Riset LinkedIn Ungkap Dampak Nyata Disrupsi AI pada Dunia Kerja, Nggak Improve Dijamin Tersingkir
ILUSTRASI. Skill vs AI. (LinkedIn)
13:44
4 Maret 2024

Riset LinkedIn Ungkap Dampak Nyata Disrupsi AI pada Dunia Kerja, Nggak Improve Dijamin Tersingkir

  - Berdasarkan laporan LinkedIn, keterampilan atau skill yang dibutuhkan pada suatu pekerjaan berubah sebesar 68 persen pada tahun 2030 akibat dampak disrupsi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI), di mana 97 persen perusahaan di Indonesia berencana meningkatkan skill para karyawannya tahun ini.    Saat ini, terdapat lima skill yang dianggap penting di tengah era kecerdasan buatan. Beberapa skill baru yang perlu ditingkatkan yakni meliputi problem solving (37 persen), AI (35 persen), IT & web (28 persen), critical thinking (27 persen), dan skill komunikasi (25 persen).   Rohit Kalsy, Country Lead, Indonesia, di LinkedIn mengatakan, dalam setahun terakhir, narasi didominasi oleh kemajuan teknologi, terutama integrasi AI ke dalam alur kerja bisnis. Sekarang, kita sedang menyaksikan pergeseran skill yang nyata, baik skill teknis maupun soft skill, untuk berhasil di tengah disrupsi AI ini.   "Sejalan dengan kesadaran tersebut, kami melihat jumlah pengguna yang berinteraksi dengan konten AI di LinkedIn Learning Hub meningkat 5x year-on-year secara global. Perusahaan dan profesional harus mengadopsi keadaan pembelajaran yang lebih sustainable," jelas Rohit melalui laporannya.    Soft skills, dipadukan dengan kemampuan untuk belajar, menjadi semakin penting 97 persen perusahaan di Indonesia mengamati perubahan substansial dalam keterampilan dan kualifikasi yang mereka prioritaskan pada calon pekerja. Para karyawan pun diharapkan tidak hanya memiliki skill AI, tetapi juga soft skill dan keinginan belajar hal baru jika tidak ingin kalah dalam persaingan.    Menurut Workplace Learning Report terbaru dari LinkedIn, sebanyak 95 persen profesional Learning & Development (L&D) di Asia Tenggara percaya bahwa keterampilan manusia semakin menjadi kompetitif dalam ekonomi kita. Secara khusus, 'komunikasi' telah menjadi keterampilan yang paling dicari di daftar LinkedIn untuk tahun 2024 di semua negara di Asia Pasifik, meliputi Indonesia, Australia, Tiongkok, India, Jepang, Filipina, dan Singapura.    Selain itu, 43 persen manajer perekrutan di Indonesia menganggap potensi pertumbuhan individu dan kemampuan untuk belajar menjadi faktor paling penting ketika mengevaluasi kandidat internal maupun eksternal.   Membangun budaya pembelajaran yang sustainable untuk tetap relevan dengan 97 persen perusahaan di Indonesia juga akan mempersiapkan karyawan mereka untuk mampu berkompetisi di masa depan dengan meningkatkan kemampuan mereka untuk meningkatkan rasa percaya diri dan keamanan kerja.    Bahkan, hampir 6 dari 10 (57 persen) profesional HR di Indonesia akan menyediakan program pelatihan dan pengembangan online, serta memberikan kesempatan untuk eksperimen langsung menggunakan tools generative AI. Angka ini juga merupakan yang tertinggi di antara negara Asia Pasifik lainnya.   Sebuah survei terbaru terhadap para pimpinan perusahaan di Asia Tenggara mengungkapkan bahwa mobilitas internal menjadi faktor yang semakin penting dalam menarik dan mempertahankan karyawan terbaik perusahaan. 6 dari 10 (62 persen) pimpinan perusahaan di Indonesia memprioritaskan jenjang karier di tahun ini, lebih banyak daripada negara di Asia Pasifik lainnya seperti Singapura (52 persen), India (48 persen), dan Australia (39 persen).   Untuk membantu perusahaan beralih ke pendekatan yang berorientasi pada skill, LinkedIn memperkenalkan pengalaman berbasis AI yang inovatif mencakup tools tertentu seperti Recruiter 2024, perekrutan yang dibantu kecerdasan buatan dari LinkedIn.    Tools tersebut hadir untuk memungkinkan perekrut dengan cepat mengakses rekomendasi kandidat berkualitas. Fitur-fitur ini akan diluncurkan di Asia Pasifik pada akhir Februari.   LinkedIn juga meluncurkan pelatihan yang didukung oleh AI di LinkedIn Learning, chatbot yang memberikan saran secara real-time dan rekomendasi konten yang disesuaikan dengan jabatan dan tujuan karier pengguna, serta keterampilan yang mereka ikuti. Saat ini, ini tersedia untuk pelanggan Asia Pasifik dan berbahasa Inggris.    Awal Maret nanti, LinkedIn akan meluncurkan fitur career development dan mobilitas internal baru di dalam LinkedIn Learning untuk membantu karyawan mempelajari skill penting lainnya. Fitur ini akan tersedia dalam Bahasa Indonesia, Inggris, Hindi, Jepang, Melayu, dan lain-lain.   "Para pemimpin bisnis menyadari bahwa cara lama dalam perekrutan tidak lagi relevan di era pekerjaan baru yang dibentuk oleh AI, di mana keterampilan yang dibutuhkan untuk pekerjaan yang sama akan berubah sebesar 68 % pada tahun 2030. Berdasarkan hal ini, kami telah meningkatkan solusi perekrutan dan pembelajaran untuk membantu perusahaan merekrut dan mempertahankan talenta terbaik," pungkas Rohit. 

Editor: Estu Suryowati

Tag:  #riset #linkedin #ungkap #dampak #nyata #disrupsi #pada #dunia #kerja #nggak #improve #dijamin #tersingkir

KOMENTAR