Perlu Diketahui, Kongres Pemuda 1926 Merupakan Cikal-Bakal Sumpah Pemuda 1928
Suasana Museum Sumpah Pemuda di Kramat Raya, Jakarta Pusat, Kamis (28/10). Museum sumpah pemuda masih melakukan penutupan sementara untuk kunjungan masyarakat umum. Dari tahunke tahun museum ini ramai dikunjungi warga pada peringatan sumpah pemuda 28 Oktober.
15:08
11 Oktober 2024

Perlu Diketahui, Kongres Pemuda 1926 Merupakan Cikal-Bakal Sumpah Pemuda 1928

Sumpah pemuda selalu diperingati setiap 28 Oktober. Peringatan Sumpah Pemuda itu untuk mengenang bersatunya para pemuda di Tanah Air dan bahkan itu menjadi cikal bakal persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

Maka dari itu, Sumpah Pemuda menjadi penting bagi bangsa Indonesia karena peristiwa historis itu merupakan simbol persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Sumpah pemuda sebagai simbol persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia bertujuan untuk mencegah ancaman perpecahan dan konflik suku, agama, dan ras.

Secara historis, sumpah pemuda adalah produk politik dari kongres pemuda kedua di Batavia (kini bernama Jakarta) pada 27-28 Oktober 1928. Sumpah pemuda adalah ikrar kebangsaan pemuda-pemuda Indonesia dari berbagai latar belakang suku, agama, dan ras. Ikrar itu menyatukan keyakinan para pemuda cikal-bakal bangsa Indonesia untuk menyatukan keyakinan bahwa Indonesia adalah bangsa, bahasa dan tumpah darah.

“Ikrar ini adalah pernyataan kebangsaan pemuda pemuda Indonesia dari berbagai latar belakang daerah, suku, dan agama, menyatukan keyakinan mereka bahwa tumpah darah, bangsa, dan bahasa persatuan: ialah Indonesia. Keyakinan itu lalu disebarluaskan untuk dijadikan asas bagi semua perkumpulan kebangsaan Indonesia setelah peristiwa Kongres Pemuda Kedua,” dikutip dari museumsumpahpemuda.kemdikbud.go.id, pada Rabu, (9/10).

Kongres pemuda kedua ini digagas oleh Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang beranggotakan pelajar dari seluruh Indonesia. Kongres pemuda kedua itu diselenggarakan di tiga tempat. Yaitu, di Katholieke Jongenlingen Bond, Oost Java Bioscoop, dan Indonesische Clubgebouw (Rumah Indekos, Kramat No. 106).

Biaya kongres ini ditanggung oleh organisasi-organisasi pemuda yang terlibat di dalam proses persiapan hingga berlangsungnya acara tersebut, serta sumbangan sukarela. Ada sejumah tokoh sumpah pemuda yang menjadi panitia dari kongres pemuda kedua itu:

  • Ketua: Sugondo Djojopuspito (PPPI)
  • Waket: R.M. Djoko Marsaid (Jong Java)
  • Sekretaris: Muhammad Yamin (Jong Sumatranen Bond)
  • Bendahara: Amir Sjarifoeddin (Jong Bataks Bond)
  • Pembantu I: Johan Mahmud Tjaja (Jong Islamieten Bond)
  • Pembatu II: R. Katja Soengkana (Pemoeda Indonesia)
  • Pembatu III: R.C.L. Sendoek (Jong Celebes)
  • Pembantu IV: Johannes Leimena (Jong Ambon)
  • Pembantu V: Mohammad Rochjani Su’ud (Pemoeda Kaoem Betawi)

Tidak dapat dipungkiri bahwa sumpah pemuda sangat populer dalam memori kolektif bangsa Indonesia. Dalam ingatan kalangan luas, sumpah pemuda adalah momen persatuan dan kesatuan nasional. Pasalnya, pada peristiwa sumpah pemuda bukan hanya melahirkan ikrar, melainkan bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia dan lagu kebangsaan yakni Indonesia Raya yang dimainkan pertama kali oleh Wage Rudolf Supratman.

Materialitas konkret seperti sumpah pemuda, bahasa Indonesia, dan lagu Indonesia Raya membuat kongres pemuda kedua pada Oktober 1928 masyhur dalam catatan sejarah ketimbang kongres pemuda pertama pada 1926 yang hanya menghasilkan gagasan. Ketiadaan produk konkret dari kongres pemuda pertama menyebabkan negara jarang membicarakan momen historis ini.

Kongres pemuda pertama digelar oleh para pemuda di tengah kolonialisme sedang mencapai masa kejayaan pembangunan Hindia-Belanda pada bidang ekonomi, khususnya perdagangan internasional. Kongres pemuda pertama berlangsung pada April hingga Mei 1926 di Batavia.

Daniel Dhakidae dalam “Cita-cita Kesatuan, Bahasa, dan Kebangsaan: Melawat ke Kongres Pemuda Pertama Setelah Delapan Puluh Tahun” dalam Jurnal Prisma (2011) mengatakan, nama resmi kongres pemuda pertama dalam bahasa Belanda yaitu, Het Eerste Indonesisch Jeugdcongres.

Dhakidae mengatakan bahwa kongres pemuda pertama dalam pertandingan diskursus politik dengan bahasa dan literasi sebagai alat utama. Ini bertolak belakang dengan kongres pemuda kedua yang menghasilkan ikrar Sumpah Pemuda.

Ini menunjukkan bahwa kongres pemuda pertama merupakan arena diskursus politik secara intelektual dan radikal. Kongres pemuda pertama ini dihadiri oleh 11 organisasi terkemuka, antara lain:

  • Jong Java
  • Jong Sumatranen
  • Jong Islamieten Bond
  • Sekar Roekoen
  • Jong Batak
  • Jong Theosofen Bond
  • Ambonsche Studeerenden
  • Minahassache Studeerenden
  • Studieclub Indonesia
  • Boedi Oetomo
  • Mohammadijah, dan
  • berbagai tokoh yang berminat.

Kongres pemuda pertama pada 1926 berlangsung dengan menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa resmi kongres, berbeda dengan kongres pemuda kedua. Tidak dapat dipungkiri bahwa kongres pemuda pertama ini merupakan produk elite borjuis Hindia Belanda yang dapat mengenyam pendidikan Barat secara mudah karena status sosial yang dimilikinya. Jadi, kongres pemuda pertama lahir di tengah kondisi diskriminasi kelas sosial yang tajam di Hindia Belanda.

Keith Foulcher dalam Sumpah Pemuda (2000) mengatakan Yamin menyampaikan – dalam bahasa Belanda – sebuah pandangan yang membahas Melayu sebagai dasar pengembangan di masa depan suatu bahasa dan literatur yang bernuansa Indonesia. Pemikiran ini yang kemudian menjadi cikal-bakal kesetaraan kebebasan dalam bangsa Indonesia melalui penggunaan bahasa Indonesia sebagai peretas diskriminasi melalui pendidikan Barat dan bahasa Belanda.

Yamin sejak muda sudah mempunyai reputasi sebagai pemersatu visi nasional yang digaungkannnya melalui Partai Nasional Indonesia (PNI). Visi tersebut berkembang menjadi ciri khusus nasionalisme ala Sukarnois.

Yamin memang gencar mempromosikan pentingnya bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan orang Sumatera, yang juga berarti pengakuan atas literatur Melayu sebagai warisan budaya masyarakat sumatera pada umumnya. Singkatnya, pemikiran Yamin menjadi cikal-bakal dari kongres pemuda kedua dengan menggunakan bahasa Melayu (baca: Indonesia) dan merintis sumpah pemuda.

Selaras dengan pandangan Dhakidae bahwa kongres pemuda pertama identik dengan diskursus politik secara intelektual dan radikal. Peristiwa ini tidak menghasilkan produk politis yang konkret seperti kongres pemuda kedua.

Kongres pemuda pertama ini lebih kepada mengevaluasi kolonialisme dan mereproduksi kebangsaan Indonesia secara modern dan demokratis. Oleh sebab itu, kongres pemuda pertama menelurkan gagasan bahwa asal-usul bangsa Indonesia bukan warisan dari nenek moyang atau nenek moyang tidak mewariskan Indonesia.

Indonesia adalah imajinasi yang dibangun dari hasil diskursif secara sosial, kultural, ekonomi, dan politik. Bangsa Indonesia bersifat bebas, kuat dan setara dengan bangsa-bangsa lainnya secara global. Oleh sebab itu, bangsa Indonesia merupakan harapan yang harus direalisasikan.

Sebagaimana dikatakan di awal bahwa kongres pemuda pertama merupakan arena pertempuran ide dan pemikiran, maka semangat imajinasi dan nilai-nilai yang lahir dari kongres ini menjadi fondasi abstrak dari kongres pemuda kedua yang menghasilkan sumpah pemuda, bahasa Indonesia, dan lagu kebangsaaan Indonesia Raya.

Dengan demikian, kongres pemuda pertama pada 1926 meski bersifat abstrak-intelektual, tetapi layak berada dalam ingatan kolektif bangsa dan dirayakan pula sebagaimana bangsa ini merayakan sumpah pemuda 1928.

Editor: Ilham Safutra

Tag:  #perlu #diketahui #kongres #pemuda #1926 #merupakan #cikal #bakal #sumpah #pemuda #1928

KOMENTAR