Tak Boleh Sembarangan, Ini Etika Memecat Karyawan Menurut Buya Yahya
Ilustrasi memecat atau PHK karyawan. [Envato]
12:10
23 Januari 2025

Tak Boleh Sembarangan, Ini Etika Memecat Karyawan Menurut Buya Yahya

Etika memecat karyawan dalam Islam menarik untuk dikulik usai ramai kasus pemecatan Shin Tae Yong (STY)sebagai pelatih Timnas Indonesia oleh PSSI.

Apalagi, kabarnya Shin Tae-yong belum tanda tangan surat pemecatan yang diajukan PSSI kepadanya sebagaimana yang diungkap Kim Jong-jin dalam podcast Deddy Corbuzier.

Selain itu, baru-baru ini Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendikti Saintek) Satryo Soemantri Brodjonegoro didemo oleh ratusan pegawainya. Ini karena Satryo dianggap bertindak sewenang-wenang, terutama dalam keputusan memecat bawahannya.

Bukan hanya dua kasus itu, ada juga kasus pengusaha Jhon LBF yang sempat viral karena disebut asal pecat dan potong gaji karyawan. Lantas sebenarnya bagaimana etika memecat karyawan dalam Islam? Simak penjelasan berikut ini.

Etika Memecat Karyawan dalam Islam

Buya Yahya [YouTube/Al Bahjah TV]Buya Yahya [YouTube/Al Bahjah TV]

Buya Yahya dalam salah satu kajiannya pernah mengungkap etika memecat karyawan dalam Islam. Pendakwah asal Blitar, Jawa Timur ini mengingatkan untuk tidak mudah kesal dengan karyawan yang berbuat kesalahan.

"Jika Anda marah, jangan sampai Anda wujudkan reaksi marah dengan amalan negatif, sebisa mungkin Anda menjauhkan hal-hal yang menjadikan Anda bakal marah," ucap Buya Yahya dikutip dari akun YouTube Al Bahjah TV.

"Kalau dia selalu bikin marah kepada Anda, beresin dengan kasih sayang. Kalau Anda biarkan marah terus efeknya bukan sekadar Anda marah ke dia, Anda bisa marah ke karyawan yang lain bahkan bisa saja sampai di rumah pun masih kebawa, istri yang nggak tau apa-apa bisa kena marah," jelasnya.

Buya Yahya kemudian menyarankan agar karyawan yang bermasalah itu hendaknya ditempatkan dalam pekerjaan yang sesuai kemampuannya.

"Maka Anda selesaikan dia dengan cantik, cari pekerjaan yang nggak bisa milih A dan B, harus itu dia bekerja jadi nggak usah pakai A pakai B nanti, jadi ambil kerja yang sekiranya dia bisa," ungkapnya.

Selain itu, Buya Yahya juga menyinggung soal mutasi yakni memindahkan karyawan tersebut ke pekerjaan yang lebih sederhana atau sesuai kemampuan.

"Tetep dia kita kasih sayangnya dia dalam dunia pemerintah, dunia manajemen kan ada istilah mutasi ya, sebenarnya itu adalah pendidikannya jadi harus selesaikan dan biar dia tahu, barangkali di saat dikasih hukuman tapi tetap disayang dia akan berubah," ucapnya.

Buya Yahya: Memecat Bukan Cara Terbaik

Menurut Buya Yahya, pemecatan bukan cara terbaik untuk mengakhiri hubungan dengan karyawan. Ada baiknya karyawan tersebut dipindahkan ke bagian pekerjaan lain sembari dibimbing agar lebih baik.

"Memecat bukan cara terbaik, kita kan ada hubungan hati kan ya, betul mungkin bisa saja rezeki saya dari dia," ungkapnya.

"Kalau orang itu memang bikin kesAl, Anda copot dari tempat itu, Anda rawat supaya dia bisa bekerja dan bermanfaat tapi tidak mengganggu yang lainnya justru kewajiban bagi Anda," imbuhnya.

Meski begitu, Buya Yahya mengingatkan pentingnya untuk memerhatikan dalam memperlakukan karyawan dengan kasih sayang.

"Ada orang sering alasan kasih sayang tapi tidak sadar termasuk punya pondok pesantren, jika ada satu santri yang melakukan pelanggaran sifatnya provokasi, jangan sok Anda jadi penyayang lalu membiarkan dia di situ," jelasnya.

"Anda nggak sayang dengan yang lainnya yang lainnya akan gelisah gara-gara dia. Anda ambil, taruh dia tempat lain yang bakal bermanfaat begitu," imbuhnya.

"Jadi seolah-olah tampak sebagai kedzaliman ternyata itu adalah hakikat keadilan. Kasih kerjaan yang lain," lanjutnya.

Selain itu ada juga cara yang bisa dilakukan tanpa pemecatan yakni melakukan kerja sama lewat memberikan modal pada sang karyawan tapi tetap harus dipantau.

"Kalau tidak, Anda kerja sama. 'Kelihatannya kamu akan jadi bos besar, saya kasih modal, kamu kerja sendiri nanti saya pantau' begitu, seperti itu kasih sayang," ungkap Buya Yahya.

"Jadi harus ada aturannya kapan kita berkasih sayang dan bentuk kasih sayang kayak apa yang cocok untuk orang ini," pungkasnya.

Kontributor : Trias Rohmadoni

Editor: Husna Rahmayunita

Tag:  #boleh #sembarangan #etika #memecat #karyawan #menurut #buya #yahya

KOMENTAR