Akhir Pekan, Rupiah Ditutup Anjlok jadi Rp 15.485 Per Dolar AS
Ilustrasi mata uang rupiah terhadap dolar AS. (Dok. JawaPos.com)
20:36
4 Oktober 2024

Akhir Pekan, Rupiah Ditutup Anjlok jadi Rp 15.485 Per Dolar AS

- Nilai tukar (kurs) rupiah ditutup melemah 56,5 points di level Rp 15.485 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan akhir pekan, Jumat (4/10).   Pengamat pasar uang sekaligus Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi menyampaikan fokus investor tertuju pada laporan utama penggajian nonpertanian AS yang akan dirilis hari ini, Jumat (4/10) yang akan memberikan petunjuk lebih lanjut tentang prospek suku bunga Federal Reserve serta meningkatnya ketegangan di Timur Tengah membuat pasar gelisah.   Bahkan, serangkaian rilis data minggu ini menunjukkan bahwa ekonomi AS masih dalam kondisi solid, setelah aktivitas sektor jasa negara itu melonjak ke level tertinggi 1-1/2 tahun pada bulan September di tengah pertumbuhan yang kuat dalam pesanan baru.  

  Sementara laporan terpisah dari Departemen Tenaga Kerja pada hari Kamis menunjukkan pasar tenaga kerja meluncur pada akhir kuartal ketiga.   "Hal itu membuat para pedagang mengurangi taruhan tentang pemotongan suku bunga 50 basis poin lagi oleh Fed bulan depan, dengan kontrak berjangka menunjukkan peluang hanya 35 persen dari skenario seperti itu," kata Ibrahim dalam keterangan yang diterima JawaPos.com, Jumat (4/10).   Di sisi lain, dari sektor internal pasar terus mengamati deflasi yang terjadi selama lima bulan berturut-turut sejak Mei hingga September 2024 yang memperlihatkan dengan jelas masyarakat kelas menegah (pekerja) sudah tidak punya uang lagi untuk berbelanja.   Oleh karena itu, permintaan bank sentral Indonesia agar masyarakat lebih banyak belanja untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen mustahil terwujud.   "Pasalnya, hampir semua sektor industri melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK), yang bakal berimbas pada anjloknya daya beli," ungkap Ibrahim.   Kedua, minimnya lapangan kerja di sektor padat karya. Di tengah membludaknya PHK, pembukaan lapangan pekerjaan baru di sektor padat karya dalam lima tahun terakhir juga nyaris tidak ada.   Ketiga, tingginya suku bunga. Walaupun Bank Indonesia (BI) akhirnya memangkas suku bunga acuan pada September 2024 menjadi 6% dari sebelumnya 6,25 persen, demi menjaga penguatan atau stabilitas nilai tukar rupiah.   "Namun uang yang beredar di masyarakat jadi lebih mahal dan bukan berarti bisa "mengurangi lonjakan deflasi" di bulan-bulan mendatang. Sebab, PHK massal dan tak adanya lapangan kerja baru belum sepenuhnya teratasi.Konsekuensinya, daya beli masyarakat juga belum akan membaik," pungkasnya.

Editor: Nurul Adriyana Salbiah

Tag:  #akhir #pekan #rupiah #ditutup #anjlok #jadi #15485 #dolar

KOMENTAR