Cerita Mahasiswa Indonesia Dievakuasi dari Iran, Internet Putus hingga Dengar Ledakan
Ilustrasi Iran - Menara Milad. Kemenlu melakukan evakuasi WNI dari Iran.(SHUTTERSTOCK)
06:07
25 Juni 2025

Cerita Mahasiswa Indonesia Dievakuasi dari Iran, Internet Putus hingga Dengar Ledakan

Mahasiswa Ahlul Bayt International University, Ahmad Hukam Mujtaba, setuju dievakuasi dari Teheran, Iran, usai mendengar bunyi ledakan berkali-kali selama konflik antara Iran dan Israel, yang juga melibatkan Amerika Serikat (AS)

"Di wilayah kami, di asrama Ahlul Bayt International University, terdapat serangan berjarak sekitar tiga kilometer yang memengaruhi psikologis kami," kata Ahmad dalam tayangan Kompas TV di YouTube, Sabtu (21/6/2025).

Ia menyetujui usul Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Teheran untuk mengevakuasi para mahasiswa dan WNI lain di ibu kota Iran tersebut.

Termasuk Ahmad, sebanyak 97 dari total 380 WNI setuju dievakuasi dari Iran ke Azerbaijan.

Skema evakuasi WNI di Iran dimulai pada Jumat (20/6/2025). Puluhan WNI dievakuasi menuju negara perbatasan Iran, yakni di Azerbaijan, tepatnya di kota Baku.

Ketibaan WNI di sana mendapat sambutan dari KBRI Baku dan tim Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Indonesia.

Ahmad Hukam Mujtaba salah satu mahasiswa Indonesia di Iran menceritakan proses evakuasi Kementerian Luar Negeri RI ke Azerbaijan buntut perang dengan Israel, dalam wawancara bersama Kompas TV.Tangkapan layar YouTube Kompas TV Ahmad Hukam Mujtaba salah satu mahasiswa Indonesia di Iran menceritakan proses evakuasi Kementerian Luar Negeri RI ke Azerbaijan buntut perang dengan Israel, dalam wawancara bersama Kompas TV.Selanjutnya, WNI diantar ke Qafqaz Baku City Hotel menggunakan bus dengan perjalanan sekitar tiga hingga empat jam.

"Selama perjalanan menggunakan bus, kebutuhan logistik kami aman, diakomodasi oleh KBRI Baku dan Kemlu," kata Ahmad.

Kini, Ahmad bersama mahasiswa Indonesia lain meminta opsi kegiatan belajar mengajar secara daring, mengingat kondisi konflik di Iran yang belum mereda.

Namun, belum ada kepastian jawaban dari pihak kampus mengenai hal ini karena masih dalam periode libur perkuliahan.

Cerita serupa datang dari Sayyida yang juga seorang mahasiswi Ahlul Bayt International University, dalam tayangan Kompas TV di Youtube, Minggu (22/6/2025).

Sayyida menggambarkan ketegangan situasi di Teheran selama serangan Israel dan AS yang terus terdengar selama siang dan malam. Sementara di kota lain, seperti Qom, tidak demikian.

"Di Teheran, banyak terdengar ledakan dari pagi dan puncaknya di malam hari," ujar Sayyida.

Sayyida memutuskan pergi ke KBRI Teheran pada Kamis (19/6/2025) malam, memulai pendataan WNI yang akan dievakuasi menuju Baku, Azerbaijan.

Kondisinya tidak mudah. Keesokan hari, Jumat (20/6/2025), koneksi internet sempat hilang sehingga menyulitkan pendataan WNI yang akan dievakuasi.

Belum lagi, lanjut dia, para WNI beserta warga negara China, harus melalui banyak pos pemeriksaan sebelum akhirnya keluar dari Iran.

"Normalnya, durasi perjalanan tidak berjam-jam seperti itu, tetapi banyak pemeriksaan, bahkan sampai malam," ungkap dia.

"Pas kami di perbatasan itu sempat ada yang tertahan karena ada yang bawa bayi dan belum ada paspor, alhamdulliah tetap bisa. Itu lumayan nunggunya sampai 16 jam," tambahnya.

Sayyida, mahasiswi Ahlul Bayt International University, dievakuasi dari Iran ke Azerbaijan dalam tayangan Kompas TV di Youtube, Minggu (22/6/2025).DOK. Tangkapan Layar YouTube KompasTV Sayyida, mahasiswi Ahlul Bayt International University, dievakuasi dari Iran ke Azerbaijan dalam tayangan Kompas TV di Youtube, Minggu (22/6/2025).Mengapa masih ada WNI yang tidak dievakuasi?

Tidak semua WNI mau turut dievakuasi dari Iran menuju Azerbaijan. Alasannya beragam, mulai dari lokasi tempat tinggal hingga kondisi pribadi.

"Yang jelas dari 380 WNI yang ada di Iran tidak semuanya mau dievakuasi, karena itu evakuasi perjalanan, katakan dari Teheran ke Baku, Azerbaijan ke utara, itu 16 jam dengan darat. Baru dari situ dievakuasi dengan pesawat komersial oleh Kementerian Luar Negeri kembali ke Indonesia," tutur Wakil Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan, Lodewijk Freidrich Paulus, dikutip dari Kompas.com.

Menurut Sayyida, sebagian WNI yang tinggal di Kota Qom, memutuskan tetap tinggal di Iran karena masih terbilang aman, tidak terjadi ledakan separah di Teheran.

"Mungkin ada satu dua ledakan di Qom, tetapi tidak terdengar, bahkan aman, itu salah satu yang membuat mereka tidak dievakuasi," kata Sayyida.

Selain itu, Sayyida juga menceritakan kondisi temannya yang tengah hamil sehingga memutuskan tetap bertahan di Iran karena sulit melakukan persalinan maupun penerbangan jarak jauh.

Adapun bagi mahasiswa semester akhir yang memilih tetap tinggal di Iran, sebagian di antaranya beralasan hanya perlu menunggu ijazah, sebelum kembali pulang ke Indonasia.

WNI dari Iran tiba di Indonesia

Sultan Fatoni, WNI yang sudah tinggal tiga tahun di Iran.Intan Afrida Rafni Sultan Fatoni, WNI yang sudah tinggal tiga tahun di Iran.

Terbaru, sebanyak 11 WNI yang dievakuasi dari Iran dikabarkan telah tiba di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Kota Tangerang, Banten pada Selasa (24/6/2025) pukul 17.44 WIB.

Semua WNI langsung diarahkan ke ruang imigrasi Bandara Soekarno Hatta untuk mengecek dokumen perjalanan para WNI tersebut, lalu diarahkan ke Bea Cukai untuk melakukan pemeriksaan IMEI.

Setelah sejumlah prosedur administratif tersebut rampung, para WNI baru diperbolehkan pulang.

Tag:  #cerita #mahasiswa #indonesia #dievakuasi #dari #iran #internet #putus #hingga #dengar #ledakan

KOMENTAR