Megawati hingga SBY Turun Gunung, Mampukah Dongkrak Elektabilitas Capres-Cawapres?
Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri menegaskan, abdi negara harus membantu rakyat, bukan untuk menyakiti. Hal ini disampaikan Megawati dalam gelaran Hajatan Rakyat yang digelar di Lapangan Tegalega, Kota Bandung, Jawa Barat, Minggu (21/1/2024). (Dok. TPN Ganjar-Mahfud)
07:46
24 Januari 2024

Megawati hingga SBY Turun Gunung, Mampukah Dongkrak Elektabilitas Capres-Cawapres?

- Pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Adi Prayitno menilai bahwa dukungan mantan presiden dan wakil presiden tak akan terlalu berpengaruh pada elektabilitas calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) Pemilu Presiden (Pilpres) 2024.

Menurut dia, dukungan mantan pemimpin negara hanya akan memperkuat mesin politik capres-cawapres yang berlaga.

“Mantan presiden dan wapres sebatas penopang mesin politik untuk memperkuat dan menyolidkan mesin politik,” kata Adi kepada Kompas.com, Selasa (23/1/2024).

Menurut Adi, dukungan mantan presiden dan wakil presiden bakal berpengaruh seandainya mereka besar di partai politik.

Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri, misalnya, sebagai Ketua Umum PDI-P, ia dapat menjadi katalisator dominan untuk menggerakkan mesin dan gerbong partai banteng bagi capres-cawapres nomor urut 3, Ganjar Pranowo-Mahfud MD.

Sementara, sebagai Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bisa menjadi mobilisator basis partai bintang mercy ke capres-cawapres nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Begitupun Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI Jusuf Kalla, sebagai mantan Ketua Umum Partai Golkar, ia bisa menggerakkan loyalisnya yang sebagian ada di partai beringin.

“Tapi bukan faktor utama, ia hanya komplementer,” ujar Adi.

Lain halnya jika dukungan berasal dari presiden atau wakil presiden yang sedang menjabat. Adi menyebut, jika capres-cawapres didukung oleh pemimpin negara yang tengah bertahta, keuntungan elektoral yang didulang bakal signifikan.

“Karena begitu banyak instrumen politiknya yang bisa dikapitalisasi untuk dukung calon tertentu,” katanya.

Adi menekankan, daya tarik pilpres sebenarnya ada pada figur capres dan cawapres, bukan yang lain.

“Meski begitu, tetaplah yang powerful adalah figur capres dan cawapres, magnetnya ada di paslon (pasangan calon),” tuturnya.

Seperti diketahui, ramai-ramai mantan pemimpin negara “turun gunung” menghadapi gelaran Pemilu Presiden 2024.

Sebutlah Presiden ke-5 RI sekaligus Wakil Presiden ke-8 RI, Megawati Soekarnoputri. Sebagai Ketua Umum PDI-P, Megawati-lah yang memutuskan untuk mengusung Ganjar Pranowo dan Mahfud MD sebagai capres-cawapres Pemilu 2024.

Lalu, Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Ia terang-terangan menyatakan dukungan ke Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Wakil Presiden ke-8 dan ke-10 RI Jusuf Kalla tak ketinggalan. Ia mendeklarasikan dukungan untuk Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar.

Demi mengupayakan kemenangan, para mantan pemimpin negara ini bahkan tak segan terjun langsung ke masyarakat, berkampanye untuk jagoan mereka.

Tag:  #megawati #hingga #turun #gunung #mampukah #dongkrak #elektabilitas #capres #cawapres

KOMENTAR