



Mengolah Sampah Jadi Rasa, Chef Muda dari Kudus Beri Pesan Soal Zero Waste dari Dapur
Di tengah hiruk-pikuk tren kuliner dan gempuran konten gaya hidup konsumtif, seorang chef muda asal Kudus, Jawa Tengah, memilih jalur yang berbeda. Isman Ridhwansah tidak hanya sibuk mengolah resep, tetapi juga menyisipkan pesan lingkungan dalam setiap karya dan aktivitasnya.
Sebagai chef sekaligus konten kreator, Isman memadukan kecintaannya terhadap kuliner dan kepedulian terhadap isu lingkungan, terutama soal pengelolaan sampah.
“Kalau ke pasar, saya selalu bawa thin wall dan tas sendiri. Begitu juga di rumah makan, saya ajak teman-teman untuk mulai pakai wadah sendiri walau harus nambah seribu rupiah. Itu investasi untuk keberlanjutan,” ujarnya saat ditemui di Kudus, baru-baru ini.
Isman aktif menjadi bagian dari gerakan Kudus Apik Resik (Kudus ASIK) yang diinisiasi oleh Bakti Lingkungan Djarum Foundation (BLDF). Melalui gerakan ini, ia tidak hanya mengajak masyarakat memilah sampah dari rumah, tetapi juga menunjukkan bahwa gaya hidup ramah lingkungan bisa dimulai dari hal-hal kecil dan tetap menyenangkan.
“Sesuatu yang baik itu memang harus dipaksakan. Efeknya mungkin belum terasa sekarang, tapi nanti kita bisa rasakan manfaatnya,” kata mantan kontestan MasterChef Season 7 ini.
Dari Limbah Dapur Jadi Bahan Bernilai
Kebiasaannya bekerja di dapur membuat Isman lebih peka terhadap potensi limbah yang terbuang sia-sia. Pengalamannya bersinggungan dengan pelatihan pengelolaan sampah dari BLDF mengubah perspektifnya.
“Dulu, kalau masak, ya langsung buang kanan-kiri. Tapi ternyata jahe yang dibuang bisa diolah jadi minyak. Itu bisa untuk mie ayam atau bakmi. Bahkan lebih hemat untuk produksi,” jelasnya.
Resep tersebut kini telah diadopsi oleh sejumlah pemilik kedai makan di Kudus. Bukan sekadar inovasi rasa, tetapi juga cara untuk mengurangi limbah makanan dan memaksimalkan bahan yang tersedia.
Ia banyak mengeksplorasi sisa-sisa bahan makanan dan mengubahnya menjadi produk olahan baru yang berguna. Salah satunya adalah “minyak sakti” dari lemak sapi.
Resep: Minyak Sakti dari Lemak Sapi
- Potong kecil-kecil lemak sapi sisa yang sudah tidak digunakan.
- Panaskan di penggorengan dengan api kecil hingga keluar minyaknya.
- Tambahkan bawang merah atau bawang putih (boleh dari sisa masakan sebelumnya).
- Masak hingga kecokelatan, lalu saring dan simpan minyaknya dalam botol.
- Minyak ini cocok digunakan sebagai kaldu untuk mie ayam atau bakso.
Tak hanya bahan hewani, Isman juga memanfaatkan sisa buah yang biasa dibuang, seperti kulit semangka.
Resep: Manisan Kulit Semangka
- Pisahkan kulit hijau dan kulit putih dari semangka.
- Iris kecil-kecil bagian putihnya.
- Tambahkan gula, lalu masak dengan api kecil hingga teksturnya empuk dan manis.
- Manisan ini bisa dinikmati sebagai camilan atau topping minuman dingin.
“Inovasi dari limbah dapur itu bisa sekaligus menghemat bahan produksi dan mengurangi sampah,” katanya.
Tantangan dan Respons Anak Muda
Kampanye lingkungan, khususnya soal pilah sampah, bukan tanpa tantangan. Isman mengaku sering mendapat cibiran ketika membagikan konten edukatif soal sampah di media sosial.
“Banyak yang bilang sok-sokan. Tapi ya nggak apa-apa. Tugas saya cuma menyampaikan. Soal sadar atau nggaknya, itu bukan saya yang tentukan,” ujarnya.
Namun, lambat laun, dampak positif mulai terlihat. Saat pertama kali bergabung dengan akun Kudus ASIK, pengikutnya di Instagram masih di bawah 10 ribu. Kini, jumlahnya sudah menembus 35 ribu.
“Itu menunjukkan bahwa makin banyak anak muda yang sadar. Sampah itu sebenarnya bisa asik kalau tahu caranya,” kata Isman.
Ia mencontohkan, sekarang semakin banyak konten kreator dan bahkan selebritas yang mulai memproduksi konten bertema lingkungan.
“Kayak Atta Halilintar, misalnya. Udah mulai juga tuh kontennya ke arah environment. Karena mereka sadar, persoalan sampah ini udah bikin semua orang nggak nyaman.”

Pilah Sampah Tak Harus Ribet
Menurut Isman, edukasi soal pemilahan sampah perlu dimulai dari yang paling sederhana dan tidak mengintimidasi. Ia kerap membagikan tips sederhana di akun Instagram-nya, seperti cara mencuci dan memilah sampah plastik habis minum kopi di luar rumah.
“Pilah sampah itu nggak harus masak, kok. Misalnya habis ngopi tapi bawa plastik atau botol, ya cuci aja, pilah aja. Gagal nggak apa-apa, yang penting mau belajar. Namanya juga proses,” katanya.
Bagi Isman, perubahan tidak harus datang dari program besar atau kebijakan rumit. Ia percaya, perubahan bisa dimulai dari satu rumah, satu kebiasaan, dan satu unggahan yang menginspirasi.
Saat ini, Isman masih rutin melakukan demo memasak dan edukasi keliling soal pilah sampah. Di sela aktivitasnya, ia juga terus melakukan riset dan pengembangan agar pesan lingkungan yang ia bawa tetap relevan, aplikatif, dan—yang terpenting—menyentuh gaya hidup generasi muda.
“Sampah itu nggak harus jadi masalah. Bisa kok jadi peluang. Asal mau sedikit lebih peduli.”
Tag: #mengolah #sampah #jadi #rasa #chef #muda #dari #kudus #beri #pesan #soal #zero #waste #dari #dapur