Peringatan Hari Santri 22 Oktober, Berikut Tokoh dari Pesantren dan Ulama yang Berjasa bagi Kemerdekaan Indonesia
KH Hasyim Asy’ari, salah satu tokoh ulama dan santri pejuang kemerdekaan Indonesia. (Wikimedia Commons)
08:48
15 Oktober 2024

Peringatan Hari Santri 22 Oktober, Berikut Tokoh dari Pesantren dan Ulama yang Berjasa bagi Kemerdekaan Indonesia

–Setiap 22 Oktober selalu diperingati sebagai Hari Santri Nasional. Hal itu untuk mengenang, mengingat, dan meneladani, para santri yang telah berjuang dalam kemerdekaan Indonesia.

Melansir laman NU Online, atas usul masyarakat pesantren Presiden Joko Widodo memutuskan penetapan Hari Santri pada 22 Oktober melalui Keppres RI No.22 Tahun 2015 tentang Hari Santri pada 15 Oktober 2015.

Pelaksanaan Hari Santri juga dirayakan sekaligus mengenang tokoh-tokoh santri dan para ulama yang berjasa untuk Indonesia. Banyak tokoh santri maupun pejuang Islam yang turut membantu memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Perlawanan terhadap kolonialisme tidak hanya dilakukan para tokoh nasionalis saja, tetapi juga para tokoh agama termasuk para pengurus pesantren. Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945 yang digaungkan para ulama dan santri tidak hanya membela perjuangan membela Islam, tetapi juga membela kedaulatan bangsa Indonesia.

Lalu, siapa saja tokoh santri dan pejuang Islam yang turut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia?

  1. KH Hasyim Asy’ari

KH Hasyim Asy’ari adalah tokoh pejuang kemerdekaan dari Jombang dan pendiri organisasi Nahdlatul Ulama (NU). Dia sempat memfatwakan beberapa hal untuk melawan Belanda, seperti perang melawan Belanda merupakan jihad dan haram naik haji menggunakan kapal Belanda.

Mengutip buku KH Hasyim Asy’ari: Pengabdian Seorang Kyai untuk Negeri oleh Museum Kebangkitan Nasional, tindakan tersebut membuat pemerintah Belanda marah. Pada 1942 KH Hasyim Asy’ari dipenjara selama tiga bulan.

Pada saat Jepang menduduki Indonesia, KH Hasyim Asy'ari juga melakukan perlawanan. Kebijakan Seikerei atau membungkuk 45 derajat pada saat matahari terbit ditolak mentah-mentah KH Hasyim Asy’ari beserta santri karena dianggap menyekutukan Allah.

Penolakan tersebut juga membuat dirinya kembali ditangkap hingga mendapatkan penyiksaan dari Jepang. Hal ini juga membuat kegiatan belajar di Pesantren Tebu Ireng vakum, karena dirinya juga ditahan secara berpindah-pindah.

Hingga ketika Belanda mulai datang lagi ke Indonesia membonceng Sekutu, KH Hasyim Asy’ari bersama para ulama lain melakukan Resolusi Jihad, menjadi gerakan perlawanan. Kini, Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945 tersebut diperingati sebagai Hari Santri Nasional.

  1. KH Wahab Hasbullah

KH Wahab Hasbullah merupakan salah satu tokoh pesantren pejuang kemerdekaan Indonesia. Perjuangannya banyak dituangkan melalui media massa, seperti mendirikan Majalah Soeara Nahdlatul Oelama, Majalah Oetoesan Nahdlatoel Oelama, serta Surat Kabar Duta Masyarakat.

Melalui media massa, KH Wahab Hasbullah berusaha menumbuhkan semangat nasionalisme masyarakat untuk melawan pemerintah kolonial. Dia menyarankan kepada Soekarno untuk menjalankan Diplomasi Cancut Taliwondo.

Dalam Jurnal Peradaban Islam Indonesia, Cancut Taliwondo merupakan strategi politik dengan langkah-langkah yang harus dilaksanakan secara bersungguh-sungguh agar terwujud kehidupan politik negeri yang sehat.

  1. KH M. Bisri Syansuri

KH M. Bisri Syansuri merupakan salah satu tokoh Nahdlatul Ulama dan anggota Dewan Konstituante yang juga berperan dalam perpolitikan Indonesia setelah kemerdekaan. Sebelumnya, pernah menjadi anggota Badan Komite Nasional Indonesia Pusat (BP KNIP) mewakili Masyumi.

Pada 1919, Kiai Bisri bersama istrinya sempat melakukan inovasi terhadap pesantren dengan membuka kelas khusus untuk santri putri. Saat itu, hal tersebut masih dianggap tabu karena masyarakat masih bersifat patrimonial dengan mengesampingkan pendidikan untuk para perempuan.

Pada 1923, mendirikan Madrasah Salafiyah yang memiliki masa belajar selama 6 tahun. Pesantren Mambaul Maarif yang beliau kelola juga memiliki peran terhadap perjuangan kemerdekaan.

Meskipun kegiatan pesantren sempat terhambat saat Jepang menduduki Indonesia, beliau tetap berusaha agar kegiatan tetap berjalan dengan cara mengirimkan tenaga pengajar ke pesantren-pesantren lain.

Hingga setelah kemerdekaan, KH M. Bisri Syansuri masih berjuang dalam pendidikan pesantren dengan cara melakukan modernisasi terhadap pendidikan madrasah di Indonesia.

  1. KH Ahmad Dahlan

KH Ahmad Dahlan merupakan pendiri organisasi Muhammadiyah. Dia turut serta memperjuangkan kemerdekaan Indonesia melalui bidang pendidikan.

KH Ahmad Dahlan mendirikan sekolah Islami dengan mengajarkan pengetahuan umum dan ajaran agama Islam. Pendirian sekolah tersebut merupakan salah satu upayanya dalam memberantas buta huruf agar masyarakat dapat dengan mudah menerima informasi melalui tulisan, terutama mengenai agama. Juga melakukan modernisasi terhadap pendidikan Islam di Indonesia dengan cara mendirikan Sekolah Muhammadiyah.

Melansir artikel Jurnal Universitas Muhammadiyah Purwokerto, KH Ahmad Dahlan juga menerapkan pendidikan praktis terhadap perempuan sebagai bekal mengelola hidup.

Bersama istrinya, Nyai Ahmad Dahlan, menghadirkan pendidikan bagi kaum perempuan untuk menaikkan taraf hidup perempuan.

Editor: Latu Ratri Mubyarsah

Tag:  #peringatan #hari #santri #oktober #berikut #tokoh #dari #pesantren #ulama #yang #berjasa #bagi #kemerdekaan #indonesia

KOMENTAR