



Jadi Malas Berpikir? Ini 4 Dampak Chat GPT pada Kemampuan Menulis Esai, Menurut Penelitian Terbaru MIT
- Perkembangan teknologi dewasa ini membuat semua hal terasa efisien dan efektif.
Pekerjaan yang berat bisa menjadi ringan ketika sebagiannya dibantu oleh akal imitasi (AI).
Namun, kemudahan ini bisa menjadi bumerang ketika tak bijak dalam menggunakannya.
Tidak sedikit orang yang aji mumpung dan memanfaatkan AI untuk mengerjakan semua tugasnya, termasuk menulis sebuah esai.
Bagi seorang pelajar, tentu ini adalah surga karena semua jawaban tersedia untuk disalin menjadi tugas.
Belum lagi untuk pekerjaan menulis yang sebenarnya membutuhkan riset, menyusun outline, hingga menulis dengan rapi, yang kini tinggal meminta AI untuk mengerjakan semuanya.
Tahukah Anda, jika kemudahan yang datang ini bisa memberikan dampak pada kinerja otak kita?
Tepat pada 10 Juni lalu, penelitian oleh Nataliya Kos’myna dalam publikasi Massachusetts Institute of Technology (MIT) Media Lab, menunjukkan adanya dampak ketergantungan penggunaan Chat GPT terhadap kinerja otak saat mengerjakan sebuah esai.
Bagaimana hasilnya? Nah, melansir hasil penelitian yang berjudul, “Your Brain on Chat GPT: Accumulation of Cognitive Debt when Using an AI Assistant for Essay Writing Task” mari simak empat penjelasannya di bawah ini!
Otak jadi malas berpikir
Penelitian ini pada dasarnya membanding tiga kelompok, (1) Pengguna Chat GPT; (2) Pengguna Mesin Pencarian; dan (3) Orang yang Hanya Mengandalkan Otak.
Temuan dalam penelitian menunjukkan orang yang hanya mengandalkan otak memiliki jaringan saraf yang paling kuat dan luas.
Untuk orang yang menggunakan mesin pencari, mereka berada pada posisi tengah.
Sedangkan, mereka yang hanya mengandalkan Chat GPT memiliki aktivitas otak paling lemah.
Ini menunjukkan semakin banyak bantuan eksternal dalam mengerjakan esai, baik itu mesin pencari atau Chat GPT, semakin sedikit otak akan bekerja.
Keseragaman cara menulis dan hilangnya orisinalitas
Orang yang sering menggunakan bantuan Chat GPT ketika mengerjakan esai menunjukkan kecenderungan untuk langsung melakukan copy-paste.
Alhasil, gaya bahasa, frasa, bahkan pilihan topik yang dihasilkan dalam esainya memiliki kemiripan dan tidak orisinal.
Kesulitan untuk menulis tanpa bantuan
Penelitian yang dilakukan oleh Nataliya Kos’myna bersama timnya menunjukkan orang yang tergantung pada Chat GPT akan kesulitan untuk menulis esai tanpa bantuan esai.
Konektivitas saraf pada otak menjadi lebih lemah sebab otak kehilangan daya pikirnya akibat terlalu bergantung pada jawaban AI.
Kemampuan linguistik pun ikut menurun karena nada tulisan pun terasa tidak menonjol akibat paparan jawaban AI.
Berbeda dengan mereka yang hanya mengandalkan otak dalam mengerjakan esai, di mana gaya tulisannya sangat menonjol dan memiliki ciri.
Ternyata bisa meningkatkan produktivitas
Menariknya, temuan penelitian ini menunjukkan peserta yang sebelumnya menulis dengan mengandalkan otak saja, lalu beralih menggunakan Chat GPT, menunjukkan konektivitas saraf yang tinggi.
Artinya ini menunjukkan bahwa bantuan AI setelah menulis esai secara mandiri akan melibatkan interaksi jaringan otak yang lebih luas.
Ini bisa menjadi petunjuk bahwa AI lebih efektif menjadi alat bantu revisi ketimbang berperan sebagai alat untuk menciptakan esai dari nol.
Hal yang dapat Anda dapatkan dari penelitian ini adalah kemudahan Chat GPT ternyata perlu dibayar dengan biaya kognitif, jika tidak bijak dalam memanfaatkannya.
Penurunan daya pikir bisa sangat merugikan Anda di masa mendatang.
Untuk itu, mulailah dengan mengubah fungsi AI sebagai alat untuk memeriksa bukan untuk menciptakan atau berkarya.
Demikian, otak Anda akan lebih aktif untuk menciptakan karya yang orisinal sesuai dengan karakter diri sendiri.
Tag: #jadi #malas #berpikir #dampak #chat #pada #kemampuan #menulis #esai #menurut #penelitian #terbaru