Idul Adha Dipandang Jadi Momen Atasi Surplus Daging di Perkotaan
Ilustrasi hewan kurban. Menjelang Idul Adha, penting memilih hewan kurban yang sehat, tidak cacat, dan cukup umur untuk menjamin ibadah sah dan daging aman dikonsumsi.(Freepik/topntp26)
11:56
9 Juni 2025

Idul Adha Dipandang Jadi Momen Atasi Surplus Daging di Perkotaan

— Saat Idul Adha, Indonesia sebagai salah satu negara dengan populasi umat Islam terbesar di dunia, menunaikan ibadah kurban dengan menyembelih hewan ternak pada tanggal 10 Zulhijah dan tiga hari setelahnya.

Umumnya, masyarakat Indonesia menyembelih hewan kurban seperti kambing, sapi, dan domba, yang kemudian dibagikan kepada para duafa.

Selain untuk menunaikan ibadah, ritual ini juga dapat menjadi sarana berbagi kepada sesama dan berpeluang memeratakan peningkatan gizi bagi masyarakat yang membutuhkan.

Ilustrasi daging kurban. Pengurban boleh memakan daging hewan kurban, asal bukan kurban yang dikarenakan oleh nazar.freepik.com Ilustrasi daging kurban. Pengurban boleh memakan daging hewan kurban, asal bukan kurban yang dikarenakan oleh nazar.

Namun, beberapa daerah di Indonesia mengalami defisit daging kurban. Hal ini disebabkan kemiskinan dan distribusi daging yang tidak merata.

Haryo Mojopahit, peneliti sekaligus Direktur Lembaga Riset Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS) mengatakan, ada beberapa penyebab defisit daging kurban pada daerah memiliki karakteristik tertentu.

"Di Pulau Jawa, penyebab utamanya defisit daging adalah kemiskinan yang tinggi, sehingga para penduduk tak mampu berkurban," kata Haryo dalam keterangannya, Senin (9/6/2025).

Berbeda dengan daerah luar Pulau Jawa yang cenderung disebabkan oleh kondisi geografi, yakni terisolasi dan tertinggal sehingga sulit untuk diakses.

Hasil penelitian IDEAS menunjukkan kawasan seperti Grobogan, Blora, Rembang, Pati, Kudus, Jepara dan Demak di Jawa Tengah mengalami defisit daging kurban hingga 2.623 ton pada 2024 lalu.

Kawasan Pulau Madura, Jawa Timur, menyentuh angka defisit sebanyak 2.484 ton. Kemudian Jombang, Nganjuk, Madiun, Ngawi, Bojonegoro, Mojokerto, dan Kediri di Jawa Timur, menyentuh angka defisit sebanyak 1.849 ton.

 

Ilustrasi daging kurban. Daging sapi kurban.KOMPAS.com/Krisda Tiofani Ilustrasi daging kurban. Daging sapi kurban.

Masyarakat pada daerah-daerah yang telah disebutkan, seperti Kabupaten Ngawi, rerata penduduknya mengkonsumsi daging hanya 0,01 kg/kapita/tahun. Kemudian Kabupaten Pandeglang sebanyak 0,06 kg/kapita/tahun dan Kabupaten Magelang sebanyak 0,18 kg/kapita/tahun.

Di luar Pulau Jawa, daerah yang memiliki akses terbatas untuk menerima distribusi daging kurban seperti Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat dengan rerata konsumsi daging sebanyak 0,08 kg/kapita/tahun.

Kemudian, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah sebanyak 0,16 kg/kapita/tahun, hingga Kabupaten Halmahera Utara dan Kabupaten Seram Bagian Barat, di Maluku yang masing-masing hanya menyentuh angka 0,01 kg/kapita/tahun dan 0,11 kg/kapita/tahun.

Berbeda dengan pusat kota seperti Jakarta yang mengalami surplus daging mencapai angka 9.905 ton pada 2024 lalu. Begitu pula dengan daerah-daerah di Jawa Barat seperti Bandung, Cimahi, Sumedang yang mencapai 6.355 ton serta Sleman dan Bantul, Yogyakarta yang mencapai 4.957 ton.

Angka-angka yang telah disebutkan mencerminkan kesenjangan konsumsi daging di Indonesia.

Menurut Haryo, penting untuk melakukan intervensi gizi dengan mendistribusikan daging kurban secara rata hingga pelosok Indonesia. Tak hanya itu, perlu kolaborasi dari berbagai elemen masyarakat untuk mewujudkannya.

Untuk daerah-daerah Jawa, Haryo menyarankan untuk menyempurnakan proses identifikasi penerima daging atau mustahik di daerah terpencil.

"Untuk luar Jawa, diperlukan kemampuan untuk membuka akses keterpencilan suatu daerah tersebut," tutur Haryo.

Tentu, ini membawa catatan tersendiri bagi panitia kurban di Indonesia yang secara umum masih terdesentralisasi di ribuan panitia kurban lokal yang temporer.

Dengan demikian, data penerima kurban tak terpusat dan tak mengalami pembaharuan setiap tahunnya. Serta distribusi yang masih berbasis di masjid, musala, pesantren hingga lembaga pendidikan dan perusahaan.

 

Lembaga filantropi Dompet Dhuafa setiap tahun menggelar Tebar Hewan Kurban (THK) sebagai upaya pemerataan konsumsi daging kurban bagi mereka yang membutuhkan.

Tak hanya itu, sejak tahun 1994, THK juga mengatasi surplus daging yang ada di perkotaan dengan mendistribusikannya ke daerah pelosok atau 3T.

Tag:  #idul #adha #dipandang #jadi #momen #atasi #surplus #daging #perkotaan

KOMENTAR