Mengapa Pacaran Lama Tak Menjamin Pernikahan Langgeng? Ini Penjelasan Psikolog
Ilustrasi pernikahan.(Dok. Unsplash/Drew Coffman)
11:45
5 November 2025

Mengapa Pacaran Lama Tak Menjamin Pernikahan Langgeng? Ini Penjelasan Psikolog

- Banyak pasangan menganggap lamanya waktu berpacaran bisa menjadi jaminan hubungan yang kuat setelah menikah. 

Namun, menurut Psikolog Klinis Ayu Mas Yoca Hapsari, M.Psi., Psikolog, hal tersebut tidak selalu benar.

“Lamanya pacaran itu tidak sebanding dengan kedewasaan suatu hubungan. Banyak pasangan yang sudah bertahun-tahun bersama, tapi interaksi mereka tidak pernah benar-benar tumbuh,” ujar Ayu kepada Kompas.com, Selasa (4/11/2025).

Ia mengungkap, tanpa fondasi yang baik, hubungan bisa terasa datar dan rapuh ketika dihadapkan pada realitas pernikahan. Berikut 5 alasan pacaran lama tak menjamin pernikahan bertahan dan langgeng.

Mengapa pacaran lama tak menjamin pernikahan langgeng?

1. Adaptasi besar saat menikah

Pernikahan membawa dinamika baru yang tak selalu dialami ketika masih berpacaran. 

“Pernikahan itu bukan hanya menyatukan dua orang, tapi dua keluarga dengan latar belakang berbeda. Proses adaptasi cukup besar mulai terjadi,” kata Ayu.

Selain adaptasi keluarga, tanggung jawab dan tekanan (pressure) juga meningkat. Hal ini yang membuat kedua individu dalam hubungan harus kembali beradaptasi dengan peran yang baru.

“Kemudian ada tanggung jawab, pressure yang lebih nyata, misalnya keuangan, pembagian peran, ekspektasi dari kedua belah pihak keluarga,” jelasnya.

Bahkan, tantangan semakin kompleks ketika pasangan langsung dikaruniai anak. Hal ini bisa memicu konflik jika tidak dipersiapkan sejak dini.

Menurut Ayu, setiap transisi peran membawa tuntutan dan penyesuaian emosional yang berbeda. 

“Kalau komunikasi dan kerja sama belum matang, transisi ini bisa terasa berat dan memicu konflik,” ujarnya.

2. Rasa nyaman yang disalahartikan sebagai kecocokan

Ayu juga mengingatkan, lamanya pacaran belum tentu menandakan kedekatan yang mendalam. 

“Hubungan yang lama bertahan itu bisa jadi bukan karena saling kenal secara mendalam, tapi karena sudah terbiasa dan enggan memulai lagi dari awal,” katanya.

Rasa nyaman dalam hubungan pacaran yang sudah akrab sering kali disalahartikan sebagai kecocokan yang menjadi tanda bahwa keduanya berjodoh. 

“Tapi rasa nyaman di dalam hubungan yang sudah familiar seringkali disalahartikan sebagai kecocokan. Hubungan yang seperti ini, ketika masuk ke pernikahan bisa goyah,” ujarnya.

Pasalnya, hubungan seperti ini tidak ditopang dengan kedekatan emosional yang cukup dan belum matang dalam menyelesaikan konflik. Kondisi tersebut dapat memicu pertengkaran dan kekecewaan setelah menikah.

3. Reality shock setelah menikah

Dalam hubungan pacaran yang berlangsung lama, banyak pasangan cenderung membangun citra ideal satu sama lain. 

Meski begitu, Ayu menegaskan, setelah menikah, sisi manusiawi yang berbeda mulai terlihat dan bisa menimbulkan kejutan atau reality shock.

“Dalam hubungan (pacaran) jangka panjang, seringkali pasangan membangun citra yang ideal. Tapi setelah menikah, muncul sisi manusiawi yang berbeda, hal ini memunculkan reality shock pada pasangan,” ujarnya.

Ketika sisi-sisi manusiawi ini mulai terlihat, seperti kebiasaan sehari-hari, kelemahan, atau cara berperilaku, hal tersebut mungkin tak sesuai dengan bayangan ideal yang sudah lama dibangun selama pacaran. 

4. Tumbuh ke arah berbeda

Selain itu, Ayu menuturkan, hubungan jangka panjang tidak selalu berarti kedua individu tumbuh bersama. 

“Terkadang, masing-masing individu yang menjalin hubungan lama tak selalu tumbuh bersama. Bisa saja mereka berkembang ke arah yang berbeda,” tutur dia.

Perkembangan tiap individu dalam pernikahan bisa menjadi pertanda baik jika sesuai dengan visi dan misi pasangan. Akan tetapi, perbedaan arah perkembangan bisa jadi tantangan dalam pernikahan.

“Perbedaan ini bisa jadi terasa lebih nyata ketika menikah. Hal ini kerap menjadi sumber ketegangan emosional yang tidak disadari,” ujarnya.

5. Tidak mengenal lapisan yang paling dalam di hubungan

Ia menjelaskan, dalam banyak kasus, hubungan pacaran panjang justru berjalan dalam pola yang sama dan terasa nyaman. 

“Hubungannya berjalan dalam pola yang sama, nyaman, saling tahu kebiasaan, tapi belum tentu pola itu bisa menyentuh lapisan paling dalam di hubungan,” lanjutnya.

Yang dimaksud lapisan paling dalam, menurut Ayu, meliputi kesamaan nilai hidup (value), visi masa depan, dan cara menghadapi konflik. 

Tanpa fondasi ini, hubungan bisa terasa datar dan rapuh ketika dihadapkan pada realitas pernikahan.

Psikolog yang berpraktik di Bali ini menegaskan, bertahun-tahun bersama tidak otomatis menjamin kesiapan emosional dan kemampuan beradaptasi dalam pernikahan. 

Menurutnya, kedewasaan hubungan bukan diukur dari lamanya waktu, melainkan dari kemampuan kedua pihak dalam berkomunikasi, berkompromi, dan tumbuh bersama menghadapi perubahan hidup.

Hubungan yang panjang sebelum menikah bukan jaminan rumah tangga akan berjalan mulus. 

Tanpa kesiapan emosional, kemampuan beradaptasi, dan komunikasi yang matang, hubungan justru bisa goyah ketika dihadapkan pada realitas kehidupan pernikahan yang penuh dinamika.

 

Tag:  #mengapa #pacaran #lama #menjamin #pernikahan #langgeng #penjelasan #psikolog

KOMENTAR