Orang Tua yang Memiliki 9 Kebiasaan Ini, Biasanya Tidak Akan Memiliki Kedekatan dengan Anak-anak Saat Mereka Dewasa
Ilustrasi orang tua dan anak yang tidak harmonis. (Pexels/RDNE Stock project)
17:46
17 Oktober 2024

Orang Tua yang Memiliki 9 Kebiasaan Ini, Biasanya Tidak Akan Memiliki Kedekatan dengan Anak-anak Saat Mereka Dewasa

 

 Membangun hubungan yang sehat antara orang tua dan anak membutuhkan cinta, kesabaran, serta pemahaman yang mendalam terhadap perkembangan emosional.    Namun, tidak semua orang tua berhasil melakukannya. Ada kebiasaan-kebiasaan tertentu yang dilakukan oleh orang tua, baik secara sadar maupun tidak, yang perlahan-lahan merusak kedekatan emosional dengan anak mereka.    Ketika anak tumbuh dewasa, hubungan yang seharusnya penuh kasih berubah menjadi dingin, terasing, atau bahkan penuh konflik.

Namun, kebiasaan seperti apa yang bisa merusak kedekatan anak dan orang tua seiring bertambahnya usia, atau ketika anak-anak tumbuh dewasa?    Dikutip dari Your Tango, inilah sembilan kebiasaan yang kerap dilakukan orang tua dan bagaimana kebiasaan-kebiasaan ini bisa menghancurkan hubungan mereka dengan anak saat anak beranjak dewasa.  



1. Manajemen Mikro

Orang tua yang terus-menerus melakukan manajemen mikro terhadap kehidupan anak-anak mereka menciptakan lingkungan di mana anak tidak memiliki ruang untuk tumbuh dan belajar secara mandiri.    Mereka mungkin mengendalikan setiap aspek kehidupan anak, mulai dari pilihan sekolah, teman, hingga hobi.    Meskipun maksud mereka mungkin baik, yaitu melindungi atau membimbing, kontrol yang berlebihan ini membuat anak merasa terperangkap dan tidak memiliki kebebasan untuk membuat keputusan sendiri.

Akibatnya, ketika anak beranjak dewasa, mereka mungkin cenderung menjauh dari orang tua yang selalu ingin mengatur.    Hubungan yang diwarnai oleh manajemen mikro sering kali tidak meninggalkan ruang untuk kepercayaan, yang menjadi fondasi penting dalam hubungan orang tua-anak.  



2. Menolak Mengakui Pertumbuhan

Sebagai anak-anak tumbuh menjadi remaja dan kemudian dewasa, penting bagi orang tua untuk mengakui dan menghargai perubahan serta perkembangan mereka.    Namun, orang tua yang enggan mengakui pertumbuhan anak-anak mereka sering kali terus memperlakukan mereka seperti anak kecil, tidak peduli seberapa dewasa mereka sebenarnya.    Mereka mungkin terus memberikan nasihat atau instruksi yang seharusnya sudah tidak relevan.

Sikap ini bisa sangat merusak hubungan. Anak yang merasa bahwa orang tua mereka tidak mengakui atau menghargai pertumbuhan dan kemajuan mereka mungkin merasa diabaikan atau diremehkan, yang bisa menyebabkan jarak emosional yang signifikan.  



3. Membandingkan Anak dengan Orang Lain

Membandingkan anak dengan orang lain adalah salah satu kebiasaan yang paling merusak dalam hubungan orang tua dan anak.    Beberapa orang tua mungkin berpikir bahwa dengan membandingkan anak mereka dengan saudara kandung atau teman-teman sebayanya, mereka memotivasi anak untuk menjadi lebih baik.   Namun, kenyataannya, perbandingan ini sering kali merusak harga diri anak dan menanamkan rasa rendah diri.

Anak-anak yang tumbuh dengan perbandingan terus-menerus merasa bahwa mereka tidak pernah cukup baik.    Ini menciptakan perasaan ketidakpuasan yang berkelanjutan, dan pada akhirnya, anak-anak dewasa cenderung menjauh dari orang tua yang tidak bisa menghargai mereka apa adanya.  



4. Manipulasi Keuangan

Orang tua yang menggunakan uang sebagai alat kontrol menciptakan hubungan yang tidak sehat dengan anak mereka.    Mereka mungkin memberikan bantuan keuangan, tetapi selalu dengan syarat tertentu, atau bahkan menahan dukungan finansial sebagai bentuk hukuman.   Tindakan ini menciptakan dinamika kekuasaan yang membuat anak merasa terkendali secara emosional dan finansial.

Manipulasi keuangan membuat hubungan menjadi transaksional dan penuh tekanan.    Ketika anak-anak dewasa merasa bahwa mereka hanya "berharga" selama mereka mematuhi keinginan orang tua, ini akan merusak kepercayaan dan kedekatan emosional.  



5. Menyimpan Dendam

Beberapa orang tua memiliki kebiasaan menyimpan dendam atau mengungkit kesalahan masa lalu anak.    Mereka mungkin mengingat-ingat tindakan anak yang tidak menyenangkan dari masa lalu dan menggunakannya sebagai alat untuk menyalahkan anak di kemudian hari.    Kebiasaan ini menciptakan lingkungan di mana anak selalu merasa dihantui oleh masa lalunya, tanpa ada kesempatan untuk memperbaiki hubungan.

Ketika orang tua terus menyimpan dendam, anak-anak merasa tidak pernah diberi kesempatan untuk berkembang.    Ini menciptakan perasaan tidak aman dan pada akhirnya menghancurkan kedekatan emosional antara orang tua dan anak.

6. Menilai Pilihan Mereka

Orang tua yang terlalu kritis terhadap pilihan hidup anak mereka, baik itu terkait karier, pasangan, atau gaya hidup, yang cenderung membuat anak merasa bahwa setiap keputusan yang mereka buat selalu salah di mata orang tua.    Orang tua yang menilai pilihan anak terus-menerus menunjukkan bahwa mereka tidak menghargai otonomi anak mereka, bahkan saat anak sudah dewasa.

Anak yang merasa selalu dinilai negatif mungkin memilih untuk menjauhkan diri dari orang tua, karena interaksi tersebut hanya menimbulkan stres dan perasaan tidak dihargai. Ketika setiap pilihan hidup dipandang sebagai kesalahan, sulit bagi anak dewasa untuk tetap dekat secara emosional dengan orang tua mereka.

7. Menuntut Perhatian Terus-menerus

Orang tua yang menuntut perhatian terus-menerus dari anak-anak mereka, bahkan saat anak sudah dewasa, cenderung menciptakan hubungan yang penuh tekanan.    Mereka mungkin merasa bahwa anak-anak mereka harus selalu siap sedia untuk mendengarkan keluhan mereka, memecahkan masalah mereka, atau menghabiskan waktu bersama mereka.

Permintaan perhatian yang berlebihan bisa menguras energi emosional anak-anak dewasa, terutama ketika mereka memiliki kehidupan sendiri yang juga membutuhkan perhatian dan fokus.    Anak-anak yang dibebani oleh tuntutan ini cenderung merasa bersalah ketika tidak dapat memenuhi harapan orang tua, dan pada akhirnya, mereka mungkin memilih untuk menjaga jarak demi kesehatan emosional mereka sendiri.

8. Terlalu Menekankan Tradisi Lama

Tradisi keluarga bisa menjadi cara yang indah untuk mempererat hubungan, tetapi jika orang tua terlalu kaku dalam mempertahankan tradisi lama tanpa mempertimbangkan perubahan zaman atau keinginan anak-anak mereka, hal ini bisa menjadi sumber ketegangan.    Orang tua yang terlalu menekankan tradisi tanpa fleksibilitas sering kali membuat anak merasa terjebak dalam peran-peran lama yang tidak lagi relevan.

Ketika anak-anak tumbuh dan mengembangkan identitas mereka sendiri, mereka mungkin ingin membuat tradisi baru atau menyesuaikan tradisi lama sesuai dengan gaya hidup mereka.    Namun, orang tua yang bersikeras mempertahankan cara lama bisa membuat anak merasa tidak dihargai dan sulit untuk tetap dekat secara emosional.

9. Menunjukkan Cinta Bersyarat

Cinta bersyarat adalah kebiasaan paling merusak dalam hubungan orang tua-anak.    Ketika orang tua hanya menunjukkan cinta, perhatian, atau dukungan ketika anak berperilaku sesuai keinginan mereka, anak-anak belajar bahwa cinta adalah sesuatu yang harus diperjuangkan, bukan sesuatu yang diberikan secara alami.

Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan ini sering kali merasa tidak pernah cukup baik dan terus-menerus mencari cara untuk menyenangkan orang tua.    Ini menciptakan ketegangan emosional yang sangat dalam, dan ketika anak dewasa, mereka cenderung menjauhkan diri dari orang tua yang tidak bisa memberikan cinta tanpa syarat.

***

Editor: Novia Tri Astuti

Tag:  #orang #yang #memiliki #kebiasaan #biasanya #tidak #akan #memiliki #kedekatan #dengan #anak #anak #saat #mereka #dewasa

KOMENTAR