Ketua Tim Penulis Ulang Sejarah: Tone Positif Bertujuan untuk Pendidikan
Prof Susanto Zuhdi, sejarawan UI, ketua penulisan ulang sejarah Indonesia. (situs UI/ui.ac.id)()
11:26
9 Juni 2025

Ketua Tim Penulis Ulang Sejarah: Tone Positif Bertujuan untuk Pendidikan

- Sejarawan yang terlibat dalam penulisan ulang sejarah nasional, Susanto Zuhdi, mengatakan bahwa penulisan sejarah dengan "tone" atau nada positif dilakukan untuk memberikan pendidikan politik kepada generasi saat ini.

"Jadi ditanya misalnya nadanya positif, ya positif karena untuk pendidikan politik bangsa untuk menjadikan karakter bangsa, penguatan identitas. Jadi ini di dalam proses pendidikan generasi sekarang dan ke depan, terutama itu dengan pelajaran sejarah seperti apa yang mereka harus tahu dan pahami," kata Susanto saat dihubungi Kompas.com, Senin (9/6/2025).

Susanto merupakan sejarawan senior dari Universitas Indonesia (UI) yang ditunjuk Menteri Kebudayaan Fadli Zon sebagai ketua tim pelaksana proyek penulisan sejarah tersebut.

Terkait dengan term of reference (TOR) sejarah yang disusun pemerintah yang hanya mencantumkan dua kasus pelanggaran hak asasi manusia (HAM) berat, Susanto mengatakan bahwa saat ini penulisan sejarah sedang dilakukan dengan mengumpulkan data dan fakta.

Dia menambahkan bahwa para sejarawan pasti tetap menuangkan perjalanan bangsa sesuai dengan konteksnya.

"Pasti lebih dari dua. Kita menulis itu tentu berdasarkan konteks, lalu relevansi terhadap narasi yang sedang kita tulis. Jadi itu memang pilihan dan dikaitkan dengan konteks, relevansi. Misalnya pelanggaran HAM itu kan tentu tidak semuanya juga. Nah, seproporsional mungkin, serepresentasi mungkin itu fakta-fakta seperti itu kita sampaikan," ujarnya.

Lebih lanjut, Susanto mengatakan bahwa perjalanan sejarah nasional harus ditinjau secara menyeluruh dan ditulis sesuai dengan rentang waktunya, sehingga juga akan dibuat dalam bentuk tematik.

"Jadi highlight-nya saja, nanti akan ada sejarah tematik, ada sejarah HAM, sejarah politik, sejarah demokrasi, dan seterusnya," ucap dia.

Sebelumnya, Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyampaikan gagasan untuk melakukan penulisan ulang sejarah bangsa dengan penekanan pada narasi atau nada yang lebih positif.

Dia mengatakan bahwa salah satu tujuan penulisan ulang sejarah Indonesia adalah mempersatukan bangsa dan kepentingan nasional.

"Kita ingin sejarah ini Indonesia-sentris. Mengurangi atau menghapus bias-bias kolonial. Kemudian, terutama untuk mempersatukan bangsa dan kepentingan nasional," kata Fadli saat ditemui di Cibubur, Depok, Jawa Barat, Minggu (1/6/2025) lalu.

Fadli juga mengatakan bahwa penulisan sejarah ulang dimaksudkan agar peristiwa di masa lalu bisa relevan untuk generasi saat ini, terutama terkait prestasi dan capaian di masa lalu untuk memberikan semangat generasi penerus dengan belajar dari kesuksesan pendahulu.

"Jadi yang kita inginkan tone-nya dari sejarah kita itu adalah tone yang positif. Dari era Bung Karno sampai era Presiden Jokowi dan seterusnya," ujarnya.

Terkait kabar yang menyebut bahwa term of reference (TOR) sejarah yang disusun pemerintah hanya mencantumkan dua kasus pelanggaran hak asasi manusia (HAM) berat, Fadli bilang bahwa penulisan sejarah ulang yang dilakukan pemerintah tidak bertujuan untuk mencari-cari kesalahan di masa lalu.

"Tone kita adalah tone yang lebih positif. Karena kalau mau mencari-cari kesalahan, mudah. Pasti ada saja kesalahan dari setiap zaman, setiap masa," ucap dia.

Tag:  #ketua #penulis #ulang #sejarah #tone #positif #bertujuan #untuk #pendidikan

KOMENTAR