Serangan AS ke Iran, Apa Dampaknya ke Ekonomi Indonesia?
Foto ini disediakan oleh kantor Angkatan Darat Iran pada tanggal 31 Desember 2022. Foto tersebut memperlihatkan kapal dan pasukan Iran menggelar latihan militer di pantai Makran di Teluk Oman, dekat Selat Hormuz.(AFP)
09:56
23 Juni 2025

Serangan AS ke Iran, Apa Dampaknya ke Ekonomi Indonesia?

Konflik antara Israel dan Iran semakin memanas setelah Amerika Serikat (AS) membombardir fasilitas nuklir Iran pada Sabtu (21/6/2025) waktu setempat.

Ekonom Universitas Andalas Syafruddin Karimi mengatakan, hal tersebut akan berdampak ke perekonomian global dan nasional.

"Dampaknya tak hanya mengguncang Timur Tengah, tetapi juga menggoyang fondasi ekonomi dan geopolitik negara-negara berkembang, termasuk Indonesia," ujarnya, Minggu (22/6/2025).

Ketegangan geopolitik ini juga akan memperkeruh sentimen investor global sehingga permintaan terhadap aset safe haven seperti emas dan dollar AS akan meningkat.

Akibatnya, pasar saham global menghadapi tekanan jual yang besar, sementara nilai tukar dollar AS menguat dalam jangka pendek karena lonjakan permintaan.

"Dampaknya, arus modal keluar dari pasar negara berkembang termasuk Indonesia dapat terjadi, memperlemah rupiah dan memukul daya beli masyarakat," imbuhnya.

Dampak lainnya yang akan sangat terasa ialah harga minyak dunia akan melonjak naik, bahkan bisa tembus di atas 100 dollar AS per barrel.

Skenario terburuk yang diperkirakan Oxford Economics menunjukkan harga minyak dunia bisa mencapai 130 dollar AS per barrel jika Iran menutup Selat Hormuz.

Dia menyebut, kenaikan harga minyak ini akan mendorong inflasi global dan mempersempit ruang kebijakan moneter banyak negara.

Inflasi AS diperkirakan mencapai level 6 persen dan bank sentral AS (The Fed) berpotensi membatalkan rencana pemangkasan suku bunga acuan (Fed Funds Rate) tahun ini.

Ilustrasi harga minyak dunia.GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Ilustrasi harga minyak dunia.

Selain itu, lonjakan harga minyak mentah dunia juga akan membuat beban fiskal Indonesia semakin berat karena Indonesia bergantung pada impor energi.

Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 yang saat ini terjaga rendah di bawah target 2,53 persen dari produk domestik bruto (PDB) terancam akan meningkat.

"Indonesia menghadapi tantangan ganda: potensi depresiasi rupiah yang dapat memicu kenaikan harga barang impor dan beban fiskal yang meningkat akibat subsidi energi yang membengkak," ungkapnya.

Apa yang harus dilakukan Indonesia?

Menurut Syafruddin, Indonesia harus segera bergerak mengambil langkah antisipasi agar dampak geopolitik di Timur Tengah tidak terlalu dalam ke perekonomian nasional.

Pertama, Indonesia harus mempersiapkan langkah darurat untuk menghadapi lonjakan harga minyak dunia. Salah satunya dengan merevisi kebijakan subsidi energi agar tidak memperparah defisit APBN.

Kedua, Bank Indonesia (BI) dan Kementerian Keuangan harus memperkuat koordinasi untuk stabilisasi nilai tukar rupiah, memperkuat cadangan devisa, dan mengamankan pasokan energi domestik.

Pasalnya, potensi aliran modal asing keluar akibat gejolak global bisa menekan nilai tukar dan mengerek inflasi.

Dia juga menekankan, dalam melakukan intervensi moneter, pemerintah juga harus membarenginya dengan komunikasi kebijakan yang baik dan jelas agar pasar tetap tenang.

Ketiga, Indonesia juga harus segera menghidupkan jalur diplomasi Selatan-Selatan, terutama melalui G7 dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).

Sebab dia menilai, ketidakhadiran suara kolektif Global South dalam krisis ini memperparah dominasi narasi geopolitik oleh blok G7 yang nyaris tanpa kritik terhadap agresi Israel.

Untuk itu, Indonesia dengan rekam jejaknya sebagai pemimpin negara berkembang dan pendukung kemerdekaan Palestina, harus memimpin inisiatif diplomatik untuk mengakhiri kekerasan dan menuntut penghormatan terhadap hukum internasional.

"Saat dunia terbelah antara mereka yang memproduksi kekacauan dan mereka yang terkena dampaknya, Indonesia harus berpihak pada stabilitas dan keadilan global. Tindakan lamban hanya akan memperbesar kerentanan kita sendiri," tuturnya.

Tag:  #serangan #iran #dampaknya #ekonomi #indonesia

KOMENTAR