



Kapal Induk USS Nimitz Matikan Sinyal Lewati RI Saat Iran Vs Israel Panas
- Pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi berpandangan melintasnya kapal induk Amerika Serikat (AS) USS Nimitz (CVN-68) di perairan Indonesia sebenarnya bukanlah hal yang baru.
Khairul menyampaikan, fenomena ini merupakan bagian dari dinamika rutin lalu lintas militer.
"Saya melihat ini sebagai bagian dari dinamika rutin lalu lintas militer di jalur laut strategis. Kapal induk seperti USS Nimitz adalah bagian dari sistem proyeksi kekuatan global AS. Melintasi perairan strategis seperti Selat Malaka dan perairan Aceh, bukanlah hal baru," ujar Khairul kepada Kompas.com, Jumat (20/6/2025) malam.
Khairul menjelaskan, yang membuat perhatian terhadap kapal induk AS ini meningkat adalah dimatikannya sinyal AIS (Automatic Identification System).
Menurut Khairul, pada kapal komersial, AIS memang diwajibkan aktif. Namun, untuk kapal perang/militer, hal tersebut tidak menjadi kewajiban.
"Mereka tunduk pada aturan tersendiri, bahkan sering kali dinonaktifkan dalam operasi untuk alasan operational security," ucapnya.
Maka dari itu, ketika kapal induk USS Nimitz melintas tanpa AIS, ada kemungkinan mereka sedang dalam 'mode operasi' dan bukan sekadar transit.
Lagi pula, lanjut Khairul, kapal ini memang berhak melintas damai (innocent passage) dan tidak membutuhkan izin transit dari Indonesia selama mengikuti Regulasi UNCLOS tentang perairan internasional dan tidak mengancam kedaulatan.
Lantas, kenapa matikan sinyal?
Khairul menduga ada sejumlah alasan kenapa kapal induk AS itu mematikan sinyal mereka ketika melewati perairan Indonesia.
Misalnya seperti untuk menjaga kerahasiaan operasi militer, menghindari pelacakan terbuka oleh pihak-pihak yang mungkin bermusuhan, hingga menghindari kemungkinan gangguan baik fisik maupun siber.
Sebab, dalam beberapa kasus, tindakan semacam ini juga bagian dari pola uji reaksi sistem pengawasan negara lain di jalur lintasan.
"Jadi ini bukan sekadar bermaksud menyembunyikan diri, tapi ini juga bagian dari protokol militer standar. Yang jelas, dari jejak pelayaran USS Nimitz, sangat mungkin mereka tengah menuju kawasan konflik di Timur Tengah, mengingat eskalasi Israel-Iran yang sedang berlangsung," tegas Khairul.
TNI AL perlu waspada atau tidak?
Khairul mengatakan, dalam dunia militer dan keamanan maritim, kewaspadaan adalah bagian dari prosedur tetap, bukan melulu harus karena ada ancaman.
Khairul mengingatkan kewaspadaan memang menjadi protokol standar dalam menjaga kedaulatan dan pengawasan perairan.
Dalam kasus USS Nimitz ini, Khairul menyebut TNI AL telah bertindak sesuai prosedur, yakni memantau pergerakan kapal sejak masuk ke wilayah pengawasan Indonesia, meskipun kapal tersebut mematikan sistem AIS-nya.
"Yang dilakukan TNI AL ini bukan karena ada kecurigaan khusus, melainkan memang bagian dari sistem maritime domain awareness yang dijalankan secara berkelanjutan," kata Khairul.
"Mereka memantau pergerakan USS Nimitz sejak dari Laut Natuna hingga perairan Aceh, meskipun kapal tersebut mematikan AIS-nya. Ini menunjukkan bahwa sistem pengawasan maritim Indonesia bekerja dengan baik, dan tidak ada indikasi pelanggaran terhadap kedaulatan atau tindakan yang membahayakan," sambungnya.
Dengan demikian, Khairul menekankan, tidak ada alasan untuk membesar-besarkan situasi ini sebagai ancaman.
Akan tetapi, Khairul mengingatkan Indonesia tetap harus menjaga sistem pemantauan laut dan jalur pelayaran utamanya.
"Tindakan TNI AL yang terus mengikuti perkembangan secara teknis dan diplomatis sudah mencerminkan prinsip Indonesia sebagai negara yang bebas-aktif, tidak reaktif, tapi juga tidak lengah," imbuh Khairul.
Kapal induk AS matikan sinyal, diduga bergerak ke Timur Tengah
Sebelumnya, kapal induk Amerika Serikat USS Nimitz (CVN-68) dilaporkan mematikan transpondernya dan berhenti mengirimkan sinyal lokasi, berdasarkan data pelacakan dari Marine Vessel Traffic.
Tindakan ini memicu spekulasi mengenai misi militer yang tengah dijalankan kapal tersebut, terutama di tengah meningkatnya ketegangan Iran dan Israel.
Sinyal terakhir kapal induk tersebut diterima pada 17 Juni 2025 pukul 02:03 GMT atau pukul 09:03 WIB.
Saat itu, USS Nimitz berada di antara perairan Malaysia dan perairan Indonesia, melaju pada jalur 313 derajat dengan kecepatan 19 knot. Setelah itu, lokasi kapal tidak lagi dapat dilacak secara publik.
Meski tidak diumumkan secara resmi, arah pelayaran USS Nimitz menunjukkan kemungkinan besar kapal ini bergerak ke kawasan Teluk Persia.
Hal ini diperkuat oleh pernyataan seorang pejabat pertahanan AS kepada kantor berita RIA Novosti bahwa Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth telah menginstruksikan pemindahan kelompok penyerang kapal induk Nimitz ke wilayah Komando Pusat AS.
Pengerahan USS Nimitz diyakini merupakan respons atas meningkatnya konflik antara Israel dan Iran.
Dalam beberapa minggu terakhir, ketegangan di kawasan tersebut meningkat tajam, mendorong AS untuk meningkatkan kehadiran militernya.
Tag: #kapal #induk #nimitz #matikan #sinyal #lewati #saat #iran #israel #panas