Simulasi Program Makan Siang Gratis, UMKM Keluhkan Plafon Rp 15 Ribu
- Setelah sempat dibahas dalam sidang kabinet, program makan siang gratis mulai diujicobakan. Kemarin (29/2) simulasi dilakukan di SMPN 2 Curug Tangerang.
Pemilihan lokasi simulasi, menurut Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, lantaran Tangerang dianggap memenuhi tiga tipologi nasional.
”Kabupaten Tangerang ini punya sekolah dengan tiga tipologi nasional. Yaitu, di perkotaan, pedesaan, dan pesisir. Sehingga ini ideal menjadi piloting, percobaan,” jelasnya.
Simulasi itu menjadi yang pertama dan sebagai awalan simulasi-simulasi berikutnya. Dengan simulasi, Airlangga berharap bisa melakukan evaluasi dan menggali masukan. Salah satu yang disebutnya penting adalah SOP dalam pemberian makan gratis. Termasuk dari sisi literasi gizi dan multiplier effect kepada UMKM sekitar sekolah.
Sebagaimana diketahui, makan siang gratis merupakan program yang diusung calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Ditanya awak media mengapa sudah dilakukan simulasi, padahal belum ada pembahasan mendetail dalam sidang kabinet, Airlangga berdalih simulasi itu bersifat voluntary atau sukarela. Dia hadir dalam kapasitas memenuhi undangan yang diadakan pemda setempat. ”Namanya undangan simulasi, kalau saya diundang gratis makan juga saya datang,” ucapnya.
Dalam simulasi kemarin, semua menu dihargai Rp 15 ribu per porsi. Itu diklaim sudah memenuhi kebutuhan karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayuran, dan buah. Empat menu yang disajikan dalam simulasi meliputi nasi ayam, nasi semur telur, gado-gado, dan siomay.
Airlangga juga melakukan dialog dengan para siswa. ”Ini habis nggak kalau segini? Habis atau kebanyakan?” tanya dia. ”Kebanyakan,” jawab salah seorang siswi. Dia pun menimpali jawaban itu. ”Kebanyakan tuh. Rp 15 ribu dianggap kebanyakan,” ujar Airlangga.
Dalam simulasi makan siang gratis kemarin, hanya 4 kelas yang mengikuti. Di sekolah tersebut, total ada 25 kelas. Mekanismenya, para murid membawa kotak makan dari rumah. Kotak makan itu lantas diserahkan kepada kantin yang telah menyiapkan hidangan makan siang gratis. Setelah itu, kotak makan siap didistribusikan kepada para siswa.
Para siswa pun mengaku senang jika diberi makan gratis di sekolahnya. Apalagi, SMPN 2 Curug Tangerang menerapkan sistem full day school.
Namun, berbeda dengan siswa, pelaku UMKM yang kebagian menyiapkan hidangan melontarkan pandangan lain soal nominal Rp 15 ribu. ”Senang sih, Pak. Tapi, kalau Rp 15 ribu mah kurang. Kan apa-apa (harganya) naik,” ujar salah seorang pelaku UMKM kepada Airlangga. Mendengar hal itu, Airlangga pun tersenyum.
Menanggapi plafon Rp 15 ribu yang disebut kurang karena harga bahan pokok naik, Airlangga beralasan hal itu dampak menjelang Ramadan dan Idul Fitri. ”Karena sekarang kan (harga naik) mau menjelang Lebaran, tapi harga ikan turun. Itu kan UMKM mencari untung, biasa itu,” dalihnya. Dia menggarisbawahi bahwa plafon Rp 15 ribu hingga saat ini belum diketok.
Tinjauan Gizi
Bagaimana pemberian makan siang gratis untuk anak sekolah di mata ahli gizi? Ahli gizi komunitas dr Tan Shot Yen menuturkan, makan di usia sekolah tidak bisa asal. ”Tidak asal mangap telan,” katanya kepada Jawa Pos.
Lebih lanjut, dia menjelaskan, anak-anak usia sekolah harus memahami apa yang dimakan. Artinya, anak harus tahu bahan makanan tersebut mengandung apa dan tujuannya untuk tubuh apa. ”Itu edukasi,” imbuhnya.
Tan menjelaskan, memberi makan anak bukan hanya soal asupan gizi. Anak harus mengenal rasa, tekstur, dan bentuk agar makanan itu membentuk referensi dan preferensi. Ketika dewasa, rujukan makanannya seperti apa merupakan cerminan sejak kecil. (dee/lyn/c19/fal)
Tag: #simulasi #program #makan #siang #gratis #umkm #keluhkan #plafon #ribu