



Mengenal Cancel Culture yang Dialami Aktris Korea Kim Sae Ron Sebelum Ditemukan Tewas di Rumahnya
Sebelum ditemukan meninggal dunia, Kim Sae Ron mendapat cancel culture karena tersandung kasus menyetir dalam keadaan mabuk.
Pada Rabu (18/5/2022), Kim Sae Ron terlibat dalam kecelakaan mobil di dekat Persimpangan Hakdong di Gangnam-gu, Seoul.
Kecelakaan tunggal itu mengakibatkan kerusakan fasilitas umum seperti pagar pembatas jalan, pohon, dan trafo.
Setelah kejadian tersebut, ia pun ditangkap oleh pihak kepolisian.
Meskipun dia meminta tes darah alih-alih alat penghisap napas, kandungan alkohol dalam darahnya ditemukan 0,2 persen, jauh melebihi batas legal sebesar 0,08%.
Aksi sang aktris itu menuai banyak kecaman hingga menimbulkan kebencian publik alias memuculkan cancel culture.
Apa Itu Cancel Culture?
Cancel culture adalah fenomena di mana seseorang atau suatu entitas—seperti selebriti, merek, atau organisasi—menghadapi boikot atau kecaman besar-besaran di media sosial atau publik karena dianggap melakukan sesuatu yang tidak etis, kontroversial, atau bertentangan dengan norma sosial yang berlaku.
Biasanya, cancel culture terjadi ketika masyarakat menilai seseorang telah melakukan tindakan yang dianggap salah, seperti rasisme, seksisme, atau penyebaran informasi berbahaya.
Akibatnya, individu tersebut bisa kehilangan reputasi, pekerjaan, atau dukungan publik.
Dirangkum dari berbagai sumber, sebagian orang melihat cancel culture sebagai bentuk akuntabilitas sosial yang menuntut pertanggungjawaban atas tindakan seseorang.
Namun, ada juga yang menganggapnya sebagai tindakan berlebihan yang dapat menghancurkan karier atau kehidupan seseorang tanpa memberi ruang untuk klarifikasi atau perbaikan.
Sejarah Singkat Cancel CultureDikutip dari New York Times, fenomena serupa dengan cancel culture sudah ada sejak awal abad ke-21 di Tiongkok.
Istilah renrou sousuo muncul dalam bahasa gaul untuk menggambarkan kelompok netizen yang mengumpulkan informasi tentang orang-orang yang mereka minati.
Awalnya, ini hanya digunakan dalam komunitas penggemar (fandom). Namun, perhatian kemudian bergeser ke individu yang dianggap melakukan kesalahan atau memiliki kekurangan moral.
Setelah seseorang dianggap "melanggar norma", informasi pribadinya sering kali tersebar secara daring.
Individu tersebut kemudian dihujat, dihakimi secara verbal, dan pada akhirnya dikucilkan dari komunitas.
Fenomena serupa juga berkembang di Amerika Serikat dengan nama cancel culture atau "budaya pembatalan".
Istilah ini kini diterapkan dalam berbagai konteks, mulai dari perdebatan sengit di media sosial hingga tindakan nyata seperti pemecatan atau pemboikotan terhadap orang atau entitas tertentu.
Menurut Insider, cancel culture mulai menjadi topik utama sekitar tahun 2017, terutama ketika banyak selebriti diboikot karena pernyataan atau tindakan yang dianggap bermasalah.
Meskipun istilah "cancel" telah digunakan dalam percakapan sehari-hari selama lebih dari satu dekade, konsep cancel culture sebagai gerakan sosial masih tergolong baru.
Dampak Cancel CultureSeperti fenomena sosial lainnya, cancel culture memiliki dampak positif dan negatif.
Dilansir dari Verywell Mind, dampak positif cancel culture dapat membantu melawan ketidakadilan sosial dan mendorong perubahan.
Misalnya, pada tahun 2016, banyak komunitas film memboikot ajang Oscar karena kurangnya keberagaman nominasi.
Tekanan ini akhirnya berkontribusi terhadap peningkatan representasi di industri film, dengan Oscar 2019 mencatat rekor jumlah nominasi sutradara kulit hitam terbanyak dalam sejarahnya.
Selain itu, cancel culture juga mendorong individu untuk lebih bijak dalam bersikap dan menyebarkan opini, terutama di media sosial.
Di sisi lain, cancel culture juga bisa berdampak buruk, terutama pada kesehatan mental individu yang menjadi sasaran.
Fenomena ini sering kali berubah menjadi bentuk perundungan digital (cyberbullying), yang membuat seseorang merasa dikucilkan, terisolasi, dan mengalami tekanan psikologis yang berat.
Menurut penelitian, kondisi ini dikaitkan dengan peningkatan risiko kecemasan, depresi, hingga keinginan untuk bunuh diri.
Alih-alih menciptakan dialog untuk memahami suatu masalah, cancel culture justru sering kali menutup semua komunikasi dan menghilangkan kesempatan bagi individu untuk belajar dan memperbaiki diri.
Tag: #mengenal #cancel #culture #yang #dialami #aktris #korea #sebelum #ditemukan #tewas #rumahnya