10 Larangan di Dapur Menurut Primbon Jawa yang Bisa Membuat Rezeki Seret
Ilustrasi Orang di dapur ( benzoix/Freepik)
15:32
4 Juni 2025

10 Larangan di Dapur Menurut Primbon Jawa yang Bisa Membuat Rezeki Seret

Dalam budaya Jawa, dapur tidak sekadar tempat memasak, tetapi dianggap sebagai pusat energi dan simbol kehidupan dalam rumah tangga.

Apa yang terjadi di dapur diyakini dapat memengaruhi keharmonisan, kesehatan, bahkan kelancaran rezeki.

Oleh karena itu, menjaga kesakralan dapur menjadi bagian penting dalam tradisi dan filosofi leluhur.

Artikel ini akan membahas 10 larangan di dapur yang diyakini dapat menghambat datangnya rezeki menurut primbon Jawa yang dilansir dari kanal YouTube NGAOS JAWA pada Selasa(03/06).

Larangan-larangan ini tidak hanya sarat akan makna filosofis, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai kebersihan, tanggung jawab, dan energi positif dalam kehidupan sehari-hari.

1. Membiarkan Dapur Kotor dan Berbau

Dalam kepercayaan Jawa, dapur yang kotor dan bau diibaratkan sebagai ladang yang tidak bisa ditanami.

Energi positif enggan bersinggah di tempat yang tidak bersih dan tertata.

Akibatnya, bukan hanya rezeki yang tersumbat, tetapi juga dapat memicu konflik dalam rumah tangga.

Kondisi dapur yang dipenuhi sisa makanan, tumpukan minyak, dan sampah yang membusuk bisa menjadi sarang energi negatif.

Mitos setempat menyebutkan bahwa hal tersebut bahkan dapat mengundang makhluk tak kasat mata yang membawa kesialan.

Maka dari itu, kebersihan dapur mencerminkan kondisi batin dan tanggung jawab penghuni rumah.

Menjaga dapur tetap bersih bukan hanya soal fisik, tetapi juga spiritual.

Dapur yang bersih dan harum menjadi magnet energi positif yang melancarkan rezeki serta menciptakan keharmonisan keluarga secara menyeluruh.

2. Menumpuk Piring Kotor di Wastafel

Kebiasaan menumpuk piring kotor sering dianggap remeh, padahal menurut filosofi Jawa, hal ini mencerminkan ketidaksyukuran terhadap rezeki.

Piring adalah lambang hasil jerih payah, dan makanan adalah simbol karunia. Bila keduanya diabaikan, maka rezeki dianggap ditolak secara tidak sadar.

Dalam rumah tangga Jawa tradisional, ada anjuran agar sebelum tidur, dapur sudah bersih dan piring sudah dicuci.

Ini bukan hanya untuk kenyamanan, tetapi sebagai bentuk penghormatan terhadap energi makanan yang telah diterima.

Rezeki yang datang seharusnya dijaga dan dihormati. Dengan tidak segera mencuci piring, Anda memberi sinyal bahwa Anda kurang bersyukur.

Perlahan, ini dipercaya akan menghambat datangnya keberkahan dan menyebabkan stagnasi ekonomi rumah tangga.

3. Memasak dalam Keadaan Marah atau Emosi Negatif

Emosi saat memasak diyakini sangat memengaruhi kualitas makanan dan energi dalam rumah.

Jika seseorang memasak sambil marah, kesal, atau iri hati, maka makanan yang dihasilkan akan menyerap aura negatif tersebut.

Dalam tradisi spiritual Jawa, makanan seperti spons yang menyerap getaran batin si pembuatnya.

Itulah mengapa makanan yang terlihat lezat bisa terasa hambar jika dimasak tanpa ketulusan.

Bahkan, makanan yang dimasak dengan emosi buruk dapat memengaruhi suasana rumah dan kesehatan penghuninya.

Oleh karena itu, penting bagi siapa pun yang memasak untuk menenangkan diri terlebih dahulu.

Dengan memasak dalam suasana hati yang baik, makanan akan menjadi sarana penyebar energi positif yang mendukung keberkahan rezeki keluarga.

4. Meletakkan Sapu atau Lap Kotor di Atas Kompor

Kompor dalam filosofi Jawa merupakan lambang dari api kehidupan, semangat, dan kelimpahan.

Meletakkan sapu, lap kotor, atau barang tidak layak di atasnya dianggap menindih semangat dan rezeki dengan energi negatif.

Tindakan ini secara simbolik memperlihatkan bahwa kebersihan dan semangat dalam rumah tangga sedang tertekan.

Jika dibiarkan terus-menerus, hal ini bisa memicu pengeluaran yang tidak terkontrol, pemasukan seret, dan konflik rumah tangga yang berkepanjangan.

Menjaga area sekitar kompor tetap bersih adalah bentuk penghormatan terhadap energi utama rumah tangga.

Letakkan alat kebersihan di tempat yang semestinya agar rezeki tidak terhambat oleh simbol-simbol kemalasan.

5. Memasak Tanpa Niat Baik

Dalam spiritualitas Jawa, niat adalah kekuatan utama. Jika seseorang memasak tanpa niat baik, hanya karena kewajiban atau sambil menggerutu, maka makanan yang dihasilkan kehilangan keberkahan.

Konon, wanita yang memasak dengan penuh doa dan niat memberi kehidupan akan menghasilkan makanan yang membawa berkah.

Anak-anak yang mengonsumsi makanan itu dipercaya tumbuh menjadi pribadi yang baik dan sukses.

Maka dari itu, sebelum memasak, tanamkan niat yang positif. Anggap memasak sebagai bentuk cinta dan pengabdian, bukan sekadar rutinitas.

Dari niat baik inilah keberkahan akan menyebar ke seluruh rumah tangga.

6. Tidak Membersihkan Kompor Setelah Memasak

Kompor yang penuh noda minyak, kerak gosong, dan kotoran adalah simbol dari kekacauan batin dan energi yang tersumbat.

Dalam kepercayaan Jawa, kompor adalah pusat energi rumah. Jika tidak dijaga kebersihannya, maka rezeki pun akan terhambat.

Membersihkan kompor setelah memasak bukan sekadar soal kebersihan fisik, tetapi juga bentuk pembersihan jiwa.

Api yang bersih dipercaya akan membawa kehidupan dan keberkahan ke dalam rumah.

Dengan menjaga kompor tetap bersih, Anda menciptakan ruang energi positif yang memudahkan datangnya rezeki dan menstabilkan ekonomi rumah tangga.

Kompor yang bersih adalah simbol dari rumah tangga yang siap menerima kelimpahan.

7. Memasak di Tengah Malam

Dalam budaya Jawa, memasak antara pukul 12 malam hingga 3 pagi dianggap sebagai waktu rawan atau wingit.

Pada jam-jam tersebut, dominasi energi negatif meningkat, dan makanan yang dimasak saat itu diyakini tidak membawa keberkahan.

Kegiatan memasak tengah malam bisa mengundang kelelahan dan aura tidak baik ke dalam dapur.

Makanan yang dihasilkan pun bisa menurunkan imunitas jika dikonsumsi terus-menerus karena telah tercemar oleh getaran energi yang tidak selaras.

Oleh karena itu, hindari memasak pada waktu-waktu tersebut.

Dapur memiliki waktu sakralnya, dan menjaga ritme aktivitasnya adalah bagian dari menjaga keseimbangan energi dalam rumah.

8. Menyimpan Tempat Beras Kosong

Tempat beras atau lempung dalam tradisi Jawa adalah simbol kemakmuran dan ketersediaan rezeki.

Jika tempat tersebut dibiarkan kosong, maka dipercaya akan memutus aliran rezeki yang seharusnya mengalir terus.

Orang tua zaman dulu bahkan selalu menyisakan sedikit beras di sudut dapur sebagai tanda kesiapan menerima rezeki baru.

Ini merupakan bentuk komunikasi simbolik dengan alam semesta bahwa rumah tangga tersebut terbuka terhadap kelimpahan.

Meskipun beras belum bisa dibeli dalam jumlah banyak, sebaiknya tetap isi tempat beras meskipun hanya sekepal.

Ini akan menjaga energi rezeki tetap mengalir dan tidak terputus secara simbolik.

9. Menyimpan Barang Rusak di Dapur

Barang-barang rusak seperti wajan penyok, panci berlubang, atau blender mati yang tetap disimpan hanya akan menjadi penghambat rezeki.

Dalam filosofi Jawa, barang rusak mencerminkan energi stagnan dan kemacetan.

Jika dibiarkan menumpuk, barang-barang tersebut akan mengurangi aliran energi positif dan mempersempit ruang dapur.

Dapur yang terasa sempit secara fisik maupun energi akan membuat rezeki enggan singgah.

Solusinya adalah memperbaiki barang yang masih bisa digunakan atau merelakan yang sudah tidak berguna.

Rumah yang lapang, termasuk dalam penataan dapurnya, akan lebih mudah dikunjungi oleh rezeki.

10. Meletakkan Tempat Sampah Dekat Kompor

Kompor sebagai lambang api kehidupan tidak seharusnya didekatkan dengan elemen kotor seperti sampah.

Tempat sampah membawa energi negatif, dan bila posisinya terlalu dekat dengan kompor, maka simbol dua energi yang saling bertolak belakang itu akan saling meniadakan.

Hal ini bisa mengurangi semangat dalam rumah, membuat ide-ide macet, serta memperlambat datangnya rezeki.

Rumah menjadi kurang nyaman, dan penghuni pun lebih mudah merasa tertekan.

Tempatkan tempat sampah jauh dari kompor dan pastikan selalu tertutup serta dibersihkan setiap hari.

Rumah yang bersih dari bau busuk akan menjadi magnet bagi rezeki yang harum dan berkah.

Editor: Hanny Suwindari

Tag:  #larangan #dapur #menurut #primbon #jawa #yang #bisa #membuat #rezeki #seret

KOMENTAR