



Orang yang Terlalu Sering Dikritik saat Kecil Biasanya Mengembangkan 7 Sifat Ini di Kemudian Hari, Menurut Psikologi
- Masa kecil yang dipenuhi kritik dapat memberikan dampak jangka panjang pada kepribadian dan perilaku seseorang. Jika kamu pernah mengalami hal ini, kemungkinan besar ada beberapa sifat yang berkembang sebagai respons terhadap pola asuh tersebut.
Memahami sifat-sifat ini bisa menjadi langkah penting dalam mengenali diri sendiri. Ini juga bisa memberikan wawasan mengapa seseorang bertindak atau merasakan sesuatu dengan cara tertentu.
Dilansir dari Geediting pada Sabtu (25/1), berikut adalah tujuh sifat yang kerap muncul pada orang-orang yang tumbuh dalam lingkungan penuh kritik. Mengenali dan memahami sifat-sifat ini bisa menjadi awal dari perjalanan menuju perbaikan diri dan penyembuhan.
Namun, perlu diingat bahwa sifat-sifat ini bukan sesuatu yang mutlak. Mereka hanyalah hasil dari pengalaman masa lalu yang masih bisa diubah dengan kesadaran dan usaha.
1. Terlalu Kritis terhadap Diri Sendiri
Orang yang sering dikritik saat kecil cenderung menjadi sangat kritis terhadap dirinya sendiri. Mereka terbiasa berusaha memenuhi standar tinggi yang ditetapkan bagi mereka sejak dini. Rasa takut membuat kesalahan menjadi berlebihan, sehingga mereka lebih rentan mengalami kecemasan dan perfeksionisme.
Kritik terhadap diri sendiri ini bukan hanya terbatas pada tindakan, tetapi juga mencakup cara mereka berbicara kepada diri sendiri, sering kali dengan kalimat seperti "Aku tidak cukup baik" atau "Seharusnya aku bisa lebih baik lagi."
2. Sensitif terhadap Kritik
Mereka yang tumbuh dengan banyak kritik cenderung sangat sensitif terhadap penilaian orang lain. Mereka bisa merasa kritik sebagai serangan terhadap harga diri mereka, bukan sebagai masukan yang membangun. Bahkan kritik yang bersifat ringan bisa memicu reaksi emosional yang intens, seperti marah, sedih, atau cemas.
Sensitivitas ini juga bisa membuat mereka menghindari situasi di mana mereka mungkin dikritik. Hal ini bisa menghambat pertumbuhan pribadi dan karier mereka, karena kritik sering kali menjadi bagian dari proses pembelajaran.
3. Sulit Memercayai Orang Lain
Pengalaman dikritik secara berlebihan saat kecil juga bisa menyebabkan masalah kepercayaan terhadap orang lain. Mereka sering kali merasa sulit untuk mempercayai ketulusan orang lain, cenderung mencurigai motif tersembunyi, atau bahkan takut akan pengkhianatan.
Sulitnya memercayai orang lain ini bisa berdampak pada hubungan pribadi dan sosial, menciptakan jarak emosional dengan orang-orang di sekitar mereka.
4. Cenderung Menyenangkan Orang Lain
Salah satu respons terhadap kritik berlebihan adalah berusaha keras untuk menyenangkan orang lain. Mereka ingin menghindari kritik dan mencari validasi dari orang-orang di sekitar mereka.
Akibatnya, mereka kesulitan untuk menegaskan keinginan dan kebutuhan mereka sendiri, sering kali lebih mengutamakan kepentingan orang lain dibandingkan diri sendiri. Sikap ini bisa membuat mereka kehilangan jati diri dan merasa tidak terpenuhi karena terus-menerus menomorduakan kebahagiaan pribadi demi kepuasan orang lain.
5. Perfeksionisme
Perfeksionisme menjadi mekanisme pertahanan bagi mereka yang mengalami banyak kritik saat kecil. Mereka berpikir bahwa jika semuanya sempurna, maka mereka tidak akan dikritik lagi.
Namun, perfeksionisme ini bisa menjadi bumerang, menyebabkan stres, kecemasan, dan bahkan kelelahan jika ekspektasi yang mereka tetapkan tidak terpenuhi. Tak jarang, perfeksionisme juga membuat seseorang cenderung menunda-nunda pekerjaan karena takut hasilnya tidak sesuai harapan.
6. Sulit Mengekspresikan Emosi
Orang yang terlalu sering dikritik saat kecil bisa mengalami kesulitan dalam mengungkapkan emosi mereka. Mereka mungkin terbiasa menekan perasaan demi menghindari kritik atau hukuman. Akibatnya, mereka tumbuh menjadi individu yang tampak tenang di luar, tetapi sebenarnya kesulitan memahami dan mengekspresikan perasaan mereka.
Hal ini bisa berdampak pada hubungan mereka dengan orang lain, karena ketidakmampuan dalam menunjukkan emosi yang sebenarnya bisa menciptakan jarak dalam hubungan personal.
7. Rendah Diri
Sifat terakhir yang sering muncul adalah rendah diri. Kritik terus-menerus saat kecil dapat merusak rasa percaya diri seseorang, membuat mereka merasa tidak cukup baik atau selalu kurang.
Orang dengan harga diri rendah sering meragukan kemampuan mereka sendiri, bahkan ketika mereka telah mencapai sesuatu yang luar biasa. Hal ini bisa membatasi potensi mereka, karena rasa takut gagal atau dikritik lagi membuat mereka enggan mengambil risiko atau mencoba hal-hal baru.
------------------------------------
Mengenali sifat-sifat ini adalah langkah pertama menuju perubahan. Jika kamu merasa memiliki beberapa di antaranya, ingatlah bahwa ini bukan sesuatu yang permanen. Sifat-sifat ini hanyalah refleksi dari pengalaman masa lalu yang masih bisa diubah dengan kesadaran, kasih sayang terhadap diri sendiri, dan usaha.
Terapi bisa menjadi alat yang sangat membantu dalam proses ini. Seorang terapis yang berpengalaman dapat memberikan ruang aman untuk mengeksplorasi akar masalah dan membantu membentuk pola pikir yang lebih sehat. Terapi kognitif-perilaku (CBT) terbukti efektif dalam mengatasi pola pikir negatif dan menggantinya dengan cara berpikir yang lebih konstruktif.
Selain itu, perawatan diri juga berperan penting dalam proses penyembuhan. Aktivitas seperti meditasi, menulis jurnal, dan berolahraga bisa membantu meningkatkan kesadaran diri serta membangun kasih sayang terhadap diri sendiri.
Pada akhirnya, tujuan bukanlah menghilangkan sifat-sifat ini, tetapi mengubahnya menjadi kekuatan. Misalnya, dari terlalu kritis terhadap diri sendiri menjadi lebih penuh kasih terhadap diri sendiri, atau dari rendah diri menjadi lebih percaya diri.
Perjalanan ini mungkin tidak mudah, tetapi sangat berharga. Ingat, kamu lebih dari sekadar kritik yang pernah kamu terima di masa kecil. Kamu punya kendali untuk mendefinisikan nilai dirimu sendiri dan membentuk hidup sesuai dengan keinginanmu.
Tag: #orang #yang #terlalu #sering #dikritik #saat #kecil #biasanya #mengembangkan #sifat #kemudian #hari #menurut #psikologi