Orang yang Tidak Populer dan Kerap Dibully di Sekolah Biasanya Menampilkan 8 kepribadian Ini Ketika menjadi Orang Dewasa
ilustrasi seseorang yang sseseorang yang dibully saat sekolah/Freepik
14:28
21 Oktober 2024

Orang yang Tidak Populer dan Kerap Dibully di Sekolah Biasanya Menampilkan 8 kepribadian Ini Ketika menjadi Orang Dewasa

Masa sekolah adalah masa yang penting dalam pembentukan kepribadian.

Orang yang tidak populer dan kerap dibully di sekolah sering membawa dampak psikologis yang mendalam hingga dewasa.

Perundungan (bullying) bisa merusak rasa percaya diri, harga diri, dan membentuk pandangan negatif terhadap diri sendiri maupun lingkungan sosial.

Namun, efek dari perundungan ini tidak selalu sama pada setiap orang. Beberapa orang mungkin berkembang menjadi individu yang lebih kuat, sementara yang lain bisa memiliki trauma yang mempengaruhi cara mereka menjalani hidup sebagai orang dewasa.

Dilansir dari Geediting pada Jumat (18/10), terdapat delapan kepribadian yang sering muncul pada orang dewasa yang dulunya tidak populer dan sering dibully di sekolah:

1. Perfeksionis dan Pencari Pengakuan

Orang yang sering dibully kerap merasa bahwa dirinya tidak cukup baik atau berharga.

Perasaan ini bisa berlanjut ke masa dewasa, membuat mereka berusaha sangat keras untuk mencapai kesempurnaan di setiap aspek hidup.

Mereka mungkin menjadi perfeksionis, selalu merasa bahwa hasil kerjanya harus sempurna agar diterima oleh orang lain.

Mereka juga cenderung mencari validasi eksternal, karena di masa lalu sering merasa diabaikan atau direndahkan.

Dampaknya:
Perfeksionisme ini sering kali disertai dengan perasaan cemas yang terus-menerus.

Mereka takut membuat kesalahan dan khawatir akan penilaian orang lain. Meskipun mencapai banyak hal, mereka sering merasa bahwa itu belum cukup baik.

2. Orang yang Menarik Diri (Introvert)

Sebagian dari orang yang tidak populer dan dibully memilih untuk menarik diri dari pergaulan sebagai mekanisme perlindungan.

Mereka mungkin merasa lebih nyaman dalam kesendirian daripada berinteraksi dengan orang lain.

Pada masa dewasa, ini bisa berkembang menjadi kecenderungan untuk menjadi sangat tertutup atau introvert, lebih suka bekerja sendiri dan menghindari situasi sosial yang penuh tekanan.

Dampaknya:
Mereka mungkin sulit membuka diri kepada orang baru atau membentuk hubungan yang mendalam.

Dalam lingkungan kerja atau pertemanan, mereka cenderung menjaga jarak dan menghindari konflik, meskipun sebenarnya membutuhkan dukungan emosional.

3. Empati yang Tinggi

Mereka yang pernah mengalami penderitaan akibat perundungan sering kali tumbuh menjadi individu yang sangat peka terhadap perasaan orang lain.

Mereka tahu betul bagaimana rasanya diabaikan, dihina, atau dijauhi, sehingga cenderung memiliki tingkat empati yang tinggi.

Orang-orang ini lebih cenderung untuk memahami kesulitan orang lain dan menawarkan bantuan tanpa menunggu diminta.

Dampaknya:
Empati yang tinggi membuat mereka menjadi teman atau rekan kerja yang peduli.

Namun, hal ini juga bisa membuat mereka rentan terhadap "burnout" emosional, karena terlalu sering memprioritaskan kebutuhan orang lain dibandingkan diri sendiri.

4. Kurang Percaya Diri

Pengalaman masa sekolah yang dipenuhi dengan penghinaan dan pelecehan verbal sering kali meninggalkan bekas yang mendalam.

Akibatnya, banyak orang yang dibully tumbuh menjadi individu yang memiliki rasa percaya diri yang rendah.

Mereka mungkin meragukan kemampuan mereka sendiri, merasa tidak layak mendapatkan kesempatan, atau bahkan menganggap bahwa kesuksesan bukan untuk mereka.

Dampaknya:
Mereka mungkin menghindari tantangan baru atau kesempatan yang bisa membuat mereka bersinar, karena takut gagal atau dipermalukan.

Dalam konteks pekerjaan, hal ini bisa menyebabkan mereka tertinggal di belakang rekan-rekan lain yang lebih percaya diri.

5. Kecenderungan untuk Menjadi "People Pleaser"

Beberapa orang dewasa yang sering dibully di masa sekolah mencoba untuk menghindari konflik dengan cara menyenangkan semua orang di sekitar mereka.

Mereka sering kali merasa bahwa dengan menyenangkan orang lain, mereka bisa menghindari pengalaman negatif serupa dengan yang mereka alami di masa lalu.

Akibatnya, mereka bisa menjadi "people pleaser" atau orang yang selalu berusaha membuat orang lain senang, bahkan jika itu merugikan dirinya sendiri.

Dampaknya:
Kebiasaan ini dapat menyebabkan kelelahan emosional dan fisik. Orang yang selalu berusaha menyenangkan orang lain sering kali merasa lelah karena tidak pernah punya waktu untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.

Pada akhirnya, mereka mungkin merasa tidak dihargai meskipun telah melakukan banyak hal untuk orang lain.

6. Pendendam atau Cenderung Menjaga Dendam

Tidak semua orang yang dibully menjadi pribadi yang mudah memaafkan. Beberapa orang membawa kemarahan dan sakit hati dari masa lalu mereka ke masa dewasa.

Mereka mungkin menjadi orang yang menyimpan dendam dalam waktu lama, baik terhadap pelaku bully atau siapa saja yang dianggap tidak memperlakukan mereka dengan adil.

Dampaknya:
Orang yang pendendam mungkin kesulitan membangun hubungan yang sehat karena cenderung mencurigai niat orang lain.

Mereka juga bisa menjadi sangat defensif dan mudah tersinggung jika merasa diserang atau diperlakukan tidak adil.

7. Membangun Ketahanan (Resilient)

Tidak semua orang yang dibully mengalami efek negatif sepanjang hidupnya. Ada juga yang justru berkembang menjadi pribadi yang lebih kuat dan tangguh.

Pengalaman buruk di masa lalu membuat mereka lebih tegar dalam menghadapi tantangan hidup.

Mereka mampu bangkit dari kegagalan dan lebih tangguh dalam menghadapi rintangan, baik di bidang karir maupun kehidupan pribadi.

Dampaknya:
Orang yang resilient tidak takut untuk mencoba hal-hal baru dan lebih percaya diri dalam menghadapi kegagalan.

Mereka mampu melihat perundungan yang mereka alami di masa lalu sebagai pelajaran berharga yang membentuk karakter kuat mereka di masa dewasa.

8. Over-Achiever atau "Workaholic"

Beberapa individu yang pernah dibully berusaha untuk membuktikan diri dengan cara bekerja sangat keras dan mencapai keberhasilan yang besar.

Mereka merasa bahwa cara untuk mendapatkan penerimaan dan pengakuan adalah dengan meraih prestasi di bidang akademik, karir, atau kehidupan pribadi.

Akibatnya, mereka sering kali menjadi "over-achiever" atau orang yang terus-menerus mengejar prestasi hingga berlebihan.

Dampaknya:
Meskipun mereka mungkin sangat sukses di mata orang lain, di balik itu ada perasaan takut gagal atau tidak cukup baik.

Mereka mungkin sulit menikmati kesuksesan yang diraih karena selalu merasa ada hal yang lebih besar yang harus dicapai.

Meskipun masa lalu yang sulit, banyak orang yang pernah dibully berhasil membangun kehidupan yang bermakna dan produktif.

Masing-masing individu memiliki respons yang berbeda terhadap pengalaman negatif di masa lalu.

Sebagian mungkin tumbuh menjadi pribadi yang lebih kuat dan bijak, sementara yang lain mungkin masih terus berjuang melawan dampak psikologis dari perundungan tersebut.

Yang pasti, setiap orang memiliki potensi untuk bangkit dan menemukan cara untuk hidup dengan lebih baik, terlepas dari apa yang pernah mereka alami di masa sekolah.

Editor: Hanny Suwindari

Tag:  #orang #yang #tidak #populer #kerap #dibully #sekolah #biasanya #menampilkan #kepribadian #ketika #menjadi #orang #dewasa

KOMENTAR