8 Ungkapan yang Sering Diucapkan Orang Tua Tak Bertanggung Jawab kepada Anak Menurut Psikologi
Ilustrasi ibu marah kepada anak dengan memberi label sama seperti ayahnya yang sering main hp saat diajak ngobrol. (Pexels/ Karolina Grabowska)
17:22
10 April 2024

8 Ungkapan yang Sering Diucapkan Orang Tua Tak Bertanggung Jawab kepada Anak Menurut Psikologi

– Dalam membimbing anak sangat penting peran dan pola asuh yang diberikan orang tua kepada anak. Ada perbedaan yang sangat tipis antara membimbing anak dengan secara tidak sengaja menyakiti mereka dengan kata-kata Anda.

Kata yang diucapkan orang tua selalu mempunyai kekuatan yang bisa membentuk citra diri, pandangan dunia hingga kesehatan mental anak secara keseluruhan. Namun terkadang ada beberapa orang tua tidak menyadari mengatakan sesuatu yang bisa memberikan dampak negatif ke anak baik fisik maupun batin.

Seorang psikolog telah mengidentifikasikan beberapa ungkapan yang sering digunakan oleh orang tua yang tidak bertanggung jawab. Sejatinya orang tua sendiri tak ada niatan untuk menyakiti namun biasa merugikan daripada menguntungkan dalam jangka panjang.

Dilansir dari laman Hackspirit, terdapat beberapa ungkapan yang sering diucapkan orang tua yang tidak bertanggung jawab kepada anak menurut psikologi di antaranya:

1. "Karena aku bilang begitu"

Mengasuh anak bukanlah pekerjaan yang mudah. Dalam proses asuh anak sering kali melibatkan pengambilan keputusan sulit dan menetapkan batasan bagi anak-anak. Seorang ahli psikolog menyatakan bahwa ungkapan tersebut dapat berdampak buruk bagi tumbuh kembang anak.

Psikolog anak legendaris bernama Jean Piaget menegaskan bahwa tujuan pendidikan bukanlah untuk meningkatkan jumlah pengetahuan tetapi untuk menciptakan kemungkinan bagi seorang anak untuk menemukan dan menemukan.

Selain itu, ketika orang tua menggunakan ungkapan ini, mereka menutup kesempatan bagi anak mereka untuk memahami, bertanya, dan belajar. Bukan justru mendorong rasa ingin tahu anak dan berpikir kritis namun mendorong kepatuhan buta anak.

2. "Kamu sama seperti orang tuamu"

Membandingkan seorang anak dengan orang tuanya secara negative dapat menciptakan self-fulfilling prophecy yang merusak. Hal ini dapat membuat anak merasa ditakdirkan untuk mewarisi kekurangan dan kesalahan orang tuanya.

Setiap anak adalah unik dan harus didorong untuk mengembangkan identitasnya sendiri bukan justru dicap sebagai replika orang tuanya.

3. "Aku melakukan segalanya untukmu"

Ungkapan ini memang tampak seperti pelampiasan frustasi orang tua yang tidak berbahaya namun ungkapan ini dapat menanamkan benih rasa bersalah dan hutang pada seorang anak.

Hal ini bisa membuat anak merasa berhutang budi kepada orang tua karena menyediakan kebutuhan dasar dan perawatan. Orang tua sebenarnya harus menciptakan lingkungan dimana mereka merasa dicintai dan diperhatikan tanpa syarat.

4. "Kamu selalu/tidak pernah"

Ungkapan ini termasuk istilah absolut yang merugikan. Hal ini bisa memasukkan anak ke dalam perilaku atau karakteristik tertentu yang berpotensi mengarah pada ramalan negative yang terwujud dengan sendirinya.

Selain itu, pada saat orang tua memberi label pada anak-anak dengan hal yang mutlak maka bisa merampok kesempatan mereka untuk mengatasi tantangan dan berkembang.

5. "Jangan menangis"

Seorang bapak psikoanalisis bernama Sugmund Freud mengatakan bahwa emosi yang tidak diungkapkan tidak akan pernah mati. Mereka dikubur hidup-hidup dan nantinya akan muncul dengan cara yang lebih buruk.

Pada intinya pada saat orang tua mengungkapkan “jangan menangis” maka orang tua sedang memberi tahu bahwa perasaan mereka tidak sah dan tidak penting. Hal ini bisa menyebabkan represi emosional dan kesulitan dalam menangani emosi di masa dewasa.

6. "Kamu terlalu sensitif"

Orang tua yang memberi label dengan ungkapan ini bisa merusak perkembangan emosinya. Anak bisa saja mempertanyakan identitas dan emosi mereka. Apabila hal ini tidak segera dipulihkan maka bisa menyebabkan keraguan diri dan rendahnya harga diri.

7. "Aku kecewa padamu"

Ketika orang tua mengungkapkan ini ke anak artinya yang difokuskan hanya kekurang anak. Tentunya seiring berjalannya waktu ungkapan ini bisa membawa beban emosional hingga merendahkan harga dirinya.

Adapun cara alternatif agar tidak keluar ungkapan ini adalah orang tua bisa lebih menekankan pembelajaran dari kesalahan dan mendorong ketahanan yang bisa memupuk pola pikir berkembang.

8. "Berhenti bertingkah seperti bayi"

Ungkapan yang harus dihindari orang tua adalah berhenti bertingkah seperti bayi. Kalimat ini akan berdampak negatif saat anak yang menerima sudah dewasa. Hal ini bisa menjadi kontraproduktif dan berbahaya.

Seorang psikolog terkenal bernama John Gottman menyatakan bahwa pelatihan emosi adalah kunci untuk membesarkan anak-anak yang cerdas secara emosional.

Editor: Edy Pramana

Tag:  #ungkapan #yang #sering #diucapkan #orang #bertanggung #jawab #kepada #anak #menurut #psikologi

KOMENTAR