5 Penyebab Seseorang yang Berprestasi di Sekolah Namun Kesulitan pada Dunia Kerja Menurut Psikologi
Ilustrasi seseorang sulit menghadapi dunia pekerjaan. (Freepik)
21:22
14 Februari 2025

5 Penyebab Seseorang yang Berprestasi di Sekolah Namun Kesulitan pada Dunia Kerja Menurut Psikologi

– Ada ketentuan mengejutkan yang banyak dihadapi saat kita beralih dari dunia akademis yang terstruktur ke dunia kerja yang tidak dapat diprediksi.

Menurut psikologi, beberapa perilaku yang menjanjikan seseorang dalam memiliki keberhasilan di sekolah sebenarnya dapat menjadi hambatan di dunia kerja.

Meskipun memiliki niat baik, orang-orang seperti ini mungkin tanpa sadar tengah menyabotase pertumbuhan profesional mereka sendiri.

Dilansir dari laman Personal Branding Blog, berikut 5 penyebab seseorang yang berprestasi di Sekolah namun kesulitan menghadapi dunia pekerjaan menurut psikologi.

1. Perfeksionisme

Dalam dunia akademis, Anda diberi penghargaan karena menyerahkan pekerjaan yang sempurna entaj itu nilai sempurna pada tes matematika atau esai yang sempurna. Hal ini mendorong pengejaran kesempurnaan dan standar yang tinggi, yang sering kali mengantarkan siswa ke peringkat teratas di kelasnya.

Namun begitu individu-individu ini melangkah ke dunia profesional, kecenderungan perfeksionis mereka dapat berubah menjadi suatu kelemahan.

Di tempat kerja, kesempurnaan sering kali menjadi musuh kemajuan. Proyek harus diselesaikan tepat waktu dan menunggu hasil sempurna yang sulit dipahami dapat menghambat produktivitas dan menyebabkan tenggat waktu terlewati.

Selain itu, fokus yang berlebihan pada kesempurnaan dapat menghambat kreativitas dan inovasi dua kunci kesuksesan dalam lingkungan kerja yang dinamis saat ini.

Belajar melepaskan perfeksionisme sambil mempertahankan standar tinggi adalah penyesuaian penting yang perlu dilakukan banyak siswa berprestasi saat mereka beralih ke karier mereka. Pergeseran ini memungkinkan lebih banyak fleksibilitas, manajemen waktu yang lebih baik, dan pada akhirnya, pertumbuhan dalam bidang profesional.

2. Takut akan kegagalan

Ketakutan akan kegagalan ini merupakan motivator yang kuat di sekolah, yang mendorong seseorang untuk belajar lebih giat, memiliki tujuan yang lebih tinggi, dan tidak pernah puas dengan apa yang kurang.

Dalam dunia profesional, kegagalan tidak hanya tidak dapat dihindari tetapi juga merupakan bagian penting dari pertumbuhan dan inovasi. Ketakutan ini menahan setiap individu untuk mengambil inisiatif dan melangkah keluar dari zona nyaman.

Butuh beberapa waktu bagi setiap orang untuk memahami bahwa tidak apa-apa membuat kesalahan di tempat kerja asalkan mereka belajar dari kesalahan tersebut.

3. Pola kegiatan yang kaku

Di sekolah, biasanya ada jalur yang jelas menuju kesuksesan seperti ikuti silabus, penuhi tenggat waktu, lulus ujian. Struktur ini sering kali mengarahkan siswa untuk mengembangkan pendekatan yang kaku dan linier dalam memecahkan masalah.

Tempat kerja adalah dunia yang sama sekali berbeda, Dunia kerja itu rumit, dinamis, dan tidak dapat diprediksi. Tidak ada solusi yang cocok untuk semua tantangan yang Anda hadapi.

Individu yang dapat berpikir fleksibel dan menyesuaikan strategi mereka dalam menanggapi keadaan yang berubah akan lebih sukses dalam karier mereka. Kemampuan ini, yang dikenal sebagai fleksibilitas kognitif merupakan prediktor utama kinerja pekerjaan.

Transisi dari lingkungan akademis yang terstruktur ke dinamika dunia kerja yang lancar memerlukan perubahan pola pikir. Belajar menerima ambiguitas, berpikir di luar kotak, dan beradaptasi dengan skenario yang berubah dengan cepat merupakan keterampilan penting untuk berkembang di dunia profesional saat ini.

4. Bergantung pada otoritas

Sekolah sering kali secara tidak sengaja mempromosikan budaya ketergantungan pada figur otoritas. Namun, begitu Anda melangkah ke tempat kerja, dinamikanya berubah.

Meskipun masih ada manajer dan supervisor, harapannya adalah Anda bertanggung jawab atas tugas-tugas Anda, berpikir secara mandiri, dan membuat keputusan.

Peralihan dari bimbingan di setiap langkah menuju kemandirian dapat mengagetkan bagi banyak orang.Ini bukan lagi tentang menunggu instruksi tetapi tentang mengambil inisiatif. Transisi ini mungkin menantang tetapi ini juga merupakan kesempatan untuk pertumbuhan pribadi.

Hal ini memungkinkan Anda memercayai naluri Anda, membuat keputusan yang selaras dengan nilai-nilai Anda, dan membangun karier yang benar-benar mencerminkan potensi Anda.

5. Sulit menerima kritik

Di sekolah, sebagian besar umpan balik bersifat numerik. Anda mendapat skor atau nilai, dan itu saja. Mudah diterima karena tidak bersifat personal. Namun di tempat kerja, umpan balik dapat bersifat lebih kualitatif dan langsung, yang dapat membuatnya lebih sulit untuk diterima.

Realitas pahitnya adalah tidak semua yang Anda lakukan dalam karier Anda akan disambut dengan tepuk tangan. Kritik yang membangun merupakan bagian dari pertumbuhan profesional. Dengan begitu, Anda akan mengetahui apa yang Anda kuasai dan apa yang perlu Anda tingkatkan.

Namun, mereka yang berprestasi di sekolah mungkin tidak terbiasa dengan umpan balik seperti itu dan mungkin menganggapnya sebagai hal yang pribadi. Hal ini dapat mengakibatkan sikap defensif, penyangkalan, atau bahkan keputusasaan.

Belajar menerima kritik dengan lapang dada, memandangnya sebagai alat untuk perbaikan dan bukan serangan pribadi, dan menggunakannya sebagai batu loncatan menuju kinerja yang lebih baik merupakan aspek kunci kesuksesan profesional. Ini bukan tentang menjadi sempurna namun tentang bersikap terbuka terhadap pertumbuhan dan pembelajaran.

Editor: Setyo Adi Nugroho

Tag:  #penyebab #seseorang #yang #berprestasi #sekolah #namun #kesulitan #pada #dunia #kerja #menurut #psikologi

KOMENTAR