Penutur Makin Berkurang dan Diambang Kepunahan, Badan Bahasa Revitalisasi 93 Bahasa Daerah
Kepala Badan Bahasa Kemendikbudristek Endang Aminudin Aziz di sela pembukaan Festival Tunas Bahasa Ibu Nasional, di Jakarta, kemarin (2/5). (Hikmia/Jawa Pos)
08:56
3 Mei 2024

Penutur Makin Berkurang dan Diambang Kepunahan, Badan Bahasa Revitalisasi 93 Bahasa Daerah

- UNESCO menyebut setiap dua minggu, ada satu bahasa daerah yang hilang di dunia. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) mencoba mengerem laju kepunahan bahasa daerah di Indonesia dengan menggencarkan program Revitalisasi Bahasa Daerah (RBD).

Tahun ini, ditargetkan sebanyak 93 bahasa daerah akan direvitalisasi. Di antaranya, Bahasa Toraja, bahasa Banggai, Basa Ternate, Bagasa Moi, Bahasa Hatam, Bahasa Gayo, Bahasa Batak dialek Toba, Bahasa Melayu dialek Sorkam, Bahasa Kayuagung, Bahasa Sunda, Bahasa Jawa, Bahasa Mbojo, Bahasa Kambera, Basa Uud Danum, dan lainnya.

Kepala Badan Bahasa Kemendikbudristek Endang Aminudin Aziz mengungkapkan, keberlangsungan bahasa daerah saat ini tergantung pada bahasa pergaulan yang digunakan setiap hari. Semakin jarang penutur menggunakan bahasa daerah, maka semakin besar pula risiko bahasa tersebut punah.

”Gejala utamanya adalah tidak lagi menggunakan bahasa itu dalam pergaulan sehari-hari. Oleh karena itu, menjadi penting bahasa ibu ini dimulai dari keluarga,” tutur Endang Aminudin Aziz di sela pembukaan Festival Tunas Bahasa Ibu Nasional, di Jakarta, kemarin (2/5).

Karena itu, Badan Bahasa berupaya melakukan advokasi dengan menyadarkan orang tua, masyarakat, pegiat bahasa, hingga pemerintah daerah (pemda) guna melestarikan bahasa daerahnya. Pelestarian ini pun dilakukan melalui berbagai cara. Di antaranya, Festival Tunas Bahasa Ibu Nasional.

Diakui Aminudin, program ini awalnya tak digubris dan dipertanyakan esensinya oleh masyarakat dan pemda. Apalagi di tengah gempuran globalisasi yang kian menggerus berbagai hal. Namun, berjalan kurang lebih empat tahun, kini justru para pemda yang ingin bahasa daerahnya diikutkan dalam revitalisasi.

”Tahun ini 93 bahasa daerah, padahal masih banyak yang mau. Tapi kami batasi karena kemampuan kami juga terbatas,” ungkapnya. Sebagai informasi, pada tahun 2022 bahasa daerah yang berhasil direvitalisasi sebanyak 39 bahasa di 13 provinsi. Kemudian, di tahun 2023, jumlahnya naik menjadi 72 bahasa atau dialek yang direvitalisasi pada 25 provinsi.

Meski begitu, Aminudin menggarisbawahi, bahwa RBD tidak serta-merta menghilangkan tren punahnya bahasa daerah. Upaya ini hanya memperlambat kepunahannya sehingga masyarakat sadar dan tetap menggunakannya.

Editor: Ilham Safutra

Tag:  #penutur #makin #berkurangdan #diambang #kepunahan #badan #bahasa #revitalisasi #bahasa #daerah

KOMENTAR