Benarkah Awan Kumulus Menghilang Selama Gerhana Matahari Terjadi? Cek Faktanya!
Ilustrasi - Gerhana matahari hibrid (GMH). ANTARA/HO-BMKG/am.
20:56
7 April 2024

Benarkah Awan Kumulus Menghilang Selama Gerhana Matahari Terjadi? Cek Faktanya!

 - Gerhana matahari total akan terjadi besok, Senin (8/4) di Amerika, Eropa Barat, Samudera Pasifik, Atlantik, dan Arktik. Ketika peristiwa ini terjadi, apakah kalian sadar jika awan kumulus turut menghilang ketika gerhana matahari dimulai

Fenomena astronomi ini memang menarik perhatian banyak orang. Awan kumulus di atas daratan kerap menghilang ketika gerhana terjadi. Bagaimana penjelasannya? Berikut faktanya menurut Forbes.

Sebuah penelitian terbaru menunjukkan awan kumulus yang rendah akan menghilang ketika 15 persen bagian matahari tertutupi oleh bulan. Hal tersebut dikarenakan awan kumulus yang berada di atas daratan sensitif terhadap gerhana matahari.

Para peneliti juga melakukan simulasi muncul dan hilangnya awan. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa gerhana matahari sebagian memengaruhi kenaikan udara.

Sementara itu, jika berada di atas laut maka tidak ada pengaruh antara awan dengan gerhana matahari. Hal ini karena air laut yang tidak mendingin secara cepat.

Ditambahkan dari Live Science juga, peneliti menemukan bahwa tutupan awan kumulus rata-rata turun lebih dari empat kali lipat. Hal tersebut ditemukan ketika gerhana bulan cincin terjadi akhir-akhir ini. Tepatnya, ketika bayangan bulan tengah melewati bumi.

Awan kumulus tingkat rendah cenderung muncul pada ketinggian sekitar 2 km (1,2 mil) dan sangat dipengaruhi oleh tingkat pudarnya cahaya matahari. Tutupan awan ini berkurang sekitar ketika 15 persen permukaan matahari tertutup. Peristiwa ini terjadi kurang lebih 30 menit setelah gerhana dimulai.

Awan akan mulai kembali sekitar 50 menit setelah pudarnya cahaya matahari secara maksimum. Meskipun tutupan awan umumnya hanya sekitar 40 persen saat kondisi gerhana, kurang dari 10 persen langit tertutup awan selama pudarnya cahaya matahari yang maksimal. Pada skala besar, awan kumulus akan mulai menghilang.

Gerhana matahari memang jarang terjadi. Biasanya peristiwa ini akan terjadi antara dua hingga lima kali per tahun. Akibatnya, fenomena tersebut memberikan peluang besar untuk penyelidikan ilmiah secara lanjut.

Fenomena gerhana matahari juga adalah peristiwa yang unik. Keunikan inilah membuat peneliti mempelajari apa yang terjadi ketika sinar matahari sedang dikaburkan dengan cepat. Hal tersebut diucapkan oleh ahli geosains di Delft University of Technology di Belanda, Victor JH Trees.

Baru-baru ini, Trees dan para peneliti lain sedang menganalisis data tutupan awan yang diperoleh selama gerhana cincin pada tahun 2005 di Afrika serta beberapa bagian Eropa. Mereka menelusuri citra tampak dan inframerah yang dikumpulkan oleh dua satelit Geostasioner milik organisasi Eropa.

Saat menggali ilmu fisika pada pengamatan mereka, Trees beserta teman-temannya mengumpulkan pengukuran suhu permukaan tanah dari dua satelit geostasioner yang sama. Awan kumulus rupanya juga memiliki keterkaitan dengan suhu di bumi. Apabila suhu bumi cukup rendah dapat memengaruhi secara signifikan apa saja yang terjadi di permukaan planet tersebut.

Melalui penelitian ini juga tidak mengherankan, apabila suhu permukaan turun karena bulan yang menghalangi cahaya matahari. Virendra Ghate, ilmuwan atmosfer di Argonne National Laboratory di Lemont III turut mengungkap hal tersebut. "Kami tahu bahwa perubahan sekecil apapun pada radiasi matahari berdampak juga ke suhu permukaan tanah," ujarnya.

Para peneliti memperkirakan perubahan  maksimum suhu permukaan tanah hampir 6°C ketika gerhana berlangsung di tahun 2005. Mereka menemukan suhu menurun seiring dengan proses pemudaran cahaya berlangsung tanpa jeda. Penelitian ini konsisten dilakukan dengan pengamatan pada gerhana matahari lainnya.

Penurunan suhu permukaan yang tajam selama gerhana matahari mendorong perubahan tutupan awan kumulus. Kumulus terbentuk ketika udara yang relatif hangat dan lembab naik dari permukaan bumi kemudian mengembun menjadi tetesan awan.

Ghate juga mengatakan, saat suhu permukaan tanah menurun dapat mengecilkan gradien suhu dekat permukaan bumi. Akibatnya, gaya yang lebih kecil membuat udara untuk membentuk awan di atas.

Editor: Nicolaus Ade

Tag:  #benarkah #awan #kumulus #menghilang #selama #gerhana #matahari #terjadi #faktanya

KOMENTAR