Pesona Dataran Tinggi di Pesisir Tuban, dari Puncak Gunung Dingklik Tersaji Permadani Hijau dan Laut Lepas
Meski berada di kawasan pesisir, Tuban juga dikenal dengan deretan objek wisata bertema dataran tinggi nan eksotis. Di sana, traveler bisa menikmati suguhan lengkap: keindahan alam, segarnya udara khas pegunungan, serta panorama laut lepas yang epik.
BAGI nelayan di perairan pantai utara (pantura), Gunung Dingklik tak ubahnya mercusuar. Pegunungan kapur dengan ketinggian sekitar 200 meter di atas permukaan laut (mdpl) tersebut menjadi alat bantu navigasi kapal dan nelayan. Seberapa jauh mereka meninggalkan daratan, patokannya adalah pegunungan itu.
Namun, kini Gunung Dingklik tak lagi hanya sebagai tetenger, tetapi juga menjadi objek wisata andalan baru. Destinasi yang terletak di Desa Ngimbang, Kecamatan Palang, itu diresmikan pada 24 Oktober lalu. Belum genap dua bulan beroperasi, objek wisata tersebut langsung menyedot wisatawan lokal maupun luar daerah.
Di balik kemegahan gunung yang berjarak sekitar 20 km dari pusat kota Kabupaten Tuban tersebut, tersimpan keindahan yang memikat wisatawan. Begitu sampai di puncak gunung, ragam pesona alamnya bak sebuah orkestra. Sepanjang mata memandang ke utara terbentang panorama Laut Jawa yang berpadu dengan aktivitas nelayan melaut dan hilir-mudik kapal tongkang pengangkut batu bara.
INSTAGRAMMABEL: Sederet spot buatan untuk berfoto juga disediakan pengelola wisata Gunung Dingklik. (JAWA POS RADAR TUBAN)
Di sana juga sudah disediakan sejumlah ornamen sebagai spot yang cocok untuk berburu foto-foto Instagrammable, sekaligus pilihan tepat untuk liburan bersama keluarga, teman, dan solo trip.
Selain itu, sejumlah wahana wisata yang sudah disediakan kelompok sadar wisata (pokdarwis) membuat momen berwisata para traveler semakin berwarna. Fasilitas pendukungnya juga lengkap, mulai dari jalan akses menuju kaki gunung, akses pendakian, saung atau gazebo, toilet, hingga area parkir.
Pasar Tradisional
NUANSA ROMANTIS: Selain melihat pemandangan matahari terbenam, banyak aktivitas yang bisa dilakukan wisatawan di Bukit Cinta, termasuk bakar jagung. (JAWA POS RADAR TUBAN)
Tak hanya wisata alam, traveler juga berkesempatan merasakan suguhan lain, yakni Pasar Budaya yang mengusung konsep pasar tradisional tempo dulu. Pedagang pria mengenakan surjan, sedangkan pedagang wanita berbusana surjan jarit. “Untuk sementara, pasar hanya buka pada pasaran Minggu Pahing saja,” ujar Wakil Ketua Pokdarwis Prihadi didampingi Kepala Desa Ngimbang Yayik Achmad.
Yang diperjualbelikan di pasar ini adalah kuliner tradisional tempo dulu hasil UMKM warga setempat. Kuliner tersebut meliputi blendung (jagung rebut ditaburi parutan kelapa), klepon, serabi, lemper, getuk, lemet, tiwul, ketan rean, sawut, cenil, dan gimbal menyok. Minumannya, dawet, legen, hingga wedang sere.
Alat transaksinya juga ala zaman kerajaan, berupa kepeng atau uang dari kayu bulat yang tengahnya berlubang. Kepeng bisa didapatkan pengunjung dengan menukarkan uang sebelum masuk pasar. Nilai setiap kepengnya adalah Rp 5 ribu.
Meski tergolong baru, destinasi ini sudah dirintis sejak lama, tepatnya pada 2018 silam. Sumber dana pembangunan tersebut tidak hanya berasal dari swadaya masyarakat dan pemerintah desa, tetapi juga dari CSR salah satu perusahaan. ’’Sejak diresmikan, pengunjung selalu ramai. Bahkan, terus meningkat,’’ ujar Prihadi.
Suguhan kearifan lokal ini mampu menumbuhkan perekonomian masyarakat sekitar. Dia berharap konsep wisata alam plus Pasar Budaya tradisional tersebut dapat menunjang perkembangan destinasi wisata Gunung Dingklik. (saf/ds/ris)
Tag: #pesona #dataran #tinggi #pesisir #tuban #dari #puncak #gunung #dingklik #tersaji #permadani #hijau #laut #lepas