam di Musi Banyuasin, cahaya yang sama menyala — cahaya harapan, cahaya keadilan.
“Masa Indonesia sudah merdeka 80 tahun tapi masih ada desa gelap?” tanya Bahlil lirih, mengenang masa kecilnya di kampung tanpa listrik. Kini, di bawah cahaya lampu-lampu sederhana, mimpi itu perlahan menjadi nyata.
Tag: #listrik #masuk #desa #senyum #merekah #ujung #ujung #negeri