![](https://jakarta365.net/public/assets/img/icon/view.png)
![Orang yang Merasa Terganggu dengan Suara Kunyahan Keras Biasanya Menunjukkan 7 Perilaku Ini, Menurut Psikologi](https://jakarta365.net/uploads/2025/02/14/jawapos/orang-yang-merasa-terganggu-dengan-suara-kunyahan-keras-biasanya-menunjukkan-7-perilaku-ini-menurut-psikologi-1269647.jpg)
![](https://jakarta365.net/public/assets/img/icon/clock-d.png)
![](https://jakarta365.net/public/assets/img/icon/calendar-d.png)
Orang yang Merasa Terganggu dengan Suara Kunyahan Keras Biasanya Menunjukkan 7 Perilaku Ini, Menurut Psikologi
- Pernah merasa jengkel saat mendengar seseorang mengunyah makanan dengan keras? Kalau iya, kamu tidak sendirian.
Ada perbedaan besar antara sekadar menganggap suara itu mengganggu dan benar-benar memiliki reaksi emosional yang intens terhadapnya. Dalam dunia psikologi, ada istilah khusus untuk kondisi ini, yaitu misophonia, yang berarti kebencian terhadap suara tertentu.
Bagi sebagian orang, suara kunyahan keras bukan sekadar gangguan kecil, melainkan sesuatu yang bisa menimbulkan rasa marah, cemas, atau bahkan panik. Biasanya, orang yang mengalami ini menunjukkan beberapa perilaku tertentu dalam kehidupan sehari-hari.
Dilansir dari laman Geediting.com pada Jumat (14/2) berikut tujuh di antaranya.
1. Sensitivitas Tinggi terhadap Suara
Kalau kamu merasa terganggu dengan suara kunyahan keras, kemungkinan besar kamu juga lebih peka terhadap suara lain. Misalnya, suara ketukan pena, klik keyboard, atau suara seret kursi bisa langsung membuat suasana hatimu berubah. Ini bukan hanya soal rasa tidak suka biasa, tetapi lebih ke kepekaan tinggi pada suara yang membuat otakmu bereaksi lebih cepat terhadap bunyi-bunyian tertentu.
Dalam psikologi, misophonia dikaitkan dengan reaksi emosional yang intens terhadap suara pemicu. Orang yang mengalami kondisi ini mungkin tidak bisa mengabaikan suara mengunyah dan malah menjadi semakin fokus pada suara tersebut, yang akhirnya membuat mereka merasa tidak nyaman atau bahkan frustrasi.
2. Penggunaan Headphone sebagai Mekanisme Koping
Orang yang merasa terganggu dengan suara kunyahan keras sering kali menggunakan headphone sebagai solusi instan. Bukan hanya untuk mendengarkan musik, tapi lebih ke upaya melindungi diri dari suara-suara yang memicu reaksi negatif.
Jadi, kalau kamu sering melihat seseorang memakai earphone saat makan bersama atau di tempat umum, ada kemungkinan mereka sedang mencoba menghindari suara-suara tertentu yang bisa memicu misophonia mereka. Ini adalah salah satu bentuk mekanisme koping agar tetap bisa beraktivitas tanpa merasa terganggu.
3. Respon Emosional terhadap Suara Pemicu
Bukan sekadar merasa terganggu, orang dengan misophonia biasanya memiliki reaksi emosional yang lebih intens. Bisa berupa rasa tidak nyaman, gelisah, marah, atau bahkan panik. Dalam beberapa kasus ekstrem, mereka bisa mengalami gejala fisik seperti jantung berdebar lebih cepat, berkeringat, atau bahkan serangan panik saat mendengar suara kunyahan yang keras.
Reaksi ini terjadi karena otak mereka menganggap suara tersebut sebagai ancaman, sehingga secara otomatis memicu respons "fight or flight" alias melawan atau melarikan diri. Inilah sebabnya mengapa orang dengan kepekaan tinggi terhadap suara sering kali merasa harus segera meninggalkan situasi yang mengganggu mereka.
4. Kecenderungan Menghindari Situasi Sosial
Bagi sebagian orang, makan bersama keluarga atau teman-teman adalah momen yang menyenangkan. Tapi bagi mereka yang merasa terganggu dengan suara kunyahan keras, ini bisa menjadi sumber stres.
Banyak dari mereka yang akhirnya memilih untuk menghindari situasi sosial di mana mereka harus mendengar suara-suara pemicu. Mereka lebih suka makan sendirian, memilih tempat duduk yang jauh dari orang lain, atau bahkan menghindari restoran yang terlalu ramai.
Hal ini bisa berdampak pada kehidupan sosial mereka, karena ketidaknyamanan yang dirasakan membuat mereka cenderung menarik diri dari interaksi yang sebenarnya penting dalam kehidupan sehari-hari.
5. Mencari Pengertian dari Orang Lain
Orang dengan misophonia sering merasa perlu menjelaskan kondisi mereka kepada orang lain. Namun, tidak semua orang bisa memahami betapa seriusnya gangguan ini.
Ketika mereka akhirnya menemukan seseorang yang mengerti dan bersedia mengurangi suara pemicu di sekitar mereka, itu bisa menjadi bentuk kelegaan besar. Mereka mungkin akan lebih nyaman berada di dekat orang yang memahami kepekaan mereka terhadap suara, karena itu berarti mereka tidak perlu terus-menerus merasa waspada atau terganggu.
6. Menjelajahi Strategi Penanggulangan
Meskipun tidak ada cara instan untuk menghilangkan kepekaan tinggi pada suara, banyak orang dengan misophonia mencoba berbagai strategi untuk mengatasi gangguan ini.
Beberapa dari mereka mungkin menggunakan teknik terapi perilaku kognitif (CBT) untuk mengubah cara mereka merespons suara pemicu. Ada juga yang mencoba meditasi atau mindfulness agar bisa lebih menerima suara tanpa bereaksi secara emosional.
Selain itu, banyak yang mencari lingkungan yang lebih tenang atau mengatur posisi duduk agar bisa menghindari suara pemicu sebanyak mungkin. Apa pun caranya, yang jelas mereka selalu berusaha menemukan metode yang bisa membantu mereka tetap nyaman dalam kehidupan sehari-hari.
7. Perasaan Bersalah karena Reaksi yang Berlebihan
Meskipun suara kunyahan keras benar-benar mengganggu mereka, banyak orang dengan misophonia merasa bersalah karena reaksinya yang dianggap berlebihan. Mereka sadar bahwa tidak semua orang memahami kondisi ini, dan ada rasa takut dianggap terlalu sensitif atau "lebay".
Namun, ini bukan sekadar soal tidak suka mendengar suara tertentu. Reaksi mereka benar-benar tidak bisa dikendalikan, dan rasa frustrasi karena harus menghadapi suara pemicu setiap hari bisa cukup melelahkan.
Jadi, merasa terganggu dengan suara kunyahan keras bukanlah sesuatu yang bisa dianggap remeh, terutama bagi mereka yang mengalami misophonia. Kepekaan tinggi pada suara tertentu bisa memengaruhi banyak aspek kehidupan mereka, mulai dari interaksi sosial hingga tingkat stres sehari-hari.
Tag: #orang #yang #merasa #terganggu #dengan #suara #kunyahan #keras #biasanya #menunjukkan #perilaku #menurut #psikologi