7 Kebiasaan Orang yang Tabah Menjalani Hidupnya dan Terus Melangkah Maju Tanpa Terjebak dengan Masa Lalu
Ilustrasi orang yang tabah./AmozBar-Zeev./Unsplash
14:16
21 Oktober 2024

7 Kebiasaan Orang yang Tabah Menjalani Hidupnya dan Terus Melangkah Maju Tanpa Terjebak dengan Masa Lalu

- Hidup memang bukan hanya tentang keindahan sinar matahari dan pelangi yang warna-warni, tapi ada kalanya dibasahi rintik hujan. Terkadang kita juga dipaksa menerima dan tabah akan keadaan.

Mengutip dari laman Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya UII, tabah merupakan sikap mental yang menunjukkan ketangguhan, ketekunan, dan daya tahan dalam menghadapi cobaan, kesulitan, atau penderitaan.

Sehingga orang yang tabah menjalani hidupnya akan akan mampu melewati situasi sulit dengan sabar, keberanian, dan ketenangan batin.

Melansir dari laman Ge Editing, adapun 7 kebiasaan orang tabah untuk terus melangkah maju tanpa terjebak masa lalu :

1. Merangkul Tantangan sebagai Peluang

Hidup tak selalu dipenuhi perjalanan yang mulus, kita semua menghadapi rintangan, dan kegagalan. Tapi mereka yang terus melangkah maju, selalu mempunyai cara unik dalam memandang hal yang disebut sebagai hambatan ini.

Alih-alih dilumpuhkan oleh rasa takut atau kekalahan, kita malah termotivasi untuk menemukan solusi inovatif dan mempelajari keterampilan baru.

Perubahan mental ini terjadi karena memahami bahwa mereka tidak dapat mengendalikan dunia luar, tapi dapat mengendalikan cara meresponsnya.

Dalam hal ini, setiap kegagalan menjadi peluang untuk evolusi pribadi, membuat kita lebih kuat, tangguh, dan siap menghadapi rintangan di masa depan.

2. Hidup Selaras dengan Nilai-Nilai

Penyelarasan ini bukan hanya tentang pengambilan keputusan etis, tapi tentang menjalani kehidupan yang sesuai dengan diri sendiri, sehingga bisa menjadi motivator yang kuat.

Dengan mewujudkan nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat menciptakan landasan kuat yang bisa membantu bertahan dalam badai kehidupan.

3. Menerima Hal yang Diluar Kendali

Prinsip ini dapat mendorong seseorang untuk memfokuskan energi pada hal-hal yang dapat dipengaruhi seperti sikap, tindakan, dan tanggapan terhadap kejadian.

Daripada membuang-buang waktu dan energi mental pada hal-hal yang di luar kendali kita.

4. Kembangkan Rasa Welas Asih

Di dunia yang seringkali mendorong kita untuk menjadi tangguh dan pantang menyerah, memupuk rasa welas asih tampaknya berlawanan dengan intuisi.

Welas asih adalah tentang memperlakukan diri sendiri seperti kita memperlakukan seorang teman, pasangan, atau orang lain.

Menawarkan pengertian dan kebaikan alih-alih menghakimi dengan kasar ketika melakukan kesalahan atau mengalami kegagalan.

Memang benar, rasa welas asih membantu untuk mengubah penilaian kita terhadap diri sendiri, menjadikannya batu loncatan, bukan batu sandungan dalam perjalanan ke depan.

5. Berinvestasi Pada Hubungan yang Autentik

Memupuk hubungan yang autentik tidak selalu mudah. Hal ini membutuhkan kerentanan, empati, dan saling menghormati. Itu berarti tampil sebagai diri sendiri tanpa harus berpura-pura jadi orang lain.

Hubungan yang autentik bukan sekedar menerima tetapi juga memberi kembali. Mereka menyumbangkan bakat unik kita untuk melayani sesuatu yang lebih besar dari diri sendiri.

Dengan berinvestasi pada hubungan ini, kita berinvestasi pada kesejahteraan dan berkontribusi terhadap dunia yang lebih berbelas kasih.

6. Menyerah dalam Mengejar Kebahagiaan

Kepuasan sejati datang dari dalam diri, bukan dari hal-hal luar seperti kekayaan atau status. Kebahagiaan adalah hasil sampingan dari hidup sesuai dengan nilai-nilai, menerima hidup apa adanya, dan berfokus pada hal yang bisa kita kendalikan.

Ini tentang menemukan kepuasan dalam proses, bukan dalam hasil yang spesifik, dan menyelaraskan keputusan keuangan dengan tujuan dan nilai-nilai untuk kepuasan yang lebih dalam.

Jadi, jika kamu hanya mengejar kebahagiaan itu tidak akan ada ujungnya. Apalagi standar kebahagiaanmu tergantung pada orang lain bukan atas penerimaan pada diri sendiri.

7. Berlatih Refleksi Diri

Praktik refleksi diri ini memungkinkan kita belajar dari masa lalu, memahami masa kini, dan merencanakan masa depan dengan melibatkan menanyakan pertanyaan-pertanyaan sulit untuk diri sendiri dan menjawab jujur apa adanya.

Ini tentang memahami alasan kita berpikir, merasakan, dan bertindak seperti yang dilakukan. Hal ini mendorong untuk menghadapi ketakutan, menantang keyakinan kita yang membatasi, dan menumbuhkan rasa welas asih.

Editor: Hanny Suwindari

Tag:  #kebiasaan #orang #yang #tabah #menjalani #hidupnya #terus #melangkah #maju #tanpa #terjebak #dengan #masa #lalu

KOMENTAR