Menakar Untung Rugi Konflik Israel-Iran Bagi Indonesia
Petugas keamanan Israel memeriksa kerusakan bangunan yang hancur dihantam rudal Iran, di kawasan permukiman Ramat Aviv, Ibu Kota Tel Aviv, Israel, Minggu (22/6/2025).(AFP/JACK GUEZ)
10:44
24 Juni 2025

Menakar Untung Rugi Konflik Israel-Iran Bagi Indonesia

- Ketegangan geopolitik di Timur Tengah kembali memuncak setelah Amerika Serikat (AS) menyerang tiga fasilitas nuklir utama Iran. Serangan langsung AS ke Iran ini memantik kekhawatiran global, tak terkecuali bagi Indonesia.

Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, serangan langsung AS ke Iran ini merupakan yang pertama kali terjadi dan membuka potensi eskalasi konflik yang lebih luas di kawasan.

Hal ini menimbulkan kekhawatiran terganggunya distribusi minyak dan gas global, khususnya yang melalui Selat Hormuz, Iran yang strategis.

"Estimasi harga minyak mentah akan menyentuh 80-83 dollar AS per barel dalam waktu dekat, setidaknya awal Juli 2025. Meski permintaan energi saat ini turun, konflik bisa mendorong lonjakan harga," ujarnya kepada Kompas.com, Senin (23/6/2025).

Bagi Indonesia, kondisi ini bisa menimbulkan inflasi yang bersumber dari kenaikan harga energi, terutama bahan bakar minyak (BBM) dan LPG impor.

"Lonjakan biaya impor BBM akan sebabkan inflasi harga yang diatur pemerintah melonjak, tapi di saat daya beli lesu. Ini bukan inflasi yang baik, begitu harga BBM naik," ucapnya.

Bahkan, jika perang berlangsung lebih lama, dia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya akan mencapai 4,5 persen tahun ini, jauh dari target 8 persen yang dicanangkan pemerintah.

Di sisi lain, masuknya AS ke konflik geopolitik di Timur Tengah ini juga menguntungkan bagi Indonesia. Lantaran dapat memicu investor global menjauhi aset dollar AS.

Terbukti setelah serangan itu, indeks dollar AS sempat turun hingga 8,95 persen ke level 98,7 dollar AS. Menurut Bhima hal ini bisa menjadi kesempatan bagus bagi rupiah.

"Rupiah memang berpotensi menguat, meski penguatannya akan terbatas,” kata Bhima.

Memanasnya konflik ini juga akan mendorong investor mencari aset yang lebih stabil dan aman seperti emas atau mengalirkan modalnya ke negara yang memiliki kondisi politik dan ekonomi yang stabil seperti Indonesia.

Namun, Bhima mengingatkan bahwa peluang ini bisa terbuang sia-sia jika masalah fundamental domestik tidak dibenahi.

Misalnya indeks daya saing Indonesia turun ke peringkat 40 dari 69 negara pada 2024, birokrasi makin rumit karena banyaknya jumlah kementerian dan lembaga, biaya logistik masih tinggi dan tidak kompetitif dibanding negara lain.

Indonesia juga masih sangat tergantung pada sumber daya alam dimana hal ini akan menimbulkan kerentanan terhadap naik turunnya harga komoditas di tengah ketidakpastian global.

"Jadi ada waste opportunity dari kondisi kisruhnya geopolitik yang harusnya Indonesia mendapat banyak relokasi industri," tuturnya.

Tag:  #menakar #untung #rugi #konflik #israel #iran #bagi #indonesia

KOMENTAR