Sinyal Maruarar Sirait, Kode Keras Hengkangnya Jokowi dari PDI-P?
Maruarar Sirait bersama Presiden Joko Widodo.(Instragam @maruararsirait)
12:28
16 Januari 2024

Sinyal Maruarar Sirait, Kode Keras Hengkangnya Jokowi dari PDI-P?

- Maruarar Sirait memutuskan hengkang dari partai politik (parpol) yang puluhan tahun membesarkan namanya, PDI Perjuangan.

Maruarar berpamitan dari PDI-P usai mengunjungi kantor Dewan Pimpinan Pusat (DPP) partai banteng, Senin (15/1/2024) malam.

Saat berpamitan, mantan Ketua Taruna Merah Putih, organisasi sayap PDI-P itu, turut mengucapkan terima kasih kepada Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri hingga Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI-P Hasto Kristiyanto.

“Sesudah saya berdoa dan berdiskusi dengan orang terdekat, teman-teman terdekat, saya memutuskan untuk pamit dari PDI Perjuangan," kata Maruarar.

Maruarar mengaku, dirinya meninggalkan PDI-P karena mengikuti langkah politik Presiden Joko Widodo. Namun ia tak memerinci apakah alasan itu terkait dengan dukungan terhadap pasangan calon presiden dan calon wakil presiden tertentu, atau hal lain.

"Saya memilih untuk mengikuti langkah Pak Jokowi karena saya percaya Pak Jokowi adalah pemimpin yang sangat didukung oleh rakyat Indonesia," tuturnya.

Sinyal Jokowi hengkang?

Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam menilai, alasan hengkangnya Maruarar menjadi sinyal kepergian Jokowi dari PDI-P.

Pernyataan Maruarar soal “mengikuti langkah politik Jokowi” menyiratkan bahwa Presiden tinggal menunggu waktu untuk mengumumkan perpisahannya dengan partai banteng.

Statement Maruarar ini menyimpan clue atau kode keras akan hengkangnya Jokowi secara formal dari status keanggotaannya di PDI-P,” kata Umam kepada Kompas.com, Selasa (16/1/2024).

Menurut Umam, pernyataan Maruarar itu diperkuat dengan sinyal renggangnya hubungan Jokowi dengan PDI-P beberapa waktu terakhir, utamanya sejak putra sulung Presiden, Gibran Rakabuming Raka, jadi calon wakil presiden (cawapres) pendamping Prabowo Subianto.

Belakangan, keberpihakan Jokowi ke Prabowo-Gibran semakin vulgar. Misalnya, sebelum debat ketiga pemilu presiden (pilpres) digelar 7 Januari 2024 kemarin, Jokowi maraton bertemu dengan para ketua umum partai politik Koalisi Indonesia Maju.

Para elite politk itu, mulai dari Prabowo, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, dan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan.

Padahal, PDI-P mengusung Ganjar Pranowo-Mahfud MD sebagai capres-cawapres Pemilu 2024.

“Jokowi memilih untuk tidak tunduk pada keputusan partai. Sehingga kalau masih ada elite PDI-P mengeklaim Jokowi masih berada di kubu mereka, maka klaim itu kini menjadi semakin kurang relevan,” ujar Umam.

Sinyal keretakan juga tampak ketika Jokowi tidak hadir di peringatan HUT ke-51 PDI-P, 10 Januari 2024. Bahkan, Kepala Negara tak memberikan ucapan selamat ke partai banteng.

Jokowi lebih memilih melawat ke negara-negara tetangga, alih-alih datang ke perayaan ulang tahun partai tempatnya bernaung.

“Jokowi ingin kembali menegaskan dirinya adalah bukan lagi ‘petugas partai’, melainkan kini sebagai ‘petugas negara’ yang tidak tunduk pada elite partai yang mengayominya,” kata Umam.

Jika Jokowi benar-benar hengkang dari PDI-P dalam waktu dekat, misalnya sebelum pemungutan suara pemilu 14 Februari 2024, Umam yakin, ini akan menggerus elektoral partai banteng.

“Ini tidak akan menjadi gelombang hataman, tetapi akan menjadi ‘tsunami politik’ bagi PDI-P di detik-detik terakhir jelang pencoblosan,” ujarnya.

Umam menilai, Pemilu 2024 berpeluang menjadi “perang bubat” antara PDI-P dengan Jokowi. Seandainya Jokowi benar-benar meninggalkan partainya, ini akan menjadi anti-klimaks bagi PDI-P.

“Situasi ini harus diantisipasi betul oleh PDI-P agar punya deteksi dini dan kesiapan yang memadai, jika kode keras yang disampaikan Maruarar ini benar-benar terjadi menjelang pencoblosan di Pemilu pada medio Februari mendatang. PDI-P harus siap dan waspada,” tutur Umam.

Pukulan telak

Mundurnya Maruarar ini pun dinilai sebagai hantaman telak buat partai banteng. Sebab, selama ini Maruarar bukan saja dikenal sebagai politikus muda PDI-P dan simbol regenerasi partai, tetapi juga putra dari politikus senior Sabam Sirait yang notabene loyalis Megawati Soekarnoputri.

Umam menilai, mundurnya Maruarar mengindikasikan adanya faksi-faksi di internal PDI-P. Dengan karakter kepemimpinan PDI-P yang sentralistik, bisa jadi para politikus muda yang kritis, seperti Maruarar dan Budiman Sudjatmiko, kurang diberi ruang.

Memang, menurut Umam, mundurnya Maruarar tak akan menggerus elektabilitas PDI-P secara signifikan. Sebab, belakangan Maruarar tak punya jabatan di internal partai maupun legislatif.

Namun, langkah Maruarar ini diyakini akan berdampak pada psikologis dan moral perjuangan kader-kader PDI-P, utamanya dalam menghadapi Pemilu 2024.

“Terutama para kader muda PDI-P yang bisa-bisa mengalami penurunan kepercayaan diri setelah berkaca dari nasib Maruarar dan Budiman,” ujar Umam.

Umam menduga, Maruarar akan berganti haluan ke tim pemenangan pasangan capres dan cawapres nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Dengan kata kunci “mengikuti langkah Jokowi”, lanjut Umam, besar peluang Maruarar berlabuh ke Partai Solidaritas Indonesia (PSI), partai yang kini dipimpin putra bungsu Presiden, Kaesang Pangarep.

“Meskipun demikian, partai-partai besar lain di lingkaran Koalisi Indonesia Maju tentu juga membuka pintu lebar-lebar bagi Maruarar jika ia hendak berlabuh ke gerbong politik mereka,” katanya.

Tag:  #sinyal #maruarar #sirait #kode #keras #hengkangnya #jokowi #dari

KOMENTAR