



Jadwal dan Rute Mubeng Beteng Malam 1 Suro di Yogyakarta
Mubeng Beteng merupakan tradisi setiap malam 1 Suro yang digelar di Yogyakarta, pelaksanaannya bertepatan dengan malam Tahun Baru Islam.
Pada dasarnya, Mubeng Beteng merupakan upacara kirab sambil mengitari Beteng Keraton Hadiningrat dan Beteng Purpakuan.
Tradisi ini sudah berlangsung sejak zaman Mataram Kuno. Dalam sejarahnya, ritual ini bertujuan untuk mengusir wabah ataupun bencana.
Upacara Mubeng Beteng merupakan bagian dari tirakat lampah ratri, yaitu munajat atau madrawa ke hadirat Allah SWT dengan berjalan mengikuti lintasan tertentu.
Pelaksanaan lampah ratri ini dilaksanakan dengan tapa bisu (tanpa berbicara) dan juga tanpa menggunakan alas kaki, sehingga menciptakan suasana yang khidmat, senyap, dan keramat untuk merefleksikan diri selama satu tahun sebelumnya.
Tradisi Mubeng Beteng di Keraton YogyakartaKapan Mubeng Beteng malam 1 Suro di Yogyakarta?
Mengutip informasi dari Instagram resmi @kratonjogja, upacara Mubeng Beteng akan digelar hari ini, Kamis (26/6/2025) mulai pukul 23.00 WIB sampai selesai.
Upacara ini akan digelar di Keagungan Dalem Bangsal Pancaniti, Kompleks Keben (Kamandungan Lar) Keraton Yogyakarta.
Acara ini terbuka untuk umum, dan akan diawali dengan pembacaan Macapat setelah shalat Isya. Menambahkan dari Tribunnews, rute Mubeng Beteng biasanya dilakukan berlawanan arah jarum jam.
Adapun jalur melawan arah jarum jam ini digunakan sebagai simbol "lampah prihatin" (langkah duka) dan refleksi spiritual, berbeda dengan momen gembira yang menggunakan arah searah jarum jam.
Barisan terdepan dalam upacara ini ialah rombongan abdi dalem yang mengenakan busana adat Jawa Peranakan berwarna biru tua, tanpa membawa keris dan tidak beralas kaki.
Mereka membawa bendera merah putih dan delapan panji serta umbul-umbul Keraton Yogyakarta.
Abdi dalem dari Kota Yogyakarta membawa Panji Bangun Tolak, abdi dalem Kulonprogo membawa Panji Pare Adnom, abdi dalem Gunungkidul membawa Panji Podang Ngisep Sari, dan abdi dalem Bantul membawa Panji Pandan Binetot.
Lalu, abdi dalem Sleman membawa Panci Mega Ngampak, serta abdi dalem Kraton Yogyakarta membawa Panci Gula Klapa.
Setelahnya, di belakang barisan abdi dalem mengekor rombongan masyarakat umum sepanjang 500 meter.
Peserta upacara ini terdiri dari orang tua dan remaja. Mereka berjalan melewati Jalan Rotowijayan, Kauman, Agus Salim, dan Wahid Hasyim.
Kemudian, melewati pojok Benteng Barat, Jalan MT Haryono, Pojok Benteng Timur, Jalan Brigjen Katamso, Jalan Ibu Ruswo, dan berakhir di alun-alun utara.