Partisipasi Pemilih Perempuan Lebih Tinggi Setiap Pemilu, Tapi Juga Paling Rentan Jadi Sasaran Politik Uang
Ilustrasi politik uang. [Ist]
18:20
9 September 2024

Partisipasi Pemilih Perempuan Lebih Tinggi Setiap Pemilu, Tapi Juga Paling Rentan Jadi Sasaran Politik Uang

Partisipasi perempuan dalam menggunakan hak suaranya saat pemilu tercatat lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Berdasarkan data Komisi Pemilihan Umum (KPU), tingginya partisipasi pemilih perempuan bahkan terjadi secara konsisten saat pilpres, pileg, juga pilkada.

Hal itu disampaikan anggota Dewan Pembina Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini saat Media Talk Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak di Jakarta, Senin (9/9/2024).

"Bahkan pemilu yang lalu, kalau lihat datanya KPU, partisipasi laki-laki itu 48 persen, perempuan 51 persen. Jadi selisihnya hampir 4 persen, lebih tinggi perempuan yang menggunakan hak pilih daripada laki-laki," kata Titi.

Titi mencermati alasan pemilih perempuan lebih berpartisipasi saat pemilu karena keberadaannya yang lebih banyak di rumah. Selain itu, kebanyakan tempat pemungutan suara atau TPS juga harus berdasarkan alamat domisili pada KTP.

Baca Juga: Putin Umumkan Akan Dukung Kamala Harris di Pilpres AS

Selain itu, perempuan juga dianggap lebih loyal dalam memberikan hak suara kepada calon tertentu. Hal tersebut, dikatakan Titi, membuat perempuan juga paling sering jadi sasaran politik uang.

Terbukti dari survei Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada pemilu 2019 yang tercatat bahwa sebanyak 72 persen masyarakat yang menerima politik uang dan sasaran terbesar penerima ialah pemilih perempuan.

"Karena dia lebih loyal untuk datang ke TPS dan cenderung lebih amanah. Jadi kalau disuruh pilih A, ya itu pilih A. Makanya kemudian dia lebih rentan menjadi sasaran jual-beli suara," ujar dosen Fakuktas Hukum Universitas Indonesia itu.

Namun sayangnya, isu mengenai pemberdayaan perempuan dan seteraan gender justru minim menjadi fokus dalam visi misi para politisi, terutama dalam Pilkada. Berdasarkan riset Perludem, lanjut Titi, pada Pilkada 2015, 2017, 2018, dan 2020, para calon
Kepala Daerah yang memiliki rencana program terkait isu perempuan dan perlindungan anak jumlahnya kurang dari 18 persen.

"Jadi visi, misi, program itu yang mengangkat isu perempuan dan anak dari para calon yang berkompetisi itu kurang dari 18 persen, mau calon laki-laki atau perempuan," pungkasnya.

Baca Juga: Enam Negara Bagian di Amerika Serikat Ini Jadi Rebutan Suara Kamala Harris dan Donald Trump

Editor: Dwi Bowo Raharjo

Tag:  #partisipasi #pemilih #perempuan #lebih #tinggi #setiap #pemilu #tapi #juga #paling #rentan #jadi #sasaran #politik #uang

KOMENTAR