Sejarah Ondel-Ondel, Warisan Budaya Betawi yang Terus Hidup di Jakarta
Pawai seni budaya pada perayaan puncak Cap Go Meh Bogor Street Festival (CGM-BSF) 2023 di Jalan Suryakencana, Bogor Tengah, Kota Bogor, Minggu (5/2/2023). Atraksi seni budaya seperti Ogoh-ogoh dari Bali, Kendang Beleq dari Lombok, dan Bouraq dari Cirebon, Ondel-ondel Betawi, Reog Ponorogo, serta belasan pertunjukan dari sanggar kesenian dari Jawa Barat dan sekitarnya memeriahkan acara ini.(KOMPAS.com/KRISTIANTO PURNOMO)
07:14
23 Juni 2025

Sejarah Ondel-Ondel, Warisan Budaya Betawi yang Terus Hidup di Jakarta

Ondel-ondel yang biasa ditemukan di Jakarta, merupakan ikon budaya Betawi yang tak lekang oleh waktu.

Boneka raksasa ini bukan hanya sekadar tontonan rakyat atau hiasan perayaan, tetapi juga sarat makna filosofis dan spiritual yang telah diwariskan turun-temurun dalam kehidupan masyarakat Betawi.

Kehadirannya yang mencolok menjadikan ondel-ondel sebagai simbol kuat dalam identitas budaya kota Jakarta.

Asal usul dan sejarah ondel-ondel

Meskipun catatan tertulis mengenai asal-usul ondel-ondel tidak ditemukan secara pasti, berbagai sumber sejarah menyebut bahwa bentuk awal boneka ini sudah ada sebelum tahun 1600 M.

Catatan dari saudagar Inggris, W. Scott, menggambarkan bahwa pertunjukan boneka raksasa sudah menjadi bagian dari upacara adat masyarakat Sunda Kelapa.

Penulis asal Amerika, E.R. Scidmore, juga menulis tentang seni boneka raksasa ini dalam bukunya Java, The Garden of the East, menggambarkan bagaimana ondel-ondel sudah menjadi bagian dari kesenian jalanan di Batavia pada akhir abad ke-19.

Dalam tradisi lisan masyarakat Betawi, ondel-ondel dipercaya sebagai media *tolak bala*—yakni penolak penyakit dan gangguan roh jahat.

Oleh karena itu, ondel-ondel kerap hadir dalam berbagai ritual adat, pesta rakyat, pernikahan, hingga acara penyambutan tamu penting.

Bentuk dan filosofi ondel-ondel

Biasanya, ondel-ondel dibuat secara berpasangan: satu laki-laki dan satu perempuan. Boneka ini memiliki tinggi sekitar 2,5 meter dengan lebar 80 cm dan bobot mencapai 25 kilogram.

Rangkanya terbuat dari anyaman bambu, dihiasi dengan pakaian adat, topeng besar, dan rambut dari ijuk atau hiasan kepala khas bernama kembang kelapa.

Aksi Ondel-ondel hibur warga di Kota Tua Minggu (19/6/2022). (TribunJakarta.com)
Aksi Ondel-ondel hibur warga di Kota Tua Minggu (19/6/2022). (TribunJakarta.com)

Warna pada wajah ondel-ondel memiliki makna simbolis. Wajah merah pada laki-laki melambangkan keberanian, sedangkan wajah putih pada perempuan melambangkan kesucian.

Sepasang ondel-ondel ini juga diberi nama simbolis, yakni Kobar dan Borah. Kobar menggambarkan semangat hidup dan perjuangan duniawi, sedangkan Borah mengingatkan manusia pada kehidupan akhirat.

Budayawan Betawi, Yahya Andi Saputra menyatakan bahwa ondel-ondel mencerminkan keharmonisan hidup antara pria dan wanita, terang dan gelap, serta dunia dan akhirat.

Yahya menekankan bahwa ondel-ondel adalah identitas asli warga Betawi dan simbol kehidupan yang seimbang dalam relasi sosial maupun spiritual.

Festival budaya dan pelestarian ondel-ondel

Jakarta secara rutin menggelar festival budaya Betawi, di mana ondel-ondel selalu mendapat tempat khusus.

Selain sebagai hiburan, festival ini juga berfungsi sebagai media edukasi yang memperkuat kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga warisan budaya.

“Ondel-ondel bukan sekadar boneka raksasa, tetapi simbol perlawanan terhadap kekuatan jahat dan representasi nilai-nilai kehidupan masyarakat Betawi,” ujar Yahya dilansir dari Antara.

Ia juga mengajak masyarakat untuk terus melestarikan kesenian ini sesuai dengan fungsinya yang hakiki.

Tag:  #sejarah #ondel #ondel #warisan #budaya #betawi #yang #terus #hidup #jakarta

KOMENTAR