Ekonomi Syariah Indonesia Masih Ketinggalan dari Malaysia, Ini Penyebabnya
Ilustrasi ekonomi syariah [shutterstock]
08:30
5 Juni 2025

Ekonomi Syariah Indonesia Masih Ketinggalan dari Malaysia, Ini Penyebabnya

Bank Indonesia (BI) terus mendorong perkembangan ekonomi syariah. Hal ini dikarenakan Indonesia hanya berada di peringkat ketiga kalah dari Malaysia yang berada di nomor satu dalam pemanfaatan ekonomi syariah.

Sedangkan di peringkat kedua ada Arab Saudi dan kelima ada Uni Emirat Arab. Kepala Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah (DEKS) BI, Imam Hartono mengungkapkan ada tiga tantangan yang harus dihadapi Indonesia dalam mendorong pertumbuhan ekonomi syariah.

"Ada tiga tantangan pertama produksi ketersediaan dan kualitas bahan baku halal, kedua inovasi model bisnis keuangan dan ketiga yakni memperkuat literasi ekonomi syariah," kata Imam dalam Taklimat Media di Gedung BI, ditulis Kamis (5/6/2025).

Lanjutnya, pemanfaatan ekonomi syariah juga mulai dilirik oleh beberapa negara. Salah satunya adalah Jepang, Korea Selatan hingga Australia.

Eksar sebagai pertumbuhan ekonomi baru, itu ternyata bukan hanya dimiliki oleh negara-negara yang memiliki jumlah penduduk yang katakanlah muslim yang sangat banyak, tapi juga dimiliki oleh negara-negara lain, misalnya seperti Tiongkok, kemudian juga disitu ada Jepang, Thailand, Korea, Brazil, Australia dan sebagainya.

Untuk itu, pemerintah juga menargetkan kontribusi produk domestik bruto (PDB) dari sektor ekonomi syariah mencapai 56% pada tahun 2029. Target ini tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN).

“Tentu dengan melihat ini semua, melihat tantangan kemudian juga strateginya, maka kembali ini dibutuhkan effort melalui optimalisasi kebijakan eksyar dalam bauran kebijakan nasional yang tentu didukung sinergi kolaborasi berbagai pihak untuk pengembangan eksyar nasional,” bebernya.

Serta, Bank Indonesia juga terus mendukung pengembangan ekonomi syariah nasional ini. Lantaran, menjadi salah satu kebijakan pendukung untuk mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan.

"Karena kita program dan utamanya untuk mendukung inklusi ekonomi dan keuangansebagaimana mandat undang-undang P2SK.Dan inklusif ini tercermin pada beberapa upaya Bank Indonesia yang secara kolaboratif mendukung," katanya.

Dia berharap sejumlah peluang strategis untuk mendorong pertumbuhan eksyar nasional. Peluang tersebut antara lain peningkatan jumlah penduduk muslim global, kemajuan digitalisasi dan e-commerce, serta potensi besar pasar produk halal di negara-negara anggota Organisation of Islamic Cooperation (OIC).

"Konsumsi produk halal oleh umat muslim global juga menunjukkan tren meningkat. Pada 2012 tercatat sebesar 1,62 triliun dolar AS, naik menjadi 2,29 triliun dollar sD pada 2022, dan diproyeksikan meningkat hingga 3,1 triliun dolar AS pada 2027," tandasnya.

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) merevisi mengenai target pertumbuhan perbankan syariah. Hal ini dikarenakan BI juga merevisi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,5 persen.

Kepala Departemen Ekonomi & Keuangan Syariah (DEKS) Bank Indonesia, Imam Hartono memprediksi pembiayaan syariah hanya mencapai 8-11 persen. Padahal, tahun sebelumnya mencapai 11-13 persen.

"Proyeksi dari pembiayaan syariah kita itu kita revisi menjadi antara 8-11 persen. Kemudian juga ini kan juga terkait dengan proyeksi PDB-nya yang bergerak jadi antara 4,6 persen sampai dengan 5,4 persen," bebernya.

Kata dia, terkait dinamika global yang saat ini tengah terjadi, dia mengakui bahwa kondisi tersebut akan berdampak pada kinerja pembiayaan syariah.

"Jadi kalau dikatakan bahwa apakah ada dampak global? Sudah pasti, jadi artinya dampak global dan ekonomi ini sebenarnya sifatnya umum, baik itu berdampak kepada syariah maupun konvensional," bebernya.

Dia menyebutkan ada sejumlah tantangan dalam mendorong kinerja perbankan syariah. Salah satunya adalah dampak dari dinamika perekonomian global.

"Tapi tentu nanti ini tetap akan kita pantau terus bagaimana perkembangannya. Jadi kalau dikatakan bahwa apakah ada dampak global, sudah pasti. Jadi artinya dampak global dan ekonomi ini sebenarnya sifatnya umum, baik itu berdampak kepada syariah maupun konvensional," bebernya.

BI juga akan menciptakan berbagai produk keuangan syariah yang sesuai dengan keinginan masyarakat. Misalnya, saat ini BI bersama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendorong produk baru bernama Shariah Restricted Investment Account (SRIA).

SRIA adalah produk investasi syariah yang memungkinkan investor untuk menentukan batasan pengelolaan dana yang diinvestasikan untuk proyek atau segmen usaha tertentu. Dengan adanya SRIA, Imam berharap bisa menciptakan berbagai instrumen yang diharapkan oleh masyarakat.

Sejalan dengan itu, BI juga bersama dengan OJK mendorong bagaimana bank-bank bisa mengembangkan unit usahanya menjadi syariah. Hingga akhirnya masyarakat bisa memiliki banyak alternatif perbankan syariah.

Editor: Iwan Supriyatna

Tag:  #ekonomi #syariah #indonesia #masih #ketinggalan #dari #malaysia #penyebabnya

KOMENTAR