Belajar dari Rasa Sakit: Inilah 7 Sisi Positif Anak yang Mengalami Broken Home
Ilustrasi anak yang mengalami broken home. (Freepik)
15:26
13 Maret 2024

Belajar dari Rasa Sakit: Inilah 7 Sisi Positif Anak yang Mengalami Broken Home

 - Broken home dikenal sebagai keluarga yang retak dimana merujuk pada kondisi orang tua yang mengalami perceraian atau keluarga mengalami ketidakstabilan yang berdampak pada hubungan keluarga.

Broken home sering dianggap sebagai masa yang sulit karena melibatkan perubahan besar dalam kehidupan anak-anak, terutama dalam hal kestabilan emosional dan keamanan.

Broken home yang ditandai dengan perceraian atau ketidakstabilan dalam hubungan orang tua dapat mengakibatkan perasaan kehilangan, kebingungan, dan ketidakpastian bagi anak-anak.

Mereka mungkin merasa terpisah dari salah satu atau kedua orang tua mereka, dan kehilangan rutinitas keluarga yang biasanya terjadi, hingga mengalami stres yang disebabkan oleh perubahan lingkungan.

Selain itu, konflik yang mungkin terjadi di dalam rumah tangga yang retak dapat mempengaruhi kesejahteraan emosional anak-anak, serta memengaruhi persepsi mereka tentang hubungan dan komunikasi interpersonal.

Meskipun pengalaman ini sering kali dianggap sebagai masa sulit dalam kehidupan anak-anak, ada sisi positif yang dapat diambil dari pengalaman ini.

Anak-anak dari keluarga yang broken home sering kali mengembangkan sifat-sifat yang kuat dan berharga sebagai hasil dari tantangan yang mereka hadapi.

Dilansir dari The 9th Door pada Rabu (13/3), terdapat 7 sisi positif yang seringkali dimiliki oleh anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga yang mengalami perpecahan, diantaranya yakni sebagai berikut.

1. Mereka belajar ketangguhan

Anak yang mengalami situasi sulit dan penuh emosi negatif sejak dini seperti broken home dapat mengajarkan mereka untuk menjadi kuat. 

Mereka menanggung masa-masa sulit sampai semuanya menjadi lebih baik. Seiring berjalannya waktu dan bertambahnya kedewasaan, mereka akan mulai sembuh dengan sendirinya.

2. Mereka mengembangkan toleransi

Kondisi ini memungkinkan mereka untuk belajar tentang ketidaksempurnaan dan kekecewaan dalam hubungan manusia sejak dini.

Melalui pengalaman ini, mereka menjadi lebih toleran terhadap kekurangan orang lain dan kesalahan manusia secara umum. Mereka juga mungkin lebih memahami bahwa tidak ada yang sempurna, termasuk diri mereka sendiri, sehingga mereka dapat lebih terbuka terhadap keberagaman dan perbedaan dalam hubungan interpersonal.

Dengan demikian, anak-anak yang mengalami broken home dapat membentuk pola pikir yang lebih inklusif dan toleran.

3. Kesetiaan yang tinggi

Anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang broken home cenderung mengalami kesulitan mempercayai orang lain pada awalnya.

Namun, setelah mereka mulai membuka diri kepada seseorang, mereka akan menunjukkan kesetiaan yang kuat. Pengalaman merasa ditinggalkan atau ditolak membuat mereka menjadi keras dan hati-hati dalam memilih orang yang mereka percayai.

Mereka sangat menghargai orang-orang yang masuk ke dalam kehidupan mereka dan berusaha untuk menjaga hubungan itu dengan baik.

Bagi mereka, memiliki hubungan yang dalam dan bermakna lebih penting daripada sekadar memiliki banyak teman.

4. Menguasai kemandirian

Anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang broken home di mana hanya ada satu orang tua yang membesarkannya, mereka cenderung menjadi mandiri karena mereka belajar untuk melakukan banyak hal sendiri.

Ketika orang tua mereka sibuk bekerja untuk mencari nafkah, mereka belajar untuk mengurus diri sendiri dan menyadari bahwa tidak ada yang akan selalu ada untuk membantu mereka.

Mereka tidak terlalu bergantung pada orang lain untuk mendapatkan apa yang mereka butuhkan. Sebagai gantinya, mereka termotivasi oleh keinginan dari dalam diri mereka sendiri dan mencapai hal-hal dengan menggunakan keterampilan dan kemampuan mereka sendiri.

5. Mereka berusaha berbuat baik pada orang lain

Anak-anak yang mengalami berbagai kesulitan atau rasa sakit saat masa kecil mereka cenderung menjadi lebih peka terhadap perasaan orang lain.

Mereka belajar untuk bersikap lembut dan empati terhadap orang lain karena mereka sendiri telah merasakan kesulitan. Mereka juga berusaha untuk tidak menyakiti siapa pun karena mereka tahu bagaimana rasanya menerima perlakuan yang tidak adil dari kehidupan.

Oleh karena itu, mereka berusaha untuk menjadi orang yang penuh kasih dan membantu orang lain yang mungkin juga mengalami kesulitan.

6. Mereka mengembangkan rasa syukur

Anak-anak yang berasal dari keluarga yang mengalami masalah, seperti orang tua bercerai, cenderung menghargai setiap hal kecil dan momen berharga dalam hidup mereka.

Mereka merasa bersyukur atas waktu yang bisa mereka habiskan bersama kedua orang tua, meskipun situasinya mungkin sulit. Mereka menghargai bahwa mereka masih bisa bertahan dan menghadapi tantangan hidup dengan penuh semangat.

7. Mereka menjadi orang tua yang baik

Individu yang dibesarkan dalam keluarga yang mengalami masalah atau perpecahan cenderung belajar dari kesalahan yang terjadi dalam keluarga mereka dan berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama ketika mereka menjadi orang tua.

Mereka berjuang keras untuk menjaga keutuhan keluarga mereka dengan memilih pasangan hidup yang dapat bertahan bersama mereka dalam masa-masa sulit.

Mereka memberikan banyak cinta dan perhatian kepada anak-anak mereka, karena mereka tidak ingin anak-anak mereka mengalami kesulitan yang sama dengan apa yang mereka alami dahulu.

Meskipun pengalaman broken home merupakan hal yang menyakitkan, banyak dari mereka tumbuh menjadi orang tua yang bertanggung jawab dan peduli.

Editor: Nicolaus Ade

Tag:  #belajar #dari #rasa #sakit #inilah #sisi #positif #anak #yang #mengalami #broken #home

KOMENTAR