



Sejarah Kota Jakarta yang Kini Berusia 498 Tahun
Jakarta, kota metropolitan yang kini menjadi pusat pemerintahan, ekonomi, dan budaya Indonesia, memiliki sejarah panjang yang membentang dari masa prasejarah hingga era modern.
Tanggal 22 Juni ditetapkan sebagai hari jadi Kota Jakarta sejak tahun 1956, mengacu pada peristiwa penting yang terjadi pada 1527 saat nama Sunda Kelapa diubah menjadi Jayakarta.
Di balik gegap gempita modernitasnya hari ini, Jakarta menyimpan kisah evolusi panjang sebagai pusat peradaban dan kekuasaan.
Awal mula Jakarta, jejak prasejarah dan Kerajaan Tarumanegara
Wilayah Jakarta telah dihuni sejak zaman prasejarah. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya situs-situs arkeologis yang menunjukkan aktivitas manusia di wilayah tersebut.
Pada abad ke-5 Masehi, di masa Kerajaan Tarumanegara, wilayah ini dikenal sebagai Sunda Kelapa.
Pelabuhan ini tumbuh menjadi pusat perdagangan yang strategis di pesisir utara Pulau Jawa, tempat bertemunya para pedagang lokal maupun asing.
Sunda Kelapa semakin berkembang sebagai pelabuhan penting. Para musafir Portugis mencatat bahwa wilayah ini dipimpin oleh pejabat tinggi seperti Tumenggung Sang Adipati dan syahbandar.
Keberlimpahan hasil bumi dan perdagangan di pelabuhan ini menarik perhatian bangsa Portugis yang kala itu telah menguasai Malaka dan berencana membangun benteng dagang di Sunda Kelapa.
Namun, rencana itu digagalkan oleh Pangeran Fatahillah dari Kesultanan Demak-Cirebon yang pada 22 Juni 1527 merebut pelabuhan Sunda Kelapa.
Ia mengganti namanya menjadi Jayakarta, yang berarti "kemenangan yang sempurna. Tanggal inilah yang kemudian dikenang sebagai hari lahir Jakarta.
Dari Jayakarta ke Batavia, awal era kolonial
Kejayaan Jayakarta sebagai pelabuhan dagang menarik minat bangsa Eropa lainnya, termasuk Belanda dan Inggris.
Persaingan antarbangsa pun tak terhindarkan. Pada 1619, Belanda melalui Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) mengambil alih Jayakarta dan mengganti namanya menjadi Batavia.
Ilustrasi Jakarta, pemandangan kota Jakarta.
Kota Batavia ini kemudian dijadikan pusat kekuasaan VOC dan menjadi ibukota Hindia Belanda.
Batavia dirancang menyerupai kota-kota di Belanda, dengan sistem kanal dan blok kota. Pemerintah kolonial mendatangkan berbagai kelompok etnis untuk bekerja dan tinggal di kota ini.
Masa pendudukan Jepang dan kemerdekaan
Saat Jepang menduduki Indonesia pada 1942, nama Batavia diganti menjadi Djakarta Tokubetsu Shi yang berarti Kota Khusus Jakarta.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, nama Jakarta tetap dipakai, menandai babak baru dalam sejarah kota ini sebagai ibu kota negara yang merdeka.
Jakarta sebagai Daerah Khusus Ibukota
Setelah kemerdekaan, status administratif Jakarta mengalami perubahan. Pada 1959, Jakarta ditetapkan sebagai daerah tingkat satu setingkat provinsi.
Dua tahun kemudian, pada 1961, status tersebut diubah menjadi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta yang dipimpin oleh seorang gubernur. Perubahan ini semakin menegaskan posisi Jakarta sebagai pusat pemerintahan nasional.