



4 Perbedaan Desain Rumah Joglo dan Limasan: Lebih Elegan Mana?
Desain rumah Joglo dan limasan sama-sama mengandung nilai filosofis yang mendalam. Namun meski rumah joglo dan rumah limasan berasal dari Jawa, kedua rumah tradisional tersebut memiliki perbedaan sejarah, desain arsitektur, serta struktur dan bahan bangunan.
Bagi masyarakat Jawa, rumah bukan sekadar tempat tinggal. Rumah adalah representasi dari hubungan manusia dengan alam semesta, nilai spiritual, dan status sosial pemiliknya di tengah masyarakat. Maka, penting untuk memahami perbedaan desain rumah joglo dan limasan yang cukup unik.
Rumah Joglo sering kali diasosiasikan dengan kemewahan dan kekuasaan. Biasanya, Rumah Joglo menjadi simbol kebangsawanan atau keturunan keraton.
Di sisi lain, rumah limasan dikenal lebih fungsional dan merakyat. Rumah limasan menjadi hunian petani dan masyarakat umum yang sederhana tetapi efisien.
Terlepas dari itu, rumah Joglo maupun limasan mencerminkan harmoni budaya dan kearifan lokal yang telah diwariskan secara turun-temurun.
Lantas, apa sebenarnya yang membedakan rumah Joglo dan limasan secara desain, bahan bangunan, dan nilai budayanya?
Beda Asal Muasal Rumah Joglo dan Limasan
Rumah Joglo berasal dari daerah Jawa Tengah dan Yogyakarta. Sejak awal, rumah Joglo dikaitkan dengan kalangan bangsawan, priyayi, dan keluarga kerajaan.
Nama “Joglo” diyakini berasal dari kata Tajug Loro atau dua tajug, artinya menggambarkan bentuk atap bertumpuk yang khas.
Proses pembangunan desain rumah Joglo cukup rumit. Selain itu, bahan bangunan yang dipakai, khususnya kayu, juga berkualitas tinggi. Alhasil, rumah Joglo dulu hanya bisa dimiliki oleh mereka yang memiliki kekuasaan dan pengaruh sosial.
Berbeda dengan Joglo, rumah limasan memiliki akar yang lebih merakyat. Rumah ini banyak ditemukan di daerah pedesaan Jawa Tengah, Jawa Timur, dan sebagian Jawa Barat.
Bentuk dan konstruksi rumah limasan lebih sederhana karena dibangun oleh masyarakat biasa. Nama Limasan sendiri pada bentuk atapnya yang menyerupai limas, yaitu atap segi empat dengan sisi-sisi trapesium dan segitiga.
Meskipun digunakan oleh kalangan berbeda, kedua jenis rumah tradisional di atas sama-sama mencerminkan filosofi Jawa tentang keseimbangan, kesederhanaan, dan keharmonisan dengan alam.
Beda Struktur dan Desain Arsitektur Rumah Joglo vs Limasan
Dari sisi struktur, rumah Joglo memiliki desain yang sangat mencolok. Ciri khas utamanya adalah atap tinggi berbentuk tajug (kerucut bersusun) yang didukung oleh empat tiang utama yang disebut soko guru.
Rumah Joglo biasanya memiliki pendopo sebagai ruang utama untuk menyambut tamu, menggelar pertunjuka seni, atau upacara adat. Pendopo biasanya didirikan di tengah bangunan dan menjadi area terbuka tanpa dinding.
Sedangkan di belakang pendopo biasanya terdapat ruang pringgitan, dalem, dan senthong yang bersifat lebih privat. Tata letak ruangan dalam rumah Joglo mencerminkan struktur sosial keluarga.
Sementara itu, rumah limasan memiliki desain yang lebih simetris dan sederhana. Bentuk atapnya berupa atap pelana dan limas yang menyatu, menciptakan kemiringan atap yang landai namun kokoh.
Desain rumah limasan sangat sesuai dengan iklim tropis karena memudahkan sirkulasi udara dan mengalirkan air hujan dengan baik.
Ruangan dalam rumah limasan juga lebih fleksibel dan fungsional. Biasanya terdiri dari ruang tamu, ruang keluarga, kamar tidur, dan dapur. Selain itu, ciri khas rumah limasan adalah tanpa banyak pembagian simbolis seperti Joglo.
Perbedaan Bahan Bangunan Rumah Joglo dan limasan
Bahan bangunan juga menjadi pembeda utama antara rumah Joglo dan limasan. Rumah Joglo yang merupakan hunian kalangan atas biasanya dibangun dengan material terbaik.
Bahan utama rumah Joglo adalah kayu jati yang terkenal kuat, tahan lama, dan tahan terhadap serangan rayap. Kayu jati digunakan untuk pilar, balok, lantai, hingga ukiran pada pintu dan jendela.
Dinding rumah Joglo bisa terbuat dari kayu, bata, atau kombinasi keduanya. Sedangkan untuk atap, rumah Joglo normalnya memakai genteng tanah liat. Namun ada juga rumah Joglo versi mewah yang memakai genteng tembaga atau sirap kayu berkualitas tinggi sebagai atap.
Sementara itu, rumah limasan dibangun dengan mempertimbangkan efisiensi dan ketersediaan material lokal. Kayu yang digunakan bisa berupa jati, tetapi juga sering menggunakan kayu nangka, mahoni, atau glugu (kayu kelapa).
Untuk dinding, mayoritas rumah limasan memanfaatkan anyaman bambu atau gedheg. Beberapa rumah limasan ada yang memakai tembok dari batu bata dan plester kapur.
Sementara itu, bagian atap rumah limasan umumnya menggunakan genteng tanah liat biasa, atau bahkan ijuk atau daun kelapa untuk versi yang lebih sederhana.
Pada intinya, rumah Joglo lebih mengedepankan estetika dan simbol status. Sedangkan rumah limasan lebih menekankan fungsionalitas dan kemudahan dalam pembangunan.
Ketahanan dan Relevansi di Masa Kini
Menariknya, baik rumah Joglo maupun limasan dikenal memiliki ketahanan struktural yang tinggi. Tiang-tiang besar pada rumah Joglo membuatnya tahan terhadap gempa bumi. Sedangkan bentuk atap limasan tahan angin dan hujan deras.
Kedua rumah tradisional Jawa ini juga memiliki ventilasi alami yang baik, sehingga sangat cocok dengan iklim tropis Indonesia.
Di masa kini, rumah Joglo banyak diadopsi untuk desain resor, hotel, villa, atau rumah modern dengan sentuhan tradisional. Sementara rumah limasan semakin digemari karena konstruksinya yang hemat biaya dan ramah lingkungan.
Banyak arsitek sekarang senang mengombinasikan gaya rumah Joglo atau limasan dengan material modern, seperti baja ringan dan kaca, tanpa menghilangkan bentuk dasarnya.
Perbedaan rumah Joglo dan limasan bisa menjadi pertimbangan jika kamu ingin membuat rumah tradisional Jawa. Keduanya sama-sama menawarkan desain rumah tradisional yang sarat filosofis, tanpa meninggalkan kualitas desain, fungsional, dan kekokohan.
Kontributor : Dea Nabila
Tag: #perbedaan #desain #rumah #joglo #limasan #lebih #elegan #mana