Ancaman Nyata! Kecurangan Siber di Bidang Keuangan Marak Terjadi di Indonesia
Ilustrasi: Fraud di sektor finansial marak terjadi di Indonesia. (Happay)
16:20
15 November 2024

Ancaman Nyata! Kecurangan Siber di Bidang Keuangan Marak Terjadi di Indonesia

  Seiring dengan pesatnya pertumbuhan ekonomi digital Indonesia, kompleksitas dan frekuensi kejahatan dalam transaksi keuangan (fraud finansial) juga terus meningkat.   Temuan terbaru dari Fraud Typologies Whitepaper GBG mengungkap adanya peningkatan signifikan dalam aktivitas fraud, berupa pencurian identitas, fraud sintetis, dan serangan social engineering (soceng) yang semakin canggih.   Pada tahun 2023 saja, Indonesia mencatat kenaikan 25% dalam kasus pencurian identitas, yang menyebabkan kerugian lebih dari Rp 500 miliar, menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Tren yang mengkhawatirkan ini mencerminkan pergeseran regional yang lebih luas, di mana para penjahat memanfaatkan teknologi terbaru seperti AI dan deepfakes untuk menjebol sistem keamanan dan mengeksploitasi kelemahan digital.   

  "Fraud berkembang cepat dan semakin mengkhawatirkan di Indonesia," ujar Bernardi Susastyo, GM Asia dan Fraud APAC di GBG melalui laporan resminya.   Menurutnya, bisnis harus mempertimbangkan ulang pendekatan mereka terhadap pencegahan Fraud dengan mengintegrasikan sistem deteksi yang adaptif dan cerdas. Era metode verifikasi secara sederhana sudah tak lagi dapat digunakan.    "Saat ini, perusahaan memerlukan alat canggih untuk tetap berada selangkah di depan para pelaku fraud, yang menggunakan taktik canggih seperti pencurian identitas berbasis AI dan phishing," imbuh Bernardi.   Menurut riset GBG, lebih dari 56% bisnis di Indonesia telah menjadi korban dari berbagai bentuk fraud digital. Salah satu tipe yang paling umum adalah fraud identitas sintetis, di mana para pelaku kriminal menggabungkan data asli dan palsu untuk menciptakan identitas baru yang menyebabkan kerugian besar terhadap kredibilitas bisnis dan keamanan data.  

  Untuk mengatasi ancaman ini, whitepaper GBG mengidentifikasi beberapa langkah penting yang dapat diambil sebagai antisipasi. Pertama yakni meningkatkan sistem verifikasi identitas dengan AI dan machine learning untuk mendeteksi pola halus perilaku pengguna.   Buat para leader di bidang keuangan, mereka juga diminta untuk memberikan edukasi kepada tim tentang ancaman social engineering seperti phishing dan smishing, yang mempengaruhi 67% bisnis tahun sebelumnya.   Penting juga untuk menerapkan pemantauan fraud secara berkelanjutan untuk menangkap aktivitas mencurigakan sejak dini, sebelum eskalasi dilakukan lebih lanjut.    Whitepaper ini juga menekankan pentingnya menyesuaikan strategi deteksi Fraud berdasarkan tren regional, memastikan bahwa bisnis tidak hanya bereaksi terhadap ancaman tetapi juga secara proaktif mencegahnya.

Editor: Banu Adikara

Tag:  #ancaman #nyata #kecurangan #siber #bidang #keuangan #marak #terjadi #indonesia

KOMENTAR